Sejarah homoseksualitas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 70:
 
Gender ketiga juga dapat ditemui di Kepulauan Pasifik. Contohnya, di [[Samoa]], ada gender ketiga yang disebut ''[[fa'afafine]]''. Fa'afafine adalah anak laki-laki kemayu yang dibesarkan sebagai perempuan, dan punya [[peran gender]] tersendiri dalam masyarakat Samoa.<ref>Saleimoa Vaai, Samoa Faamatai and the Rule of Law (Apia: The National University of Samoa Le Papa-I-Galagala, 1999).</ref>
 
== Pertimbangan historiografis ==
Istilah "homoseksualitas" diciptakan pada abad ke-19, sementara istilah "heteroseksualitas" dibuat setelahnya masih pada abad yang sama. Istilah "[[biseksual]]" diciptakan pada abad ke-20 saat identitas seksual ditentukan kalangan mayoritas sehingga perlu label bagi mereka yang umumnya tidak hanya tertarik pada satu jenis kelamin. Sejarah seksualitas manusia tidak hanya berbicara sejarah seksualitas kaum heteroseks saja dan sejarah seksualitas kaum homoseks, tetapi mengenai cara melihat konsepsi yang lebih luas sebuah peristiwa sejarah dari sudut pandang konsep modern kita saat ini atau konsep seksualitas yang diambil dari definisi yang paling luas atau harfiah.
Penggambaran tokoh-tokoh sejarah sering disertakan dengan identitas seksual seperti [[straight]], biseksual, [[gay]], atau [[queer]]. Pendukung praktik homoseksual mengatakan bahwa hal itu dapat menyoroti isu-isu seperti historiografi yang bersifat diskriminatif, misalnya, dengan menghapuskan catatan sejarah pengalaman seksual sesama jenis tokoh-tokoh terkemuka, atau karya seni dan sastra buah hasil percintaan sesama jenis, dan sebagainya. Berlawanan dengan itu, beberapa peneliti pro-LGBT tetap berpegang pada teori-teori homoseksualitas, mengeliminasi kemungkinan lain.
Namun, banyak akademisi menganggap penggunaan label sebagai masalah karena perbedaan masyarakat dalam mengkonstruksikan orientasi seksual dan karena konotasi istilah-istilah modern seperti "queer." Misalnya, di banyak masyarakat perilaku seks sesama jenis dan tidak ada identitas seksual yang dibangun. Akademisi biasanya bekerja menentukan kata-kata yang akan digunakan beserta konteksnya. Para pembacanya diingatkan untuk menghindari asumsi terhadap identitas tokoh-tokoh sejarah berdasarkan penggunaan istilah yang disebutkan di atas.
 
== Catatan kaki ==