Perang Tiga Puluh Tahun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adeninasn (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Adeninasn (bicara | kontrib)
draf
Baris 49:
[[Albrecht von Wallenstein|Albrecht Wallenstein]] (1583- 1634) adalah seorang bangsawan Bohemia yang kaya raya, dan pemasok para tentara. Lahir dan besar dari keluarga [[Gereja Lutheran|Lutheran]], kemudian beralih menjadi [[Katolik]] di usia dua puluh dan menjadi jenderal [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] terkuat. Fakta bahwa seorang mualaf bisa naik ke posisi yang begitu kuat, mengungkapkan bagaimana perang agama berkembang; tidak hanya meliputi perjuangan dinasti antara penguasa [[Perancis]], [[Spanyol]], dan [[Austria]], seperti halnya [[Swedia]] dan [[Denmark]], namun juga semua tentara bayaran yang beruntung, memainkan peran utama.<ref name=":1" /> Wallenstein adalah seorang mahasiswa [[astrologi]] yang bersemangat, ambisius, kejam, dan memiliki temperamen keras. Tempramennya cepat berganti antara kemurahan hati yang ekstrim, menjadi kekejaman yang mengerikan. Dia juga disertai seorang algojo yang selalu menunggu perintah tuannya. Wallenstein, dipercaya [[Ferdinand II, Kaisar Romawi Suci|Ferdinand II]], serta diangkat menjadi pemimpin sebuah tentara yang direkrut dari negara bagian untuk tujuan Katolik, dan bergerak menuju utara bersama 30.000 pasukan.<ref name=":1" />
 
Tentara [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] mengalahkan [[Denmark]] di tahun 1626, yang kemudian bergerak ke [[Laut Baltik|pantai Baltik]], menyeberang [[Denmark]], dan menghancurkan [[semenanjung Jutlandia]]. Wallenstein berhasil membuat lawannya gelisah di negara-negara [[Gereja Katolik Roma|Katolik]]. Selanjutnya, para pasukan tentaranya menghancurkan tanah, memeras uang dan makanan, serta menjarah. di kawasan tersebut [[Christian IV dari Denmark|Christian IV]] akhirnya menandatangani [[Perjanjian Lübeck]] di tahun 1629, di mana dia menarik diri dari perang dan menyerahkan klaimnya di Jerman utara. Perjanjian tersebut kurang drastis daripada apa yang mungkin terjadi; karena perang yang tampaknya tak berujung itu banyak terjadi di beberapa negara bagian Katolik Jerman.<ref name=":1" /> [[Ferdinand II, Kaisar Romawi Suci|Ferdinand II]], menerapkan kebijakan terhadap orang-orang [[Protestanisme|Protestan]] tanpa menarik perhatian [[Dewan Kekaisaran Romawi Suci|Dewan Kekaisaran]]. Dia diusir dari [[Calvinisme|Kalvinis]] [[Bohemia]] oleh menteri [[Gereja Lutheran|Lutheran]] dan para bangsawan yang menolak peraturan dominasi [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] untuk berpindah agama. Dia menyita harta milik para bangsawan yang dicurigai berpartisipasi dalam fase pemberontakan Protestan manapun. Dengan pemilihan [[Friedrich V, Elektor dari Palatine|Friedrich V]] yang sekarang beralih ke [[Maximilian I, Elektor dari Bavaria|Maximilian I dari Bavaria]], [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] menmperlihatkan fakta bahwa sebagian besar elektor adalah pangeran Katolik. Pengepungan oleh tentara [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] di tahun 1628 menjelaskan bahwa [[Ferdinand II, Kaisar Romawi Suci|Ferdinand II]] berusaha menghancurkan kebebasan kota-kota Protestan Jerman di [[Liga Hanseatik]] utara untuk memperluas wilayah [[Wangsa Habsburg|Habsburg]]. Pemberitahuan ini membuat khawatir [[Louis XIII dari Perancis]].<ref name=":1" />
 
[[Ferdinand II, Kaisar Romawi Suci|Ferdinand II]] menemukan bahwa tidak mudah memaksakan agama Katolik di wilayah yang tidak pernah dipraktikkannya selama puluhan tahun. Di Palatinate Hulu, imam pertama yang datang merayakan [[Misa]] tidak menemukan [[Cawan (Alkitab)|cawan]]. Setengah dari paroki di Bohemia tidak berpendeta. Pastor [[Italia]] yang dibawa ke [[Austria Hulu]] tidak dapat dipahami oleh umat mereka. Dekrit Restitusi (1629){{efn|Dekrit Restitusi dirancang untuk menegakkan asas ''[[reservatum ecclesiasticum]]'' tahun 1555, sehingga diterapkan di seluruh kekaisaran; yang tujuan utamanya adalah untuk menghentikan, serta benar-benar membalikkan penurunan jumlah pangeran gerejawi Katolik yang terus berlanjut sejak tahun 1555 dan memulihkan aset lainnya (seperti sumbangan monastik) bagi gereja Katolik.<ref>{{Cite journal|last=Osiander|first=Andreas|date=2001|title=Sovereignty, International Relations, and the Westphalian Myth|url=http://www.jstor.org/stable/3078632|journal=International Organization|volume=55|issue=2|pages=251–287|doi=10.2307/3078632|ref=harv}}</ref>}} mengizinkan orang-orang Lutheran—bukan Kalvinis, yang jumlahnya sedikit di negara-negara Jerman kecuali di Palatinate—supaya menjalankan agama mereka di kota-kota tertentu, namun memerintahkan mereka untuk kembali ke biara [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]] dan semua perjanjian yang ditetapkan sejak tahun 1552, ketika penandatangan [[Perdamaian Augsburg]] pertama kali berkumpul.<ref name=":1" />
Baris 57:
 
==Intervensi Perancis dan bergabung kembali dengan Swedia (1635-1648)==
Antara tahun 1635 dan 1648, apa yang dimulai sebagai perang agama menjadi sebuah perjuangan dua dinasti negara Katolik: [[Perancis]] dan [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] Austria, yang dulunya bersekutu dengan [[Swedia]], sekarang bersekutu dengan [[Spanyol]]. Perancis mengumumkan perang terhadap [[Felipe IV dari Spanyol]] di tahun 1635. [[Kardinal Richelieu|Richelieu]] berharap dapat mengusir tentara [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] menjauh dari perbatasan Perancis.<ref name=":1" /> Aliansi [[Republik Belanda]] dan [[Swedia]] telah mempersiapkan jalannya perang, begitu pula dengan negara tetangga seperti [[Savoia]] dan [[Lorraine]], serta protektorat Perancis di [[Alsace]]. Penyerbuan [[Perancis]] ke [[Belanda]] dan negara-negara bagian selatan [[Jerman]] tidak berjalan dengan baik. Pasukan [[Louis XIII dari Perancis|Louis XIII]] kekurangan komandan ahli dan pasukan berpengalaman dalam pertempuran. Hal ini karena Perancis telah berperang di [[Italia]], [[Pegunungan Pirenia|Pirenia]], dan negara bagian utara Jerman. Tetapi keterlibatan Perancis, seperti Swedia sebelumnya, memberikan keringanan bagi negara-negara Protestan. Pasukan [[Perancis]] bergabung dengan tentara [[Swedia]], membantu mengalahkan tentara kekaisaran di [[Sachsen]].<ref name=":1" />
 
Perang terus berlanjut. Paus meminta perwakilan negara-negara Katolik dan Protestan supaya berkumpul di [[Köln]] untuk kongres perdamaian di tahun 1636. Namun tidak satu pun dari negara tersebut yang hadir. Empat tahun kemudian, pasukan gabungan [[Perancis]] dan [[Swedia]] lainnya mengalahkan tentara [[Wangsa Habsburg|Habsburg]]. [[Maximilian I, Elektor dari Bavaria|Maximilian I dari Bavaria]] kemudian mencari perdamaian yang terpisah dengan Prancis. Kekalahan [[Spanyol]] di bagian utara Perancis di tahun 1643, juga di [[Belanda]] dan [[Pegunungan Pirenia|Pirenia]], serta pemberontakan yang terjadi di [[Spanyol]], membuat pihak [[Wangsa Habsburg|Habsburg Austria]] tidak memiliki pilihan lain selain berdamai. Pada saat yang sama, kerusuhan juga terjadi di Perancis, yang merupakan perlawanan terhadap [[Kardinal Richelieu|Richelieu]]. Kemudian Perang Sipil Inggris, yang dimulai di tahun 1642, memperingatkan penguasa lain atas bahaya yang terus terjadi akibat ketidakstabilan. Penduduk Swedia telah lelah dengan peperangan yang penuh dengan kabar korban jiwa yang terus berjatuhan. Di negara-negara bagian di Jerman, seruan perdamaian bergema dalam musik dan drama.<ref name=":1" />
 
Para menteri [[Gereja Lutheran|Lutheran]] menentang perang dari mimbar. Di antara penguasa-penguasa besar, hanya [[Louis XIII dari Perancis|Louis XIII]] yang menginginkan perang terus berlanjut. Bahkan dia juga membantu mensubsidi invasi Hongaria oleh [[Protestanisme|Protestan]] [[Transilvania]] di tahun 1644. Saat pasukan [[Swedia]] dan [[Transilvania]] mengepung ibukota kekaisaran Wina, [[Ferdinand III, Kaisar Romawi Suci|Ferdinand III]] (1637-1657), yang telah menggantikan ayahnya, mengakhiri perjanjian damai dengan Pangeran [[Transilvania]], dan berjanji untuk menoleransi [[Protestanisme|Protestantisme]] di Hongaria. Setelah pasukan [[Wangsa Habsburg|Habsburg]] mengalami kekalahan lebih lanjut di tahun 1645, [[Ferdinand III, Kaisar Romawi Suci|Ferdinand III]] menyadari bahwa ia harus berdamai, serta menawarkan amnesti kepada pangeran di dalam kekaisaran yang telah berperang melawannya. Persiapan sebuah perjanjian perdamaian umum dimulai di tahun 1643, berlarut-larut hingga tentara Perancis-Swedia mengusir tentara kekaisaran dari [[Rheinland]] dan [[Bavaria]] di tahun 1647. Mengikuti kemenangan Perancis lainnya di awal tahun 1648, dan serangkaian peperangan [[Fronde]], serta pemberontakan bangsawan melawan otoritas raja di Perancis, yang memaksa [[Louis XIV dari Perancis|Louis XIV]] muda untuk berdamai.<ref name=":1" />
 
==Perdamaian Westfalen (1648)==
{{Main article|Perdamaian Westfalen}}