Radar Surabaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 8:
==Popularitas==
Dengan beralih fokus sebagai koran lokal, topik berita lebih diutamakan pada isu-isu lokal. Pada masa kepemimpinan Lutfi Subagyo harian ini menjadi populer karena kisah-kisah bersambung ''Soerabaia Tempo Doeloe'' yang ditulis oleh Dukut Imam Widodo, penulis dan novelis yang juga adalah karyawan PT. Smelting, [[Gresik]]. Namun setelah Dukut berhenti menulis cerita tersebut, harian ini mengalami kelesuan pasar. Lutffi Soebagyo yang pada masa itu merupakan pemimpin redaksi pada akhirnya diganti oleh Rindang Herawati, mantan wartawan senior ''Jawa Pos''. Dimulai dari kepemimpinan Rindang Herawati, harian ''Radar Surabaya'' kembali mengandalkan isu-isu nasional, tak jauh berbeda dengan ''Jawa Pos'' yang menjadi induk perusahaan.
Kini pada 2007 Radar Surabaya dipimpin oleh Sumarno sebagai pemimpin redaksi, seiring dengan perkembangan pembacanya Radar Surabaya yang bertiras 65 ribu eksemplar mencoba untuk memposisikan sebagai koran lokal tapi tidak kehilangan berita-berita nasional. Dengan jargon Koran Kota Besar, awak Radar Surabaya sadar masyarakat Surabaya yang heterogen juga butuh berita-berita lokal (baca luar Surabaya) dan juga berita nasional. Dengan kata lain Radar Surabaya sekarang ini mencoba memposisikan diri sebagai koran Mix, sesuai dengan kebutuhan warga Surabaya dan sekitarnya
 
[[Kategori:Surat kabar daerah di Indonesia]]