Tata Surya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Suntingan 125.162.53.30 (Bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Gabriel Iwan Prasetyono
Baris 11:
Disebabkan oleh orbit [[planet]] yang membujur, jarak dan kedudukan [[planet]] berbanding kedudukan [[matahari]] berubah mengikut kedudukan [[planet]] di orbit.
 
[[Berkas:Contoh.jpg]]==Sejarah penemuan==
Lima [[planet]] terdekat ke Matahari selain [[Bumi]] ([[Merkurius]], [[Venus]], [[Mars]], [[Yupiter]] dan [[Saturnus]]) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki [[Planet#Sejarah_nama-nama_planet|nama sendiri untuk masing-masing planet]].
 
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. [[Galileo Galilei]] (1564-1642) dengan [[teleskop]] refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
 
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan [[Venus]], seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori [[heliosentris]], yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang digagas oleh [[Nicolaus Copernicus]] (1473-1543) sebelumnya. Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh [[Merkurius]] hingga [[Saturnus]].
 
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti [[Christian Huygens]] (1629-1695) yang menemukan [[Titan]], satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit [[Bumi]]-[[Yupiter]].
 
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui [[Johannes Kepler]] (1571-1630) dengan [[Hukum Kepler]]. Dan puncaknya, [[Sir Isaac Newton]] (1642-1727) dengan [[hukum gravitasi]]. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
 
Pada [[1781]], [[William Hechell]] (1738-1782) menemukan [[Uranus]]. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. [[Neptunus]] ditemukan pada Agustus [[1846]]. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. [[Pluto]] kemudian ditemukan pada [[1930]].
 
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, [[Charon (bulan)|Charon]], satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
 
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut [[objek trans-Neptunus]]) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek [[Sabuk Kuiper]] (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya [[Quaoar]] (1.250 km pada Juni 2002), [[Huya]] (750 km pada Maret 2000), [[Sedna]] (1.800 km pada Maret 2004), [[Orcus]], [[Vesta]], [[Pallas]], [[Hygiea]], [[Varuna]], dan [[2003 EL61]] (1.500 km pada Mei 2004).
 
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan [[UB 313]] (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya [[Xena]]. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
 
==Daftar jarak planet==