Hak properti wanita: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anatolia.kr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Anatolia.kr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 39:
 
== Mahar ==
Praktik pembatasan hak properti wanita yang kedua ialah [[mas kawin]] atau mahar. Sebagai penukar janji hak istri untuk pengantin wanita, mahar merupakan setengah dari kontrak pernikahan, dan seringkali terdiri dari sejumlah uang yang dibayarkan secara penuh atau dapat pula dibayarkan secara berangsung dari waktu ke waktu. Pihak keluarga akan memberikan mahar sebesar-besarnya semampu yang dapat mereka berikan, sebab pernikahan merupakan jalan utama untuk meningkatkan [[status sosial]] dan [[ekonomi]].<ref>Barbara J. Harris, British Aristocratic Women, 1450–1550: Marriage and Family, Property and Careers (Oxford: Oxford University Press, 2002), 43-44</ref> Mahar dapat bervariasi dari sejumlah kecil hingga sejumlah besar uang, di samping properti lainnya, dan jumlah tersebut dirundingkan oleh keluarga atau wali pengantin pria dan pengantin wanita. Pada beberapa kasus, ibu merupakan perunding utama dalam transaksi tersebut, seperti misalnya dalam kasus [[Margaret Green]] pada tahun 1635.<ref>Amy Louise Erickson, Women and Property in Early Modern England, (New York: Routledge, 1993), 93</ref> Pada tahun 1536, gelar bangsawan Huntington pertama bersedia membayar mahar sebesar 2,000 marks kepada suami dari anak perempuannya, sebagai kembalian atas harta istri (''jointure'') sebesar 200 marks.<ref>Amy Louise Erickson, Women and Property in Early Modern England, (New York: Routledge, 1993), 45</ref> Negosiasi mahar itu dapat berlangsung hingga berbulan-bulan. [[Mabel Parr]] merundingkanmelakukan negosiasi perjanjian antara anak perempuannya dengan keturunan [[bangsawan Scrope]] pada tahun 1524, yang berakhir dengan dibatalkannya perjanjian tersebut setelah perundingan selama delapan bulan karena tidak ada kesepakatan dalamyang tercapai mengenai jumlah harta istri (''jointure'') yang akan diberikan.<ref>Amy Louise Erickson, Women and Property in Early Modern England, (New York: Routledge, 1993), 46</ref> Seringkali mahar merupakan bagian warisan keluarga untuk wanita, yang jumlahnya dapat bervariasi di antara anak-anak perempuan apabila ayah mereka memutuskan bahwa seorang anak perempuan tertentu lebih berharga dibanding anak perempuan yang lainnya. Semakin besar mahar, semakin menarik seorang wanita sebagai pasangan pernikahan yang potensial.<ref>Mary Chan and Nancy E. Wright, “Marriage, Identity, and the Pursuit of Property in Seventeenth–Century England: The Cases of Anne Clifford and Elizabeth Wiseman,” in Wright, Ferguson, and Buck, 162–182</ref> Meskipun mahar seorang wanita merupakan bagian milik mereka dalam warisan keluarga, beberapa ayah memilih untuk tetap memberi lebih banyak warisan kepada anak perempuannya yang telah menikah. Berdasarkan hukum umum negosiasi mahar, semua properti yang diberikan kepada pengantin wanita akan diberikan segera kepada suami mereka sebagai pembayaran untuk janji harta istri (''[[jointure]]''), yang tidak akan dimiliki oleh wanita/istri tersebut sampai masa jandanya tiba.<ref name=":1" />
 
== ''Couverture'' ==