Syarif Harun dari Pelalawan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Menghapus penggunaan berkas rusak (Kategori:Halaman dengan gambar rusak)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Nampak, +Tampak; -nampak, +tampak; -Nampaknya, +Tampaknya; -nampaknya, +tampaknya)
Baris 23:
* Rakyat yang mempunyai persediaan padi atau bahan makanan lainnya (sagu dsb.nya), supaya menyembunyikannya di hutan atau di tempat-tempat lain yang sukar diketahui Jepang dan petugasnya.
* Anak-anak gadis, dianjurkan untuk menumpang kepada keluarganya yang tinggal di kampung-kampung, yang dianggap aman dari gangguan Jepang.
Beberapa upaya tersebut nampaktampak berhasil, karena selama penjajahan Jepang, hampir tak ada rakyat Pelalawan yang menjadi romusha, gadis-gadisnya tak ada yang menjadi korban. Namun bahaya kelaparan tetap mengancam, karena rakyat sangat terbatas ruang geraknya untuk berusaha. Padi penduduk, terutama yang tinggal di pinggir [[Sungai Kampar]], terus dicabut dan diambil Jepang. Selain itu, banyak pula penduduk daerah lain yang mengungsi ke daerah ini untuk menumpang hidup.
 
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dia bersama Orang-orang Besar Kerajaan menyambut berita itu dengan gembira. Maka pada tanggal 25 November 1945, sehari setelah berita pasti sampai ke Pelalawan, Sultan bersama Orang Besar Kerajaan menyatakan dirinya dan seluruh rakyat Pelalawan ikut ke dalam pemenintahan Republik Indonesia, dan siap sedia membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu. Sejak saat itu, dia terus menerus mengabdikan dirinya bagi nusa dan bangsanya, orang-orang Besar Kerajaan, pemuda-pemuda dan seluruh lapisan masyarakat Pelalawan turut serta dalam mempertahankan kemerdekaan.