Joan Maetsuycker: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 37:
 
Perjanjian ini membuat Hasanuddin berang, karena dianggap sangat merugikan kerajaannya. Akhirnya pada awal tahun 1669, dengan kekuatan terakhirnya Gowa melawan tentara VOC. Perlawanan hebat ini berakhir setelah Speelman mendapat bantuan dari Batavia dan berhasil menerobos Benteng terkuat Gowa saat itu, [[Somba Opu, Gowa|Somba Opu]] pada tanggal 22 Juni 1669. Akibat dari kekalahan ini, Sultan Hasanuddin akhirnya mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan meninggal dunia pada tanggal 12 Juni 1670. Dengan meninggalnya Sultan Hasanuddin, berakhirlah Perang Gowa, dan sejak saat itu Makassar dikuasai oleh VOC. Kemudian sesuai dengan janjinya, VOC pada tahun 1672 mengangkat Arung Palakka sebagai Raja Bone.
 
===Pemberontakan Trunojoyo===
Pada tahun 1671, pemimpin pulau [[Madura]] yaitu [[Trunojoyo]] memberontak terhadap kekuasaan [[Mataram]] di pulau itu. Pemberontakan dimenangkan oleh Trunojoyo dan menguasai pulau ini dari pengaruh Mataram. Mataram sendiri tidak begitu serius menanggapi, karena pada tahun-tahun tersebut [[Gunung Merapi]] meletus dan dilanjutkan dengan wabah kelaparan pada tahun 1674.
 
Mengetahui bahwa Mataram terkena musibah dan tidak menganggap serius terhadap kekuatan Trunojoyo. Maka pada tahun 1675 Trunojoyo dibantu dengan tentara [[Makassar]] yang mengungsi dari Sulawesi mulai menyerang pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa. Trunojoyo dengan memanfaatkan sentimen keagamaan berhasil mengambil simpati penduduk di pesisir utara Jawa. Hingga akhir tahun Trunojoyo berhasil mengambil alih [[Surabaya]], [[Jepara]] hingga [[Cirebon]] dari tangan Mataram.
 
Mengetahui situasi yang tidak menguntungkan, Raja Mataram [[Amangkurat I]] mengutus anaknya [[Pangeran Puger]] untuk bertemu dengan Maetsuyker dengan tujuan meminta bantuan VOC menumpas Trunojoyo. Permintaan ini segera dimanfaatkan oleh Maetsuyker untuk memperluas pengaruhnya di Pulau Jawa. Maetsuyker segera memenuhi permintaan itu, kemudian dia mengirimkan [[Cornelis Speelman]] untuk menaklukan tentara Trunojoyo di Cirebon dan Jepara.
 
Keberhasilan VOC memaksa pasukan Trunojoyo meninggalkan Cirebon dan Jepara membuat Amangkurat I harus menandatangani perjanjian antara VOC dengan Mataram. Perjanjian dibuat pada tanggal 25 Februari 1677 dengan isi VOC berhak mendirikan pelabuhan dimana saja di wilayah Mataram, Mataram dilarang melakukan hubungan dengan Aceh, Arab atau bangsa lain untuk mendarat di Mataram, seluruh biaya yang timbul akibat peperangan dengan Trunojoyo ditanggung sepenuhnya oleh Mataram.
 
Setelah Mataram bersedia menandatangani perjanjian tersebut, pada bulan Mei 1677, Speelman menyerang Surabaya dan dapat memukul mundur pasukan Trunojoyo. Trunojoyo sendiri langsung bergerak ke ibukota Mataram, [[Plered]] untuk membunuh Amangkurat dan keluarganya, ternyata mereka sudah pada mengungsi. Akhirnya Trunojoyo membawa seluruh harta peninggalan Amangkurat I dan bergerak mundur hingga Kediri. Semetnara di pengasingan pada bulan Juli Amangkurat I meninggal dunia dan digantikan [[Amangkurat II]] (bukan Pangeran Puger tetapi anak dari selir sesuai permintaan VOC) yang tetap meminta VOC membunuh Trunojoyo. Karena Mataram sudah tidak memiliki harta lagi, akhirnya mereka menyerahkan Semarang kepada VOC dan sebagian daerah dudukannya di [[Priangan]] dan keuntungan dari perdagangannya hingga hutang terlunasi.
 
VOC dan [[Arung Palakka]] menyerang tentara Trunojoyo di Kediri pada tahun 1678 dan pada tahun 1679 Trunojoyo tertangkap dan dihukum mati.
 
Berbeda dengan banyak Gubernur-Jenderal lainnya, Maetsuycker diperkirakan beragama [[Katolik]].