SMA Negeri 2 Surabaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 182.13.195.38 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Relly Komaruzaman
Baris 26:
Gedung SmadaBaya diperkirakan dibangun pada masa penjajahan Belanda. Gedung berarsitektur Eropa yang berdiri di jalan Wijaya Kusuma No. 48 ini dikenal oleh masyarakat Surabaya dengan sebutan SMA Kompleks. Sebutan tersebut tidaklah salah karena area yang dibatasi jalan Wijaya Kusuma pada sebelah barat, sebelah timur jalan Kusuma Bangsa, selatan dan utara jalan Jimerto dan jalan Ambengan, ditempati empat sekolah yaitu [[SMA Negeri 1 Surabaya]], [[SMA Negeri 2 Surabaya]], [[SMA Negeri 5 Surabaya]], dan [[SMA Negeri 9 Surabaya]]. Pada zaman dahulu hanya ada dua sekolah, yaitu [[HBS]] ( Hogere Burger School ) dan HVO.
 
HBS atau setingkat SMA pada saat ini murid-muridnya adalah orang Belanda, namun ada beberapa bumi putera yang sekolah di sini. Ini dikarenakan orang tuanya seorang pamong praja yang memiliki kedudukan. Salah satu diantaranya Soekarno, mantan Presiden RI pertama. Selain Ir. [[Soekarno]], masih banyak lagi nama-nama siswa HBS yang sukses di pemerintahan. Diantaranya Dr. Roeslan Abdulgani, mantan Sekjen Deparlu, Menlu dan Penasehat Presiden Urusan BP7 Pusat. Dr. [[Soedjatmoko]], mantan Dubes RI di PBB dan Rektor Universitas PBB di Tokyo. Dr. [[Widjojo Nitisastro]], mantan Menteri Keuangan dan Ketua [[Bappenas]] RI. Selain itu, [[Tirto Adhi Soerjo]], pelopor pers perjuangan kemerdekaan bangsa yang membidani Medan Priyayi dan tokoh utama dalam tetralogi Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, juga dididik di HBS di Surabaya.
 
Saat terjadi pertempuran 10 November, sekolah ini dijadikan Markas Tentara Republik Indonesia Pelajar. Untuk mengenang yang telah gugur pada peristiwa pertempuran di kota Surabaya, telah dibangun prasasti batu yang diletakkan di depan sekolah.