Kota Madiun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Widodogb (bicara | kontrib)
Menolak 3 perubahan terakhir (oleh Widodogb) dan mengembalikan revisi 4601730 oleh Rintojiang
Baris 36:
=== Perguruan Tinggi ===
Kota Madiun juga dikenal sebagai ''Kota Pelajar'', karena memiliki sejumlah perguruan tinggi.
Perguruan tinggi negeri termasuk [[IKIP PGRI Madiun]], [[Universitas Negeri Madiun]], [[Akademi Perkeretaapian Indonesia]], [[Akademi Penerbangan Iswahyudi]], dan [[Politeknik Negeri Madiun]]. Beberapa perguruan tinggi swasta termasuk [[Universitas Katolik Widya Mandala Madiun|Universitas Widya Mandala]], [[Universitas Islam Indonesia]], [[Universitas Merdeka Madiun]], [[Universitas Muhammadiyah]], [[STKIPSTAN Widya YuwanaMadiun]], [[AKPERSTKIP Dr.SOEDONOWidya Yuwana]], dan sebagainya.
 
=== Sekolah Menengah Atas (SMA) ===
Baris 102:
* SMP Negeri 13 Madiun (Sekolah Standar Nasional)
* SMP Negeri 14 Madiun
* MTsN Kota Madiun
 
SMP swasta antara lain:
Baris 108 ⟶ 107:
* SMP Santo Yusuf Madiun
* SMP Santo Bernadus Madiun
* SMP PSMBina Jaya Sari Madiun
* SMP School Madiun Putera Madiun
* MTs Pertanian
* MTs Mudjaddadiyah
 
== Ekonomi ==
Baris 185 ⟶ 183:
== Sejarah ==
 
Madiun merupakan suatu wilayah yang dirintis oleh [[Ki Panembahan Ronggo Jumeno]] atau biasa disebut Ki Ageng Ronggo. Asal kata Madiun dapat diartikan dari kata "medi" (hantu) dan "ayun-ayun" (berayunan), maksudnya adalah bahwa ketika Ronggo Jumeno melakukan "Babat tanah Madiun" terjadi banyak [[hantu]] yang berkeliaran. Penjelasan kedua karena nama [[keris]] yang dimiliki oleh Ronggo Jumeno bernama keris Tundhung Medhiun. Pada mulanya bukan dinamakan Madiun, tetapi '''Wonoasri'''.
Asal Mula Nama Madiun ketika pada masa pemerintahan Ki Ageng Reksogati dan Pangeran Timur nama Madiun belum ada, daerah ini dulu disebut Kadipaten Puroboyo. Asal kata Madiun mempunyai banyak versi, yang ditinjau dari berbagai sudut pandang, diantaranya yaitu : gabungan dari : kata "medi" (hantu) dan "ayun-ayun" (berayunan), yaitu dikisahkan ketika Ki Mpu Umyang / Ki Sura bersemedi untuk membuat sebilah keris di sendang panguripan ( sendang amerta ) di Wonosari ( Kuncen, sekarang ) diganggu gendruwo/ hantu yang berayun-ayun di pinggir sendang, maka keris tersebut diberi nama ”Tundung Mediun”. Kemudian cerita lain berasal dari “Mbedi” (sendang) “ayun-ayunan” (perang tanding) yaitu perang antara Prajurit Mediun yang dipimpin oleh Retno Djumilah di sekitar sendang. Kata ”Mbediun” sendiri sampai sekarang masih lazim diucapkan oleh masyarakat terutama di daerah Kecamatan Kare, Madiun. Mereka mengucapkan Mbediun untuk menyebutkan Madiun, versi berikutnya adalah Madya-ayun yaitu Madya ( tengah ) ayun ( depan ), Pangeran Timur adalah adik ipar dan juga salah satu bangsawaan Demak yang sangat di hormati oleh Sultan Hadiwijoyo di Kasultanan Pajang, maka pada waktu acara pisowanan beliau selalu duduk sejajar dengan Sultan Hadiwijoyo di Madya ayun ( tengah depan. Pada akhir Pemerintahan Majapahit atau Masa kejayaan Kasultanan Demak Bintoro di wilayah Madiun selatan terdapat Kadipaten Gegelang atau Ngurawan yang didirikan oleh Pangeran Adipati Gugur salah satu putra Prabu Brawijaya V. Dengan perkawinan putra mahkota Demak Pangeran Surya Pati Unus dengan Raden Ayu Retno Lembah putri dari Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di Ngurawan ( mungkin Dolopo sekarang ) maka pusat pemerintahan dipindahkan dari Ngurawan ke Desa Sogaten dengan nama baru yaitu Purabaya. Pangeran Surya Pati Unus menduduki Tahta Kabupaten Purabaya menggantikan Kyai Ageng Reksogati yang sebelumnya diangkat oleh Kasultanan Demak sebagai pemimpin sekaligus penyebar agama Islam di wilayah Sogaten mulai tahun 1518 (Sogaten = tempat Kyai Reksogati)Pangeran Timur dilantik menjadi Bupati di Purabaya bersamaan dengan dilantiknya Hadiwijoyo sebagai Sultan Pajang tanggal 18 Juli 1568, pemerintahan berpusat di Desa Sogaten dan Sidomulyo sekarang. Sejak saat itu secara yuridis formal Kabupaten Purabaya menjadi suatu wilayah pemerintahan Kabupaten di bawah Kasultanan Pajang ( sebagai penerus Demak).
Pada tahun 1575 pusat pemerintahan dipindahkan dari Sogaten ke Desa Wonorejo/Wonosari di sebut juga Kutho Miring (Kuncen sekarang) yang letaknya lebih strategis karena diapit 2 sungai yaitu Kali Catur dan Nggandong, sampai tahun 1590. Pada tahun 1586 Kesultanan Pajang Runtuh akibat adanya konflik internal dan serangan dari Mataram, maka Panembahan Rama (sebutan lain pangeran Timur) menyatakan bahwa Purabaya adalah kabupaten bebas yang tidak terikat dengan hierarki Mataram, dengan tidak tunduknya Purabaya pada Panembahan Senopati, maka Mataram segera mengirim expedisi militer untuk menaklukan Purabaya sebagai pimpinan Kabupaten Mancanegara Timur (Brang wetan), tahun 1586 dan 1587. Namun prajurit Mataram selalu menderita kekalahan yang cukup berat. Prajurit Purabaya dan sekutu dipimpin oleh Raden Ayu Retno Djumilah yang telah mendapatkan mandat dari ayahnya Panembahan Rama. Retno Djumilah memimpin seluruh Kabupaten Mancanegara Timur diantaranya, Kabupaten Surabaya, Pasuruan, Kediri, Panaraga, Kedu, Brebek, Pakis, Kertosono, Ngrowo, Blitar, Trenggalek, Tulung, Jogorogo dan Caruban. Pada tahun 1590, dengan berpura-pura menyatakan takluk dalam versi lain atas saran Ki Mandaraka (Ki Juru Mertani) Panembahan Senopati mengutus seorang dayang cantik jelita bernama Nyai Adisara untuk menyatakan kekalahan dengan membawa surat takluk dan sebagai tanda, Nyai Adisara membasuh kaki Panembahan Rama yang airnya nanti digunakan untuk siram jamas Panembahan Senopati, hal ini membuat Pasukan Purabaya dan sekutunya terlena, maka berangsur-angsur pulanglah pasukan sekutu dari Kabupaten Purabaya, dengan ahli strategi Ki Juru Mertani dan 40.000 prajurit Mataram yang telah bersiap di barat Kali Madiun menyerang pusat istana Kabupaten Purabaya, terjadilah perang hebat, tepat pada sore hari prajurit Madiun kalah dan banyak yang melarikan diri ke Surabaya, tinggalah Raden Ayu Retno Djumilah yang memang sudah ditugaskan ayahandanya untuk mempertahankan Purabaya, dengan di bekali pusaka Tundhung Mediun yang bernama Keris Kala Gumarang dan sejumlah kecil pengawalnya. Perang tanding terjadi antara Sutawidjaja dengan Raden Ayu Retno Djumilah dilakukan disekitar sendang di dekat istana Wonorejo (daerah Demangan).Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut oleh Sutawijaya dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu Retno Djumilah dipersunting oleh Sutawijaya kemudian diboyong ke istana Mataram sedangkan Panembahan Rama (Ronggo Jumeno) melarikan diri ke Surabaya, sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purabaya tersebut maka pada hari Jum'at Legi tanggal 16 Nopember 1590 Masehi nama “Purabaya” diganti menjadi “Mbediyun ” atau Mediun.
 
Sejak awal Madiun merupakan sebuah wilayah di bawah kekuasaan [[Kesultanan Mataram]]. Dalam perjalanan sejarah Mataram, Madiun memang sangat strategis mengingat wilayahnya terletak di tengah-tengah perbatasan dengan [[Kerajaan Kadiri]] (Daha). Oleh karena itu pada masa pemerintahan Mataram banyak pemberontak-pemberontak kerajaan Mataram yang membangun basis kekuatan di Madiun. Seperti munculnya tokoh Retno Dumilah.
Beberapa peninggalan Kadipaten Madiun salah satunya dapat dilihat di Kelurahan Kuncen dan Taman, dimana terdapat makam-makam Bupati Ronggo Madiun sebagai Pemimpin Bupati Mancanegara Timur, Patih Wonosari serta makam pemimpin Desa Perdikan Kuncen dan Taman. Masjid Tertua di Madiun yaitu Masjid Nur Hidayatullah, artefak-artefak disekeliling masjid, serta sendang (tempat pemandian) keramat.
 
Beberapa peninggalan Kadipaten Madiun salah satunya dapat dilihat di Kelurahan Kuncen dan Taman, dimana terdapat makam-makam BupatiKi RonggoAgeng MadiunPanembahan sebagai Pemimpin Bupati MancanegaraRonggo TimurJumeno, Patih Wonosari sertaselain makam pemimpinpara DesaBupati Perdikan Kuncen dan Taman.Madiun, Masjid Tertua di Madiun yaitu Masjid Nur Hidayatullah, artefak-artefak disekeliling masjid, serta sendang (tempat pemandian) keramat.
 
Sejak masa [[Hindia-Belanda]], Madiun adalah suatu ''[[gemeente]]'' yang berpemerintahan sendiri (swapraja) karena komunitas Belanda yang bekerja di berbagai perkebunan dan industri tidak ingin diperintah oleh Bupati (yang adalah orang Jawa). Sebagai suatu kota swapraja, Madiun didirikan 20 Juni 1918, dengan dipimpin pertama kali oleh asisten residen Madiun. Baru sejak 1927 dipimpin oleh seorang walikota. Berikut adalah walikota Madiun sejak 1927 <ref>http://www.madiunkota.go.id/walikota-madiun</ref>: