Kota Bukittinggi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 85:
'''Kota Bukittinggi''' adalah salah satu [[Kota (wilayah administratif)|kota]] di provinsi [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]. Kota ini pernah menjadi [[ibu kota]] Indonesia pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]].<ref>Mestika Zed, Eddy Utama, Hasril Chaniago; Sumatera Barat di panggung sejarah, 1945-1995; Panitia Peringatan 50 Tahun RI, 1995.</ref>
Bukittinggi sebelumnya disebut dengan ''Fort de Kock'' dan dahulunya pernah dijuluki sebagai ''Parijs van Sumatra'' selain [[kota Medan]].<ref>bataviase.co.id [http://bataviase.co.id/node/137877 Inilah Parijs van Sumatera]. Diakses pada 26 Juni 2010.</ref> Kota ini merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, diantaranyadi antaranya adalah [[Mohammad Hatta]] dan [[Assaat]] yang masing-masing merupakan proklamator dan [[Daftar Presiden Indonesia|pejabat presiden Republik Indonesia]].
 
Selain sebagai kota perjuangan, Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (''sister city'') dengan [[Seremban]] di [[Negeri Sembilan]], [[Malaysia]]. Seluruh wilayah kota ini berbatasan langsung dengan [[Kabupaten Agam]]. Tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah [[Jam Gadang]], yaitu sebuah [[menara jam]] mirip [[Big Ben]] yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi simbol bagi kota yang berada pada tepi sebuah lembah bernama [[Ngarai Sianok]].
Baris 100:
Selanjutnya Kota Bukittinggi menjadi ''Kota Besar'' berdasarkan [[Undang-undang]] Nomor 9 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota besar dalam lingkungan daerah provinsi [[Sumatera Tengah]] masa itu,<ref>hukum.unsrat.ac.id[http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_1956.pdf Undang-undang Nomor 9 Tahun 1956] (diakses pada 29 Juni 2010)</ref> yang meliputi wilayah provinsi [[Sumatera Barat]], [[Jambi]], [[Riau]] dan [[Kepulauan Riau]] sekarang.
 
Dalam rangka perluasan wilayah kota, pada tahun 1999 pemerintah menerbitkan [[Peraturan Pemerintah|PP]] Nomor 84 Tahun 1999, yang menggabungkan nagari-nagari di sekitar Bukittinggi ke dalam wilayah kota. Nagari-nagari tersebut yaitu [[Cingkariang, Banuhampu, Agam|Cingkariang]], [[Gadut, Tilatang Kamang, Agam|Gaduik]], [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok Anam Suku]], [[Guguak Tabek Sarojo, IV Koto, Agam|Guguak Tabek Sarojo]], [[Ampang Gadang, IV Angkek, Agam|Ampang Gadang]], [[Ladang Laweh, Banuhampu, Agam|Ladang Laweh]], [[Pakan Sinayan, Banuhampu, Agam|Pakan Sinayan]], [[Kubang Putiah, Banuhampu, Agam|Kubang Putiah]], [[Pasia, IV Angkek, Agam|Pasia]], [[Kapau, Tilatang Kamang, Agam|Kapau]], [[Batu Taba, IV Angkek, Agam|Batu Taba]], dan [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang]].<ref>Harian Haluan [http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=12852:agam-tuo-masuk-kota-bukittinggi-apa-benar&catid=13:haluan-kita&Itemid=81]</ref> DikarenakanNamun sebagian masyarakat di 12 nagari tersebut menolak untuk bergabung dengan Bukittinggi, makasehingga peraturan tersebut hingga saat ini peraturan tersebut belum dapat dilaksanakan.<ref>www.pu.go.id [http://www.pu.go.id/index.asp?site_id=001&news=ppw220506joe.htm&ndate=5/22/2006 Pemkot Bukittinggi Bertekad Menata Kembali Ruang Kota-nya] (diakses pada 26 Juni 2010)</ref>
 
== Geografi ==
Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian [[Bukit Barisan]] yang membujur sepanjang pulau [[Sumatera]], dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu [[Gunung Singgalang]] dan [[Gunung Marapi]]. Kota ini berada pada ketinggian 909 – 941 meter di atas permukaan laut, dan memiliki hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1 – 24.9&nbsp;°C. Sementara dari total luas wilayah kota Bukittinggi saat ini (25,24 km²), 82.8% telah diperuntukan menjadi lahan budidaya, sedangkan sisanya merupakan hutan lindung.
 
Kota ini memiliki topografi berbukit-bukit dan berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, diantaranyadi antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang, Bukit Paninjauan dan sebagainya. Sementara terdapat lembah yang dikenal juga dengan [[Ngarai Sianok]] dengan kedalaman yang bervariasi antara 75 - 110 m, yang didasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan [[Batang Masang]].
 
== Kependudukan ==
Baris 219:
== Perekonomian ==
[[Berkas:Bukittinggi Túnel Japonés.JPG|thumb|200px|Lubang Jepang di Bukittinggi]]
Perkembangan pasar ''Loih Galuang'' yang sekarang disebut juga ''Pasar Ateh'', membuat pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1900 mengembangkan sebuah ''loods'' ke arah timur, tepatnya pada kawasan pinggang bukit yang berdekatan dengan selokan yang mengalir di kaki bukit. Karena lokasi pasar tersebut berada di kemiringan, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama ''Pasar Teleng'' (Miring) atau ''Pasar Lereng''. Perkembangan berikutnya di sekitar kawasan tersebut muncul lagi beberapa pasar, diantaranyadi antaranya ''Pasar Bawah'' dan ''Pasar Banto''. Pasar-pasar tradisional di sekitar kawasan Jam Gadang ini, kemudian berkembang menjadi tempat penjualan hasil kerajinan tangan dan cinderamata khas Minangkabau. Dalam penataan pasar, pemerintah Hindia-Belanda juga menghubungkan setiap pasar tersebut dengan ''janjang'' (anak tangga), dan di antara anak tangga yang terkenal adalah ''Janjang 40''.
 
Untuk mengurangi penumpukan pada satu kawasan, pemerintah Kota Bukittinggi kemudian mengembangkan kawasan perkotaan ke arah timur dengan membangun [[Pasar Aur Kuning]], yang saat ini merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di Pulau Sumatera. Disebabkan luas wilayah yang kecil, sektor [[perdagangan]] merupakan salah satu pilihan yang tepat bagi pemerintah Kota Bukittinggi dalam meningkatkan pendapatan penduduknya.
 
Selain itu pemerintah Kota Bukittinggi juga menelurkan beberapa program dalam mengentaskan kemiskinan, diantaranyadi antaranya pelatihan keterampilan membordir dan pelatihan pembuatan kebaya, serta penumbuhan wirausaha baru.<ref>www.kabarindonesia.com [http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Sang+Pengentasan+Kemiskinan+ala+Kota+Bukittinggi&dn=20100514203105 Sang Pengentasan Kemiskinan ala Kota Bukittinggi] (diakses pada 26 Juni 2010)</ref>
 
== Pariwisata ==