Sulaman Koto Gadang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Peralatan dan bahan: Bunga Rampai Budaya Sumatera Barat, Budaya Masyarakat Minangkabau : Seni, Teknologi Tradisional, dan Hubungan Antar Budaya Sulaman sebagai Manifestasi Teknologi Pakaian Tradisional: Kasus Nagari Kota Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19:
 
== Peralatan dan bahan ==
Teknologi pembuatan sulaman Koto Gadang masih menggunakan [[teknologi tradisional]].{{sfn|Ernatip|2012|pp=79}} Peralatan utama untuk menyulam dikenal dengan nama ''pamedangan.'' Ukurannya yakni 200 x 60 cm. ''Pamedangan'' terbuat dari kayu pada bagian kerangkanya. Keempat kayu dirangkaikan menjadi empat persegi panjang dengan paku. Tinggi ''pamedangan'' yakni sekitar 30 cm mengikuti ukuran standar yang memudahkan bagi penyulam untuk duduk bersimpuh ataupun meluruskan kakinya di bawah ''pamedangan'' pada saat menyulam.{{sfn|Doni Rahman|2015|pp=12}}{{sfn|Ernatip|2012|pp=94}}
 
Untuk menyulam kain yang berukuran kecil, seperti [[saputangan]], bunga baju, dan sarung bantal maka digunakan alat bernama ''ram''.{{sfn|Ernatip|2012|pp=93}} Ram berbentuk bundar dengan diameter berkisar 20 sampai 50 cm. Ram terbuat dari dua buah besi ataupun kayu yang dibentuk melingkar dengan menggunakan alat pengunci.{{sfn|Ernatip|2012|pp=97}}
Baris 30:
 
== Pengerjaan ==
Pekerjaan membuat sulaman melalui beberapa tahap yakni membuat pola, memindahkan pola, memasang kain pada ''pamedangan'', membuat sulaman, membuat renda, dan memasang renda. Setiap tahap dikerjakan oleh masing-masing orang karena orang yang ahli membuat sulaman kadang kurang mahir membuat renda. Oleh karena itu, pengerjaan sulam jarang sekali yang dilakukan oleh satu orang saja. Untuk selendang, pengerjaannya bisa melibatkan dua atau tiga orang.
 
Pola dibuat di atas karton manila atau kertas minyak menggunakan pensil atau pena. Biasanya, karton manila lebih sering digunakan karena karena dapat digunakan berulang-ulang dibandingkan kertas minyak. Ukuran kertas yang digunakan untuk pola yakni mengikuti ukuran kain untuk memudahkan proses pemindahan pola ke dasar kain. Namun, secara umum, pola yang dibuat hanya untuk setengah kain. Jika kain yang akan disulam berukuran 200 x 60 cm, berarti ukuran pola dibuat yakni sepanjang 100 x 60 cm dan yang setengahnya lagi dijiplak dari pola yang sudah jadi. Lamanya proses pembuatan pola bergantung pada kepiawaian perancang pola.
Baris 36:
Setelah rancangan pola selesai, tahap berikutnya yakni meminahkan pola ke kain dengan kertas karbon berwarna mengikuti warna kain. Kertas karbon diletakkan di antara pola dan kain. Di sekeliling pola yang sudah diletakan di atas kain, dipasangi jarum pentul kain agar posisi pola terhadap kain maupun karbon tidak bergesar saat dilakukan penindisan. Penindisan dilakukan dengan menggunakan alat rader. Jika kain yang digunakan berbahan tipis dan berwama terang, pola dapat dijiplak langsung di atas kain dengan menempelkan pola ke kain menggunakan jarum pentul.
 
Sebelum memasang kain pada ''pamedangan'', sekeliling kain bahan disambungkan dengan kain perca. Kain perca dilipat dan pertemuan lipatan tersebut disambungkan ke kain bahan yang telah digambar pola sehingga membentuk sebuah rongga. Bagian rongga kain perca berfungsi untuk memasukkan kayu atau bilah bambu sehingga kain bahan dapat diregangkan. Tepi kain perca diikat ke kerangka ''pamedangan'' dengan tali atau kain pengikat. Ketika mengikat, kayu atau bilah bambu di tepi kain diregang sekuat-kuatnya agar kain bahan terentang rapi sehingga memudahkan ketika menyulam. Jarak satu tali ke tali yang lain sekitar 30 cm. Tali pengikat diikat mati agar tidak mudah lepas saat menyulam.
 
== Teknik sulaman ==
Setelah kain dipasang pada ''pamedangan'', barulah dilakukan penjahitan benang ke dalam kain bahan. Cara penjahitan benang berbeda bergantung teknik yang digunakan. Teknik sulaman Koto Gadang yang terkenal ada dua, yakni sulaman sulaman ''suji caia'' dan ''kapalo samek''.
 
''Suji caia'' adalah teknik sulaman yang menggunakan tingkatan gradasi warna. Warna yang digunakan sedikitnya lima tingkatan dan paling banyak sembilan tingkatan. Pembuatan sulaman ''suji caia'' membutuhkan ketelitian dan kemampuan komposisi warna yang tepat, sehingga beberapa warna benang yang saling menumpuk menyatu menghasilkan sulaman motif bunga yang hidup. Pengerjaan sulaman ''suji caia'' sulit membutuhkan waktu yang lama. Untuk membuat satu motif bunga dalam selendang bisa mencapai waktu pengerjaan selama tiga hari. Hasil ragam hias yang dihasilkan pengrajin Koto Gadang untuk selendang sulaman ''suji caia'' ini miliki motif yang umumnya bermotif flora dengan tingkatan warna yang bergradasi dari warna yang terang hingga gelap dari tiga hingga enam tingkatan warna untuk satu kuntum bunga.
 
Adapun kapalo samek adalah teknik sulaman yang terbentuk dari bulatan-bulatan kecil pada kain. Proses pembuatannya yakni benang dililitkan pada jarum baru ditusukan pada kain sehingga benang lilitan itu timbul pada kain. Biasanya, bagian pinggir bunga dijahitkan benang emas, agar bentuk bunganya lebih nyata.
 
Berhubung proses pembuatan sulaman baik ''suji caie'' maupun ''kapalo samek'' berlangsung dalam waktu lama, selama rentang waktu pengerjaankain bahan tetap dibiarkan pada ''pamedangan''. Oleh sebeb itu, agar kain bahan tidak kena debu atau kotoran lain, maka ditutup dengan plastik. Plastik hanya dibuka ketika menyulam dan itu hanya pooa bagian yang sedang dikerjakan, sedangkan yang lainnya tetap tertutup plastik.
 
== Hasil ==
Baris 52:
Selendang bersulam termasuk pakaian adat yang dipakai oleh seorang perempuan Koto Gadang. Pernakaian motif, warna, dan bahan selendang yang digunakan disesuaikan dengan status dan usia wanita yang memakai. Untuk wanita muda, biasanya wama yang dipakai adalah warna terang seperti merah dan motifnya agak rapat sehingga bahan dasar selendang itu terlihat sedikit saja. Adapun bagi wanita yang sudah bekeluarga, kain yang digunakan yakni berwarna tua seperti nila atau hijau dan motif yang agak jarang.
 
Menurut penelitian Ernatip dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Padang, masyarakat Koto Gadang saat ini banyak menekuni sulaman dan menjadikannya sebagai suatu pekerjaan yang menghasilkan uang. Pada saat ini, selendang sulaman ''suji caie'' dijual seharga Rp2.000.000 sampai Rp2.500.000 per helai, sedangkan selendang sulaman kapalo samek dijual dengan harga Rp1.750.000 hingga Rp2.250.000 per helai. Namun, karena dikerjakan oleh tenaga manusia, pengerjaan sulaman Koto Gadang membutuhkan waktu yang lama. Untuk satu helai kain sulaman Koto Gadang membutuhkan waktu penyelesaian setidaknya dua bulan.
 
Selendang sulaman Koto Gadang sudah terkenal sampai ke mancanegara. Pengenalan selendang sulaman Koto Gadang ke dunia luar terus dilakukan, terutama oleh pengrajin itu sendiri. Berbagai pameran baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional ikut menampilkan selendang sulaman Koto Gadang. Dikenalnya sulaman Koto Gadang oleh masyarakat luas secara tidak langsung memberi peluang bagi pengrajin sulam untuk mendapatkan penghasilan yang lebih layak.