Petilasan Keraton Ambarketawang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Rifmoe (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Bekas Bangunan Pesanggrahan Ambarketawang.jpg|jmpl|Sisa-sisa dari Situs Ambarketawang]]
[[Ambarketawang, Gamping, Sleman|Ambarketawang]] merupakan salah satu lokasi cagar budaya yang ada di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta]], yang terletak di [[Gamping, Sleman|Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman]]. Nama Ambarketawang adalah nama untuk sebuah keraton yang menjadi kediaman sementara Sri Sultan Hamengkubowono I. Secara garis besar, terbagi menjadi tiga petilasan yaitu bekas Keraton Ambarketawang, ''Kestalan'' dan ''Kademangan''. Sri Sultan Hamengku Buwono I membangun keraton ini pada tahun 1755 yang kala itu masih bergelar [[Pangeran Mangkubumi]]. Bertepatan setelah pecahnya kerajaan Mataram menjadi dua yaitu [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kasultanan]] (Yogyakarta) dan [[Kasunanan Surakarta|Kasunanan]] (Solo) melalui perjanjian [[Perjanjian Giyanti|Giyanti]]. [https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/295-ambarketawang-pesanggrahan]
 
Bangunan yang didirikan oleh [[Hamengkubuwana I|Sri Sultan Hamengku Buwono I]] ini yang diberi nama Ambarketawang, adalah tempat yang sebelumnya terdapat pesanggarahan yang bernama Pesanggrahan Gamping atau disebut pula dengan nama ''Puro-puro''. Arti dari nama ini sendiri adalah tempat tinggal, lebih spesifik lagi tempat tinggal untuk orang -orang terutama untuk para prajurit Kerajaan Mataram yang berada dalam perjalanan. Secara geografis, letak pesanggrahan ini berada dalam wilayah perbukitan yang cukup tinggi. Ini berhubungan dengan nama Ambarketawang itu sendiri, yakni bila diartikan secara etimologis, ''ambar'' yang berarti mencium atau meniliti, sedangkan kata ''ketawang'' diartikan sebagai bawang, atau tinggi. Jadi apabila digabungkan dalam satu frase, nama ''ambarketawang'' adalah tempat yang tinggi yang dimanfaatkan untuk melihat dan memastikan arah. [https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/12-kawasan-ambarketawang]
 
Bangunan dibagi menjadi tiga bagian utama. Bangunan pertama, yang mana membujur dari utara ke selatan yang panjangnya delapan meter, lalu kemudian bangunan yang kedua yang letaknya persis di utara bangunan pertama dengan ukuran panjang enam meter dan lebar satu meter, lalu bangunan ketiga yang membentuk huruf L yang panjangnya hingga lima belas meter. Selain tiga bangunan utama tersebut, juga ditemukan bangunan ''kestalan'', atau kandang kuda. Bangunan ''Kestalan'' ini berupa dinding yang lokasinya berada sekitar seratus meter dari bangunan keraton. Sementara itu bagian utama lain yaitu ''Kademangan'', ditemukan berada pada seratus delapan puluh meter arah barat daya keraton.[http://sclm17.blogspot.com/2016/03/situs-keraton-ambarketawang.html]
 
Pada situs ini dapat dijumpai pula yaitu sisa-sisa dinding tembok, yaitu pada bagian sisi utara, barat serta sisi selatan yang membujur sepanjang empat belas meter. Dinding tersebut dibuat melintang, mengelilingi bangunan yang memiliki luas empat hekater. Dinding yang mengeliling ini memiliki tebal hingga lima puluh sentimer dan tingginya mencapai tiga meter. Di sebelah utara terdapat saluran irigasi yang disebut ''urung-urung''. Saluran berada di bawah pagar tembok, berbelok menuju arah ''Kestalan'' untuk keperluan memandikan kuda dan mencuci kereta.
 
Sri Sultan Hamengku Buwono I diketahui menempati keraton ini tidak lebih dari satu tahun lamanya, yaitu dari tahun 1681 hingga tahun 1682. Setelah pembangunan keraton yang berada di [https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/keraton-yogyakarta/ Desa Pacethokan] (yang menjadi lokasi keraton Yogyakarta hingga saat ini) selesai, Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama ''abdi dalem''-nya segera pindah ke keraton tersebut. Hanya dua ''abdi dalem'' Sri Sultan, yaitu [[Kyai Wirasuta]] dan Nyai Wirasuta yang memilih untuk tetap tinggal, yang nanti pada kelanjutannya dari kisah dua ''abdi dalem'' Sri Sultan ini muncullah tradisi [[Saparan|Saparan Bekakak]] yang masih dilestarikan hingga saat ini.[https://www.krjogja.com/berita-lokal/diy/sleman/ada-kisah-mistis-dibalik-ritual-sembelih-bekakak-di-gamping/]
 
== Referensi ==
Baris 14:
# [https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/12-kawasan-ambarketawang Kawasan Ambarketawang] Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan), diakses pada 1 Februari 2020
# [https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/295-ambarketawang-pesanggrahan Pesanggrahan Ambarketawang] Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan), diakses pada 1 Februari 2020
#Situs Keraton [http://sclm17.blogspot.com/2016/03/situs-keraton-ambarketawang.html Ambarketawang] diakses pada 1 Februari 2020
# [https://krjogja.com/web/news/read/81404/Ada_Kisah_Mistis_Dibalik_Ritual_Sembelih_Bekakak_di_Gamping Ada Kisah Mistis Di Balik Ritual Sembelih Bekakak Di Gamping], Kedaulatan Rakyat diakses pada 1 Februari 2020