Petrus Josephus Zoetmulder: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Bot: penggantian teks otomatis (-kuna +kuno) |
||
Baris 42:
}}
Prof. Dr. '''Petrus Josephus Zoetmulder''', [[Serikat Yesus|S.J.]] ({{lahirmati|[[Utrecht]], [[Belanda]]|29|1|1906|[[Yogyakarta]]|8|7|1995}}) adalah seorang pakar [[Sastra Jawa]] dan budayawan [[Indonesia]]. Ia terkenal dengan disertasinya mengenai penelitian tentang sebuah aspek agama [[Kejawen]] yang dalam edisi Indonesianya berjudul ''[[Manunggaling Kawula Gusti (buku)|Manunggaling Kawula Gusti]]''. Selain itu nama Zoetmulder tidak dapat dilepaskan dari telaah sastra Jawa
== Pendidikan ==
Baris 81:
Pastur [[J. Willekens]] S.J., yang mengasuhnya di novisat menganjurkan Piet bekerja untuk karya misi di [[Jawa]], setelah pendidikannya rampung. Anjuran itu dipatuhinya, dan Piet masih berusia 19 tahun ketika menuju ke [[Hindia Belanda]]. Ia segera ditempatkan di [[Seminari]] Menengah di [[Yogyakarta]]. Tidak diduga, tiga tahun kemudian Pastur Willekens sendiri menyusul ke Jawa untuk menjadi ''Visitor Apostolis''.
Setelah bertemu dengannya, Willekens berkata, "Di samping [[filsafat]], kamu juga harus belajar bahasa Jawa
=== Pendidikan lanjutan ===
Baris 93:
Tiba di Jakarta, Romo ditawari mengajar ilmu perbandingan bahasa di Fakultas Sastra [[Universitas Indonesia|UI]]. Tetapi, dorongan untuk lebih mendalami bahasa Jawa membuatnya memilih menetap di Yogyakarta. Ia lalu mengajar di AMS, dan muridnya antara lain Prof. Dr. Koentjaraningrat, Dr. Sukmono dan Dr. S. Supomo.
Saat Jepang masuk Indonesia pada tahun [[1942]], Zoetmulder termasuk warga Belanda yang ditahan. Dia beruntung, karena selama ditahan buku dan pena masih boleh ia bawa. Namun saat dipindahkan ke penjara Cimahi, ia berhasil menyelundupkan buku [[Adiparwa]] suntingan Dr. [[H.H. Juynboll]] dan sebuah kamus bahasa Jawa karangan [[Gericke]]-[[Roorda]]. Zoetmulder berusaha meneliti tatabahasa Jawa
Pada zaman Revolusi Fisik (Perang atau Revolusi Kemerdekaan Indonesia antara tahun 1945-1950), sebagai seorang Belanda, Romo Zoet nyaris dibunuh oleh seorang laskar di Pastoran Kemetiran, Yogyakarta. Namun untung ada seorang Jawa yang membelanya dan berkata bahwa dia adalah "orang suci".
=== Karier akademis ===
Setelah lolos dari tahanan interniran Baros pada tahun [[1945]], dia mulai mengajar di [[Universitas Gadjah Mada]] (UGM). Lima tahun kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud, ia diangkat menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Sastra Pedagogik, Filsafat UGM. Pada tahun [[1955]], ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Sastra UGM. Saat itu dia telah menanggalkan kewarganegaraan Belandanya. Sehari-hari tugasnya menjadi lebih berat karena harus mewakili Dekan Fakultas Sastra [[Poerbatjaraka|Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka]], yang lebih banyak berada di Jakarta. Ini masih ditambah tugas lain, menjadi guru bahasa Jawa
Pertama memberi kuliah, Zoetmulder memakai bahasa Jawa. Tapi kemudian dia menyadari, mahasiswanya banyak yang berada dari luar Jawa. Ia pun kemudian menulis buku panduan berjudul ''Sekar Sumawur: Bunga rampai bahasa Djawa Kuno''. Kemudian untuk membantu kesulitan itu, Zoet bermaksud membuat kamus bahasa Jawa
Bukunya yang mengupas kehidupan empu dan sastra Jawa
=== Akhir hayat ===
[[Berkas:Gereja Zoetmulder.jpg|thumb|Gereja di Muntilan di mana Zoetmulder dimakamkan.]]
[[Berkas:Nisan Zoetmulder.jpg|thumb|Batu nisan Zoetmulder dengan sebuah kalimat dalam bahasa Jawa
Prof. Zoetmulder meninggal dunia pada tanggal [[8 Juli]] [[1995]] di pastoran Kemetiran, [[Yogyakarta]]. Jenazah dia lalu dimakamkan di pemakaman di gereja di [[Muntilan, Magelang|Muntilan]], [[Kabupaten Magelang]], [[Jawa Tengah]].
Baris 123:
== Kutipan ==
{{wikiquote-id}}
* "Saya bilang, saya sendiri dari Belanda, dan saya mampu. Yang terpenting kemauan dan niat. Apa pun bisa dipelajari, tak ada yang sulit." - saat bercerita tentang perdebatannya dengan mahasiswa yang berasal dari luar Jawa, yang merasa tak mampu dan menolak belajar bahasa Jawa
* "Bagi saya, sebenarnya menjadi warga negara [[Belanda]] atau Indonesia sama saja. Saya juga tak pernah merasa rindu dengan negeri Belanda... Bahkan kalau Tuhan mencabut nyawa saya, saya ingin itu terjadi di Jawa." - saat ditanya apakah ia menyesal menanggalkan kewarganegaraannya.
Baris 143:
* [[1983]], ''Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang.'' [[Jakarta]]: [[Djambatan]].
* [[1991]], ''[[Manunggaling Kawula Gusti (Zoetmulder)|Manunggaling Kawula Gusti]]. Pantheïsme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa: Suatu Studi Filsafat''. Jakarta: [[Gramedia]]. Terjemahan dari bahasa Belanda oleh [[Dick Hartoko]]. ISBN 979-403-937-3
* [[1992]]-[[1993]], ''Bahasa parwa : tatabahasa Jawa
* [[1993]], ''Udyogaparwa: Teks Jawa
* [[1994]]-1995, ''Sekar Sumawur : bunga rampai bahasa Jawa
* [[1995]], ''[[Kamus Jawa
=== Artikel ===
Baris 165:
== Lihat pula ==
* [[Ignatius Kuntara Wiryamartana]], salah seorang siswa Zoetmulder yang kelak menjadi dosen Sastra Jawa
== Pranala luar ==
|