Amir Machmud: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sofiangrh (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Sofiangrh (bicara | kontrib)
namanya Amir Machmud
Baris 111:
Pertemuan itu ditunda setelah Sukarno berangkat ke Bogor dengan [[helikopter]] dan Amirmachmud telah bergabung dengan Mayor Jenderal [[Basuki Rachmat]], yang merupakan [[Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia|Menteri Dalam Negeri]] dan Brigadir Jenderal [[M. Jusuf|Mohammad Jusuf]], yang merupakan [[Menteri Perindustrian Republik Indonesia|Menteri Perindustrian]]. Jusuf menyarankan bahwa tiga dari mereka pergi ke Bogor untuk menyediakan dukungan moral bagi Sukarno. Dua jenderal lainnya setuju dan bersama-sama ke Bogor setelah meminta izin Suharto. Menurut Amirmachmud, Suharto meminta tiga Jenderal untuk memberitahu Sukarno tentang kesiapan untuk memulihkan keamanan harus dari perintah Presiden.
 
Di Bogor, tiga jenderal tersebut bertemu dengan Sukarno dan sekali lagi Amirmachmud berkata kepada Sukarno bahwa situasi aman. Sukarno menjadi marah padanya, bertanya bagaimana bisa situasi akan aman ketika protes sedang terjadi. Sukarno kemudian mulai mendiskusikan pilihan dengan Basuki, Jusuf, dan AmirmachmudAmir Machmud sebelum akhirnya meminta mereka bagaimana ia bisa mengurus situasi. AmirmachmudAmir Machmud menyarankan agar Sukarno memberi Suharto beberapa kekuatan dan memerintah Indonesia dengan dia sehingga semuanya dapat diamankan. Pertemuan tersebut kemudian dibubarkan lalu Sukarno mulai mempersiapkan sebuah [[Keputusan Presiden]].
 
Saat senja dekret yang akan menjadi [[Supersemar]] itu akhirnya disiapkan dan menunggu tanda tangan Sukarno. Sukarno memiliki beberapa menit keraguan terakhir tetapi Amirmachmud, dua Jenderal lainnya, dan lingkaran dalam Sukarno di kabinet yang juga telah membuat perjalanan ke Bogor mendorong dia untuk menandatangani. Sukarno akhirnya menandatangani dan menyerahkan Supersemar ke Basuki yang akan diteruskan kepada Suharto. Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, Amirmachmud diminta untuk membaca Supersemar dan tampak terkejut mengetahui bahwa isi surat itu adalah penyerahan kekuasaan ke Suharto.<ref name="Supersemar"/> Dia kemudian akan mengklaim bahwa Supersemar adalah keajaiban.
Baris 121:
=== Menteri Dalam Negeri ===
 
Ketika Suharto menggantikan Sukarno dari kekuasaannya sebagai Presiden pada tahun 1967, Amirmachmud masih terus menjadi Panglima Kodam V/Jaya. Pada awal 1969, [[Basuki Rahmat]], yang menjadi Menteri Dalam Negeri meninggal mendadak. AmirmachmudAmir Machmud kemudian dipindahkan dari jabatannya sebagai Panglima Kodam V/Jaya untuk mengambil tempat Basuki sebagai Menteri Dalam Negeri.
 
Selama masa jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri, Amirmachmud mengembangkan reputasi sebagai orang yang "menyapu" oposisi dan pembangkang pemerintah. Hal ini membuatnya mendapatkan julukan "[[Buldoser]]". Amirmachmud juga menangani dengan keras orang-orang yang masuk penjara karena diduga menjadi terlibat dengan [[PKI]]. Pada tahun 1981, ia memerintahkan bahwa mantan [[wikt:narapidana|narapidana]] mesti diberi pengawasan khusus.