Hadi Sukatno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
=== Langen Carita (Operet Anak) ===
[[Berkas:Cover-langen-tjarita-katno-cmprs.jpg|245px|thumb|right|Cover Langen Carita Aji Saka dan Arya Penangsang]]
Banyak karya-karya Ki Hadi Sukatno yang diperuntukan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar yang telah dibukukan oleh Penerbit Taman Siswa pada Tahuntahun 1964 antara lain seperti:
 
* Arya Penangsang
Baris 118:
'Lirik Lagu Jaranan':<br>Jaranan, jaranan jarané jaran Tèji,Sing numpak Mas Ngabèhi, Sing ngiring para abdi,Jrèk jrèk nong, jrèk jrèk gung jrèk è jrèk turut lurung,Gedebuk krincing gedebuk krincing thok thok gedebuk jedhèr,Gedebuk krincing gedebuk krincing thok thok gedebuk jedhèr.
}}
Karya-karyanya pada umumnya bersumber pada dongeng Rakyatrakyat tradisional yang diangkat menjadi permainan anak-anak. Sesekali juga di buatnyadibuatnya karya modern seperti untuk peringatan Hari Kartini, Serangan Umum 1 Maret, Hari ABRI, atau yang berlatar belakang perjuangan. Bahkan yang berdialogpunberdialog pun digarapnya, umpamanya untuk penyuguhan di TV, agar dapat berkomunikasi dengan baik, dialognya dengan bahasa Indonesia tetapi iringannya tetap menggunakan gamelan. "Mengapa tidak memakai piano?. Dengan rendah dia menegaskan; "tidak menguasai". Di kelak kemudian hari pada tahun 1991, ide dan gagasannya dilanjutkan oleh putra keduanyake duanya [[Ki Priyo Dwiarso]] dibawahdi bawah pembinaan [[Sri Sultan Hamengkubuwono X]] berupa [[Festival Operet Anak]] untuk memperingati Jumenengan Dalem (Hari Penobatan Raja Yogyakarta).
 
Tema-tema karyanya senantiasa sama, bahwa kelaliman pasti terkalahkan, dan kebaikan pasti menang. Jangan lupa "Keriangan" yang menjadi ciri utama gairah anak harus diikut sertakandiikutsertakan<ref>{{cite book | first=Ki | last=Hadisukatno| title=Permainan Kanak-Kanak Sebagai Alat Pendidikan | publisher=Madjelis-Luhur Taman-Siswa | location=Yogyakarta | year=1952}}</ref>.
 
== Dolanan Anak ==
Menurut Ki Hadi Sukatno "dolanan anak" yang tradisional dapat dibagi menurut maksudnya:<ref>{{cite book | first=Joko | last=Pamungkas| title=PERSIAPAN MENTAL GURU PAUD DALAM PEMBELAJARAN DOLANAN TRADISIONAL | publisher=Universitas Negeri Yogyakarta | location=Yogyakarta | year=2011 |url=http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PERSIAPAN%20MENTAL%20GURU%20PAUD%20DALAM%20PEMBELAJARAN.pdf | accessdate=March 24, 2012 }}</ref><ref>{{cite book | author=Krisdyatmiko | title=Dolanan Anak, Refleksi Budaya dan Wahana Tumbuh Kembang Anak | publisher=Jurusan Ilmu Sosiatri FISIPOL UGM | location=Yogyakarta | year=1999 | url=http://lib.ugm.ac.id/plain.php?app=simpus&act=detail&id=0057873 | isbn=9795391275 | accessdate=March 24, 2012}}</ref>
 
'''Pertama''', mainan yang bersifat menirukan perbuatan orang dewasa, misalnya ": pasaran, mantenan, dayoh-dayohan, membuat rumah dari batu dan pasir, membuat pakaian boneka dari kertas, membuat wayang dari janur atau rumput-rumputan, dan lain sebagainya. Permainan ini dilakukan dengan asyiknya, seakan anak-anak merasakannya sebagai perbuatan yang sungguh-sungguh.
 
'''KeduaKe dua''', permainan untuk mencoba kekuatan dan kecakapan. Permainan ini dengan tidak disadari oleh anak-anak sendiri mempunyai maksud melatih kekuatan dan kecakapan jasmani. Misalnya : Tariktarik-menarik, berguling-guling, bergulat, berkejar-kejaran, gobaksodor, gobak-bunder, bengkat, benthik-uncal, jetungan, genukan dengan gendongan, obrok, tembung, bandhulan, dan masih banyak lagi yang sudah kuranga dikenal lagi oleh generasi masa kini.
 
'''KetigaKe tiga''', permainan melatih panca-indera. Dalam permainan ini termasuk latihan kecakapan meraba dengan tangan, menghitung bilangan, memperkirakan jarak, menajamkan alat penglihatan dan pendengaran, menggambar, dan lain sebagainya. Permainan semacam ini, misalnya : gatheng, dakon, macanan, sumbar-suru, sumbbarmanuk, sumbar-dulit, kubuk, adu-kecik, adu-kemiri, main kelereng, jirak, bengkat, paton, dekepan, menggambar di tanah, main petak umpet, main bayang-bayangan, serangserongan, dan lain sebagainya. Permainan jenis keduake dua dan ketigake tiga ini erat sekali hubungannya dengan kegiatan olahraga.
 
'''KeempatKe empat''', permainan dengan latihan bahasa, yaitu permainan anak-anak berupa percakapan. Setiap kali anak-anak berkumpul, biasanya selalu terlibat dalam perbincangan tentang dongeng, cerita pengalaman atai teka-teki, yang menimbulkan tumbuhnya fantasi. Biasanya selalu tampil seseorang dengan teka-tekinya, yang kemudian diikuti oleh yang lain, dimanaketiks seseorang tidak hanya pasif menebak saja, tetapi juga membalas mengajukan teka-tekinya sendiri. Ini tidak terbatas pada teka-teki yang sudah lazim saja, seperti: pitik-walik saba kebon, pong-pong bolong, tetapi bisa timbul teka-teki buatan sendiri yang orisinal. Di sinilah tumbuh-kembangnya kecakapan bahasa dan kecerdasan otak.<br>
'''KelimaKe lima''', permainan dengan lagu dan wirama. Membicarakan "dolanan anak" dengan lagu dan gerak wirama, sangatlah luas dan banyak sekali ragamnya, misalnya : Jamuranjamuran, cublak-cublak suweng, bibi tumbas timun, manuk-manuk dipanah, tokung-tokung, blarak-blarak sempal, demplo, bang-bang-tut, pung-irung, bethu-thonthong, kidang-talun, ilir-ilir karya Sunan kalijaga, dan lain sebagainya.
 
== Masa muda dan awal karier ==
Baris 141:
Ayahandanya Ki Hadi Sukatno ini banyak meninggalkan koleksi buku-buku, ia juga menuliskan konsep surat dan silsilah Paku Buwono yang menurunkan dirinya. Bukti tulisan ayahanda yang indah itu tersimpan dengan baik.
 
Ki Hadi Sukatno yang kita kenal ini memberikan penjelasan, bahwa pada zaman dahulu untuk sekolah bagi pribumi sangat dipersulit oleh kolonial, untuk ''melek'' (melihat) pengetahuan dipersukar. Setelah lulus Ongko Loro (SD 5 tahun), ia ingin melanjutkan ke Schakel School, tetapi usianya sudah melampui batas, maka ia lalu kursus Bahasa Belanda dan diajar oleh kakaknya sendiri Djalal.
 
Setahun Hadi Sukatno kursus bahasa Belanda, kemudian waktu Taman Siswa membuka Schakel School Taman Siswa, ia segera memasukinya. Jarak Delanggu-Yogyakarta ditempuhnya dengan kereta api yang biayanya waktu itu 6 sen.
Baris 150:
 
== Aktivitas pergerakan ==
Hadi Sukatno muda ini selalu digelitik untuk berkreasi, ketika [[Pendapa Agung Taman Siswa]] diresmikan pada tahun 1938, ia mementaskan Seni permainan anak-anak Cemporowa dan Kembang jagung. Hadi Sukatno juga turut memeriahkan peresmian Pendapa Agung itu, dengan membawakan Tari Hindu koreographernyakoreografi oleh Rusli (pelukis dan anggota Akademi Jakarta).
 
Pengalaman yang mengesankan waktu muda, yaitu waktu pertama kalinya diperkenalkan memukul gamelan, saat ia menjadi siswa Taman Guru, memukul gamelan dengan tidak boleh melihat penarinya, sebab penarinya putri. Ia memukul gamelan dengan membungkuk dan terhalang papan kayu. Menurutnya mungkin inilah yang mejadi toggaktonggak sejarah pendidikan tari untuk putri, Taman siswa yang mengawalinya. Guru-gurunya di datangkandidatangkan dari [[Krido Bekso Wiromo]], antara lain [[GPH. Tedjokusumo]], [[BPH. Suryodiningrat]], dan [[RW. Hatmodidjojo]].
 
Di sini Hadi Sukatno muda jatuh hati kepada salah seorang putri gurunya, [[RAj Kustihadi]] putri [[RW. Hatmodidjojo]] yang kemudian dipersuntingnya sebagi istri. Semula Raden Ajeng Kustihadi digigit Tokek dibalut dengan saputangan Hadi Sukatno, sesuai cerita lisan [[Ki Hajar Dewantara]] kepada putra keduanyake duanya [[Raden Mas Priyo Dwiarso]]. Ketika tiba waktunya melamar Hadi Sukatno mohon pertolongan Ki Hajar Dewantara untuk melamar di Keraton Yogyakarta kepada RW Hatmodijoyo sekaligus sebagai saksi pernikahannya. Ia menikah pada tahun 1940 dan meninggal dunia tahun 1983.
 
Ki Hadi Sukatno yang Pembina seni permainan anak-anak ini, juga seorang pembaca ceritera berbahasa Jawa yang baik. Sejak tahun 1953 setiap dua minggu sekali membaca di RRI Nusantara II Yogyakarta program "Bacaan Buku", penggemarnya banyak. Tetapi tahun 1981, acara ini tiba-tiba di hentikandihentikan. Apa sebabnya iapun tidak mengetahui dengan pasti. Cukup dengan ucap "Terima kasih" katanya. Ia terkejut dengan penghentian ini, padahal sekarang Bahasa dan Sastra Jawa digalakkan, buktinya adanya proyek Javanologi, yang ia pernah juga diundang untuk memberikan ceramah tentang Seni permainan anak-anak. "Sekarang ini hanya Taman Siswa saja yang menalurikan kebudayaan itu kepada anak didik. Sebenarnya demi melestarikan dan dan mendasari rasa budaya kebangsaannya, seni permainan anak-anak yang mencakup kesenian daerah itu harus tetap hidup. Hanya saja bentuk, isi dan iramanya yang mesti menyesuiakanmenyesuaikan gerak jamanzaman. Sifat permainannya tetap. Sebab sebagaimana wejangan [[Ki Hajar Dewantara]], sifat kebudayaan tidak akan pernah berubah, sekalipun bentuk isi dan iramanya berlainan. Kita bisa mencari jalan pembaharuan supaya Seni permainan anak-anak bisa memenuhi selera jamanzaman. Jika bentuknya berkisar ke itu-itu saja, nanti sulit melawan arus. Tidak akan ada yang nonton. Untuk mewujudkan seni permainan anak-anak seperti jamuran, soyang, dan cublak- cublak suweng adalah pekerjaan yang sulit. Sebab lingkungan suasananya tidak mendukung. Yang utama mengkreasikan inti pendidikan dalam permainan (dolanan) itu.
 
Demikian ucap Ki Hadi Sukatno, seorang Pembina Seni permainan anak-anak, seorang pendidik tulen yang penuh pengabdian.