Sangha Theravada Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Robbycandra (bicara | kontrib) ←Membuat halaman berisi 'Awal tahun 1976 terdapat lebih 5 (lima) bhikkhu warga negara Indonesia yang menjalani hidup kebhikkhuan di Indonesia sesuai Kitab Suci Tipitaka Pali, Pandangan Keagamaan ...' |
Robbycandra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 9:
Berdasarkan pertimbangan di atas dan dengan dorongan keyakinan kepada Tiratana, maka dibentuklah SANGHA THERAVADA INDONESIA di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang; pada tanggal 23 Oktober 1976. Adapun para bhikkhu yang mencetuskan gagasan dan membentuk Sangha Theravada Indonesia adalah 5 (lima) bhikkhu Indonesia:
1. Bhikkhu Aggabalo
2. Bhikkhu Khemasarano
3. Bhikkhu Sudhammo
4. Bhikkhu Khemiyo
5. Bhikkhu Ñanavuttho
Bhikkhu Aggabalo diangkat menjadi Sekretaris jenderal yang pertama dalam Sangha Theravada Indonesia.
Baris 32:
Susunan Karaka Sangha Sabha (Dewan Pimpinan Sangha) Sangha Theravada Indonesia, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pasamuan Sangha Theravada Indonesia Tahun 1989, di Brahmavihara Arama, Banjar, Singaraja, pada tanggal 25 November 1989, yang dihadiri 14 bhikkhu peserta, memutuskan perubahan istilah Anu Sanghanayaka menjadi Upa Sanghanayaka, dan mengubah Asisten Sekretaris Jenderal menjadi Wakil Sekretaris Jenderal.
Baris 65:
B. Dewan Pimpinan (Karaka Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2000 – 2003, terdiri:
1.
2.
Rapat Pimpinan 11/2000 Sangha Theravada Indonesia di Panti Semedi Balerejo, Blitar, pada tanggal 27 Juni 2000, mengangkat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Rapat Pimpinan I/2002 Sangha Theravada Indonesia di Padepokan Dhammadipa Arama, Batu, pada tanggal 3 Maret 2002, mengangkat Subhapanno Thera sebagai Koordinator Padesa Nayaka Wilayah Indonesia Timur.
Baris 84:
Dewan Pimpinan (Karaka Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia masa ‘pengabdian tahun 2003 – 2006, terdiri:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Persamuhan Agung (Maha Sangha Sabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2005 di Saung Paramita, Ciapus, Bogor, pada tanggal 11 Juni 2005, yang dihadiri 31 bhikkhu peserta, 6 bhikkhu peninjau, dan 2 bhikkhu peninjau khusus (Sanghanayaka / Upa Sarighanayaka), memutuskan:
Baris 118:
Sidang Persamuhan Agung (Mahasanghasabha) Sangha Theravada Indonesia Tahun 2006, di Brahmavihara Arama, Banjar, Singaraja, pada tanggal 10 Juni 2006, mengangkat:
A.
B.
Masa pengabdian Kepala Sangha dan Wakil Kepala Sangha Persamuhan Agung Sangha Theravada Indonesia sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
C.
D.
E.
Masa pengabdian Ketua Dewan Sesepuh, Ketua Umum Dewan Pimpinan, Ketua Dewan Kehormatan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
Baris 131:
A. Dewan Sesepuh (Therasamagama) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2006 – 2011:
1.
2.
3.
4.
5.
B. Dewan Pimpinan (Karakasanghasabha) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2006 – 2011:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C. Dewan Kehormatan (Adhikaranasabha) Sangha Theravada Indonesia masa pengabdian tahun 2006 – 2011; pada tanggal 7 Agustus 2006 Kepala Sangha Persamuhan Agung Saingha Theravada Indonesia mengangkat Atimedho Thera sebagai Wakil Ketua Dewan Kehormatan, dan Cittanando Thera sebagai anggota Dewan Kehormatan Sangha Theravada Indonesia:
1.
2.
3.
4.
5.
Sampai dengan tanggal 23 Oktober 2006, tatkala Sangha Theravada Indonesia telah mempersembahkan pengabdian Dhamma di bumi pertiwi selama 30 tahun, terdapat 54 bhikkhu yang memiliki pengabdian bersama dalam Sangha Theravada Indonesia. Beberapa bhikkhu telah wafat meninggalkan Sangha Theravada Indonesia, beberapa bhikkhu juga telah meninggalkan Saingha Theravada Indonesia kembali menjadi perumahtangga, meskipun demikian tidak ada bhikkhu yang meninggalkan Sangha Theravada Indonesia karena menjadi anggota organisasi Sangha lain. Beberapa bhikkhu Sangha Theravada Indonesia juga masih menimba pengetahuan dan pengalaman dengan belajar Dhammavinaya serta berlatih meditasi di luar negeri. Sangha Theravada Indonesia telah melampaui masa demi masa kepemimpinan yang masing-masing berjasa memberi corak kualitas budaya persamuhan petapa Buddhis yang memegang teguh Dhammavinaya serta menjunjung kepribadian Nasional di tengah-tengah kehidupan zaman yang makin berkembang.
|