Hubungan Iran dengan Israel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q2301356
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun)
Baris 12:
|- id="16" style="display:none"
|}
'''Hubungan Iran dengan Israel''' dapat dibagi menjadi empat fase utama: periode 1947-53, yaitu periode bersahabat selama era [[dinasti Pahlavi|dinasti Pahlavi;]]<nowiki/>periode yang memburuk akibat [[Revolusi Iran]] dipada tahun 1979 hingga 1990; dan permusuhan sejak akhir [[Perang Teluk Pertama]] dipada tahun 1947, di mana Iran termasuk di antara 13 negara yang memilih menentang Rencana Pemisahan PBB untuk Palestina. Dua tahun kemudian, Iran juga memilih untuk menolak masuknya Israel ke Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meskipun demikian, Iran adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim kedua yang mengakui Israel sebagai negara berdaulat setelah [[Turki]]. Setelah kudeta dipada tahun 1953; yang membawa Mohammad Reza Pahlavi untuk berkuasa, hubungan kedua negara ini meningkat secara signifikan. Setelah [[Revolusi Iran|Revolusi]] 1979, Iran memutuskan semua hubungan diplomatik dan komersial dengan Israel, dan pemerintah Islam Iran tidak mengakui legitimasi Israel sebagai sebuah negara.
 
Titik balik dari perdamaian dingin menuju permusuhan terjadi di awal tahun 1990-an; tak lama setelah [[pembubaran Uni Soviet]] dan kekalahan Angkatan Darat [[Irak]] selama [[Badai Gurun]]. Setelah distribusi kekuatan yang secara relatif bergeser ke arah Iran dan Israel; mengakibatkan pembentukan struktur bipolar baru yang lahir di [[Timur Tengah]]. Konflik meningkat di awal tahun 1990-an, di mana pemerintah [[Yitzhak Rabin]] menetapkan sikap yang lebih agresif terhadap Iran.<ref>{{Cite web|url=http://www.iranicaonline.org/articles/israel-i-relations-with-iran|title=Israel i. Relations With Iran|last=Menashri|first=David|last2=Parsi|first2=Trita|date=15 December 2007|website=Encyclopædia Iranica|location=New York|access-date=26 October 2013}}</ref> Konflik retoris juga memanas selama masa kepresidenan [[Mahmud Ahmadinejad|Mahmoud Ahmadinejad]], yang membuat pernyataan peradangan melawan Israel. Faktor lain yang berkontribusi terhadap eskalasi ketegangan antar kedua negara tersebut adalah adanya pengembangan teknologi nuklir di Iran—yang berlawanan dengan [[Begin Doctrine]], di mana Israel sudah lama menyatakan mengenai hal ini. pendanaan kelompok-kelompok Iran seperti [[Hizbullah]], Jihad Islam dan [[Hamas]], serta dugaan keterlibatan dalam serangan teroris misalnya serangan yang terjadi dipada tahun 1992 terhadap kedutaan Israel di Buenos Aires dan pemboman AMIA dipada tahun 1994, meduga adanya dukungan Israel atas kelompok-kelompok seperti [[Mujahidin Rakyat Iran]] atau [[Jundallah]] dan dugaan [[operasi rahasia]] di Iran termasuk berbagai pembunuhan dan serangkaian ledakan.<ref>{{Cite web|url=https://www.theguardian.com/world/julian-borger-global-security-blog/2012/jul/11/israel-iran-nuclear-assassinations|title=New book claims Mossad assassination unit killed Iranian nuclear scientists|last=Borger|first=Julian|date=11 July 2012|website=The Guardian|access-date=26 October 2013}}</ref>
 
Pada tahun 2017, Yossi Cohen (petinggi [[Mossad]]) menyatakan bahwa, "Selama rezim ini ada—dengan atau tanpa kesepakatan nuklir—Iran akan terus menjadi ancaman utama bagi keamanan Israel".<ref>http://www.jpost.com/Middle-East/Iran-News/Mossad-chief-Iran-is-main-threat-to-Israel-with-or-without-nuclear-deal-484766</ref>