Deuterokanonika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 12:
[[Philip Schaff]] mengatakan bahwa "Konsili Hippo pada tahun 393, dan Konsili Kartago yang ketiga (yang keenam menurut perhitungan lain) pada tahun 397, di bawah pengaruh Agustinus yang hadir dalam keduanya, menetapkan kanon Kitab Suci Katolik, termasuk Apokrifa Perjanjian Lama, ... Bagaimanapun keputusan ini tunduk pada ratifikasi gereja seberang lautan (Roma); dan persetujuan dari [[Tahta Roma]] yang diterimanya pada masa [[Innosensius I]] dan [[Gelasius I]] (414 M) mengulangi daftar kitab-kitab biblika yang sama. Kanon ini tetap tak terganggu sampai abad ke-16, dan disetujui oleh [[Konsili Trente]] pada sesi keempat."<ref>{{en}} {{citation |chapter-url=http://www.ccel.org/s/schaff/history/3_ch09.htm |title=History of the Christian Church |chapter=Chapter IX. Theological Controversies, and Development of the Ecumenical Orthodoxy |author=Philip Schaff |publisher=CCEL}}</ref>
 
[[Konsili Trente]] pada tahun 1546 mendukung keputusan konsili-konsili sebelumnya mengenai kitab-kitab apa saja yang termasuk dalam kanon.<ref name="canonOT">{{en}} [http://www.newadvent.org/cathen/03267a.htm Canon of the Old Testament], ''Catholic Encyclopedia''</ref><ref>{{en}}[http://history.hanover.edu/texts/trent/ct04.html Council of Trent, Session 4, 8 April 1546].</ref> Mayoritas peserta konsili di [[Trento|Trente]] mendukung keputusan ini, namuntetapi terdapat minoritas peserta yang tidak setuju dengan kitab-kitab yang diterima dalam kanon. Di antara kalangan minoritas yang tidak setuju dengan dimasukkannya kitab-kitab deuterokanonika dalam Kanon adalah [[Kardinal]] [[Girolamo Seripando]] dan [[Thomas Cajetan]] —yang menjadi penentang [[Martin Luther]] di [[Augsburg]].<ref>{{en}} Hubert Jedin, ''Papal Legate At The Council Of Trent'' (St Louis: B. Herder Book Co., 1947), pp. 270–1, 278.</ref><ref>Komentar atas semua Kitab Sejarah Otentik dari Perjanjian Lama, '' In ult. Cap.'', Esther.</ref><ref>{{en}} [http://aomin.org/aoblog/index.php?itemid=1877 Bill Webster Responds to Gary Michuta, Part III]</ref> Para Bapa Konsili Trente mengkonfirmasi pernyataan-pernyataan dari berbagai konsili regional sebelumnya yang juga memasukkan kitab-kitab deuterokanonika ke dalam kanon, misalnya [[Sinode Hippo]] tahun [[393]] dan [[Konsili Kartago]] tahun [[397]].
 
Teks-teks Kitab Suci deuterokanonika Katolik adalah:
Baris 30:
== Latar belakang sejarah ==
{{utama|Perkembangan kanon Perjanjian Lama}}
Deuterokanonika adalah suatu istilah yang dicetuskan tahun [[1566]] oleh [[Sixtus dari Siena]], seorang [[teolog]] yang melakukan konversi ke [[Gereja Katolik|Katolik]] dari [[Yudaisme]], untuk mendeskripsikan teks-teks kitab suci [[Perjanjian Lama]] yang dipandang kanonik oleh Gereja Katolik, namuntetapi tidak termasuk dalam [[Alkitab Ibrani]] yang sekarang, dan termasuk juga beberapa kitab yang pernah diabaikan oleh beberapa pendaftar kanon awal, terutama di [[Kekristenan Timur|Timur]].<ref name="isbe">{{en}} [http://www.bible-history.com/isbe/C/CANON+OF+THE+OLD+TESTAMENT%2C+II/ Canon of the Old Testament, II, ''International Standard Bible Encyclopedia'', 1915]</ref><ref name="cathenOT">{{cite Catholic Encyclopedia|wstitle=Canon of the Old Testament}}</ref><ref>Umumnya yang sering dikutip adalah (1) [[Melito dari Sardis]], yang pergi ke timur, ke [[Palestina]], dan menuliskan kanon yang ia lihat dipakai di [[sinagoge]], seperti tercatat dalam ''[[Sejarah Gereja (Eusebius)|Sejarah Gereja]]'' 4.26.13-14 karya [[Eusebius]], (2) [[Athanasius]] dari Aleksandria, (3) [[Konsili Laodikia]], (4) [[Hieronimus]] yang tinggal di [[Betlehem]].</ref>
 
Penerimaannya di antara jemaat [[Gereja perdana]] menyebar luas, walaupun tidak universal, dan Alkitab Gereja perdana selalu menyertakan, dengan berbagai tingkat pengakuan, kitab-kitab yang sekarang disebut ''deuterokanonika''.<ref>{{en}} J.N.D. Kelly, "Early Christian Doctrines", p.53</ref> Beberapa mengatakan bahwa kanonisitas kitab-kitab tersebut tampaknya tidak pernah diperdebatkan dalam Gereja sampai mendapat tentangan dari kalangan [[Yahudi]] setelah tahun 100 Masehi,<ref>{{en}} Stuart G. Hall, "Doctrine and Practice in the Early Church", p.28</ref> terkadang merujuk pada [[Konsili Yamnia]] (suatu [[konsili]] yang berupa dugaan, teori). Konsili-konsili regional di [[Kekristenan Barat|Barat]] mengumumkan kanon-kanon resmi yang mencakup kitab-kitab tersebut pada awal [[Kekristenan pada abad ke-4#Penetapan kitab suci|abad ke-4]] dan 5.<ref name="cathenOT"/><ref>Misalnya [[Konsili Kartago]], [[Konsili Roma]], ''[[Decretum Gelasianum]]''</ref>
 
Di Yerusalem terjadi suatu pembaharuan, atau setidaknya suatu peninggalan, dari gagasan-gagasan kaum Yahudi, yakni suatu kecenderungan adanya ketidaksukaan terhadap kitab-kitab 'deutero' tersebut. [[Santo]] [[Sirilus dari Yerusalem]] menegaskan hak Gereja untuk menetapkan Kanon Alkitab, namuntetapi menempatkan kitab-kitab tersebut dalam daftar apokrifa dan melarang semua kitab yang tidak dibacakan dalam gereja untuk dibaca secara pribadi. Sementara di [[Antiokhia]] dan [[Suriah]] masih lebih disukai. St. [[Epifanius dari Salamis]] ragu-ragu mengenai tingkatan kitab-kitab deutero. Ia menghormatinya, tetapi kitab-kitab tersebut dianggapnya tidak setara dengan kitab-kitab Ibrani. Di sisi lain, versi Oriental dan naskah Yunani yang berasal dari masa tersebut lebih liberal karena mencakup semua kitab deuterokanonika dan — dalam beberapa kasus — apokrifa tertentu.<ref name="cedc">{{en}} {{cite book|last1=Herbermann|first1=Charles George|title=The Catholic encyclopedia Volume 3|date=1913|pages=269, 272|url=https://books.google.com/books?id=9gIjAQAAIAAJ&pg=PP11&lpg=PP11&dq=The+Catholic+Encyclopedia:+An+International+Work+of+Reference+on+...,+Volume+3+edited+by+Charles+George+Herbermann&source=bl&ots=U8YFaKN8Sx&sig=4p5rlY8J7aqM0k2zxXlhkyxrwQE&hl=en&sa=X&ei=2CxYVO2NGNWzyATOo4CoAg&ved=0CFEQ6AEwBA#v=onepage&q=The%20Catholic%20Encyclopedia%3A%20An%20International%20Work%20of%20Reference%20on%20...%2C%20Volume%203%20edited%20by%20Charles%20George%20Herbermann&f=false|accessdate=4 November 2014}}</ref>
 
Dalam [[Gereja Latin]], sepanjang [[Abad Pertengahan]], terdapat bukti adanya keraguan mengenai posisi kitab-kitab deuterokanonika. Ada pihak yang menyukainya, ada pihak lain yang tidak menyukainya sehubungan dengan tingkatan kesucian dan otoritasnya. Dalam kebimbangan mengenai kedua hal tersebut, ada sejumlah penulis yang penghormatannya terhadap kitab-kitab ini lebih didasari pada beberapa kebingungan dibanding kedudukan sebenarnya dari semua kitab tersebut, dan di antara mereka adalah St. [[Thomas Aquinas]]. Ada sedikit yang mengakui secara tegas kanonisitas kitab-kitab itu. Posisi yang dominan di kalangan penulis abad pertengahan dari Barat pada hakikatnya merupakan sikap para [[Bapa Gereja]] Yunani itu. Penyebab utama fenomena ini di Barat mungkin merupakan pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung, dari ''Prologus Galeatus'' karya St. Hieronimus yang tampak melemahkan kitab-kitab tersebut.<ref name="cedc"/>
Baris 55:
 
=== Pengaruh Hieronimus ===
[[Hieronimus]] dalam [[Vulgata#Prolog-prolog|prolog-prolog Vulgata]]<ref>{{la}} [http://www.thelatinlibrary.com/bible/prologi.shtml ''Prolog-prolog St. Hieronimus'', naskah Latin]</ref> menguraikan suatu kanon tanpa kitab-kitab deuterokanonika, mungkin selain [[Kitab Barukh]]. Dalam ''Prolog-prolog'', Hieronimus menyebutkan semua karya deuterokanonika dan apokrif sebagai kitab-kitab apokrif atau "tidak terdapat dalam kanon" kecuali kitab ''Doa Manasye'' dan ''Barukh''. Dia menyebutkan kitab ''Barukh'' dalam [http://www.bombaxo.com/blog/?p=233 ''Prolog Kitab Yeremia''] dan memberi catatan bahwa kitab itu tidak dibaca maupun dimiliki umat Ibrani, namuntetapi tidak secara eksplisit menyebutnya apokrif atau "tidak terdapat dalam kanon".<ref>Karena beberapa pendahulu memasukkan Barukh sebagai bagian dari Yeremia, maka dapat dipahami bahwa Hieronimus menganggap Barukh sebagai bagian dari kitab Yeremia pada saat menyebutkan satu per satu kitab-kitab kanon dalam ''Prologus Galeatus''nya.</ref> Beberapa kalangan menganggap bahwa status yang lebih rendah dikenakan pada kitab-kitab deuterokanonika oleh pihak otoritas seperti Hieronimus karena konsepsi kanonisitas yang terlalu kaku, suatu kitab agar dapat memperoleh martabat tertinggi ini harus diterima oleh semua kalangan, tidak ada kesangsian seturut sejarah kuno Yahudi, dan terlebih lagi tidak hanya diadaptasikan untuk kemajuan rohani, tetapi juga untuk "penegasan doktrin Gereja".<ref name="canonOT"/>
 
Bagaimanapun pada akhirnya Hieronimus memasukkan kitab-kitab deuterokanonika serta apokrif ke dalam [[Vulgata]]. Ia mereferensikan dan mengutip beberapa di antaranya sebagai Kitab Suci sekalipun ia menyebut kitab-kitab tersebut "tidak terdapat dalam kanon". Michael Barber menegaskan bahwa, meskipun Hieronimus pernah curiga terhadap "apokifa" tersebut, ia kemudian memandangnya sebagai Kitab Suci. Barber berpendapat bahwa hal ini jelas terlihat dari surat-surat yang ditulis Hieronimus; ia mengutip surat Hieronimus kepada [[Eustochium]], di mana Hieronimus mengutip [[Sirakh]] 13:2.<ref>{{en}} {{cite web |first= Michael |last=Barber |url=http://www.thesacredpage.com/2006/03/loose-canons-development-of-old_06.html |title=Loose Canons: The Development of the Old Testament (Part 2) |date=2006-03-06 |accessdate=2007-08-01}}</ref> Di bagian lainnya Hieronimus tampaknya juga merujuk [[Kitab Barukh|Barukh]], [[Susana (Kitab Daniel)|Kisah Susana]], dan [[Kitab Kebijaksanaan Salomo|Kebijaksanaan]] sebagai kitab suci.<ref>Hieronimus, kepada Paulinus, Surat 58 (395 M), dalam NPNF2, VI:119.: "Saudaraku terkasih, jangan menilai diriku dengan usiaku. Rambut beruban bukanlah pengertian (kebijaksanaan); pengertianlah yang sama baiknya seperti uban. Setidaknya hal itu yang dikatakan Salomo: '''"pengertian orang adalah uban.’''' [Kebijaksanaan 4:9]" Memang ketika Musa memilih tujuh puluh tua-tua, ia diperintahkan untuk mengambil dari antara mereka yang adalah para tetua dan memilih mereka bukan karena alasan usia tetapi karena kebijaksanaan mereka [Bilangan 11:16]. Dan, sebagai seorang pemuda, Daniel menghakimi orang-orang tua dan dalam bunga usia muda mengutuk ketiadaan tarak dalam usia lanjut [Daniel 13:55-59, atau Kisah Susana dan 55–59]"</ref><ref>Hieronimus, kepada Oceanus, Surat 77:4 (399 M), dalam NPNF2, VI:159.:"Aku akan mengutip kata-kata pemazmur: 'korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur,' [Mazmur 51:19] dan dari Yehezkiel 'Aku lebih suka pertobatan seorang pendosa daripada kematiannya,' [Yehezkiel 18:23] dan dari '''Barukh, 'Bangkitlah, hai Yerusalem,’''' [Barukh 5:5] dan banyak pernyataan lainnya yang dihasilkan oleh sangkakala para Nabi."</ref><ref>Hieronimus, Surat 51, 6, 7, NPNF2, VI:87-8: "Sebab dalam Kitab Kebijaksanaan, yang bertuliskan namanya, Salomo mengatakan: '''"Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakikat-Nya sendiri.'''" [Kebijaksanaan 2:23]...Sebagai ganti tiga bukti dari '''Kitab Suci''' yang kamu katakan akan memuaskanmu jika aku bisa memberikannya, lihatlah aku telah memberikan tujuh kepadamu."</ref>
Baris 68:
 
== Dalam Kekristenan Ortodoks ==
Di luar [[Gereja Katolik Roma]], istilah "deuterokanonika" kadang-kadang digunakan sebagai analogi untuk menyebut kitab-kitab yang dimasukkan dalam [[Perjanjian Lama]] oleh [[Gereja Ortodoks Timur]] dan [[Gereja Ortodoks Oriental]], namuntetapi tidak menjadi bagian dari [[Tanakh]] [[Yahudi]], atau pun [[Perjanjian Lama]] [[Protestan]]. Di kalangan Ortodoks, istilah ini diartikan bahwa kitab-kitab tersebut disusun secara terpisah dari kanon utama, seperti yang dijelaskan dalam [[2 Esdras]], di mana [[Esdras]] memerintahkan untuk menyimpan kitab-kitab tertentu secara terpisah dan tersembunyi.
 
=== Ortodoksi Timur ===
Baris 89:
* [[Doa Manasye]]
 
Ketiga kitab tersebut sendiri merupakan bagian apokrifa dari [[Vulgata#Vulgata Clementina|Vulgata Clementina]], di mana ketiganya secara spesifik disebut "di luar rangkaian kanon". [[Alkitab Douay-Rheims]] tahun 1609 memasukkan ketiga kitab ini dalam sebuah lampiran, namuntetapi ketiganya sudah tidak dimasukkan dalam terjemahan Alkitab Katolik sekarang ini ke dalam bahasa Inggris maupun Indonesia. Ketiga kitab ini, bersamaan dengan kitab-kitab deuterokanonika, terdapat dalam bagian [[apokrif]] berbagai Alkitab Protestan.
 
Penggunaan kata apokrifa ([[Bahasa Yunani]]: tersembunyi) untuk naskah-naskah tersebut, meskipun tanpa maksud menghina, diartikan sebagian pihak bahwa tulisan-tulisan yang dipertanyakan tersebut tidak boleh dimasukkan ke dalam [[Kanon Alkitab]]. Klasifikasi ini mengelompokkan kitab-kitab tersebut bersama dengan kitab [[injil]] non-kanonik tertentu dan kitab-kitab [[apokrif]] [[Perjanjian Baru]] yang lain. ''Style Manual for the Society of Biblical Literature'' merekomendasikan penggunaan istilah "literatur deuterokanonika", bukannya "Apokrifa", dalam tulisan akademis.
Baris 104:
== Posisi Yahudi ==
{{utama|Perkembangan kanon Alkitab Ibrani}}
[[Yudaisme]] dan sebagian besar versi Alkitab [[Protestan]] tidak memasukkan kitab-kitab deuterokanonika ke dalamnya. Pada umumnya diyakini bahwa Yudaisme secara resmi mengeluarkan kitab-kitab deuterokanonika dan naskah-naskah tambahan berbahasa Yunani yang tercantum di artikel ini dari Kitab Suci mereka pada suatu [[Konsili Yamnia|konsili]] hipotetis di [[Yamnia]] ({{circa}} 70–90 Masehi), namuntetapi pernyataan ini juga diperdebatkan.<ref>{{en}} Albert C. Sundberg, Jr., [http://department.monm.edu/classics/Speel_Festschrift/sundbergJr.htm "The Old Testament of the Early Church" Revisited 1997]</ref>
 
== Deuterokanonika Perjanjian Baru ==