Banteng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Saya memperbaiki beberapa koreksi dari pembicaraan dan perbaikan alur cerita. hanya satu bab dulu, nanti saya lanjutkan nanti siang.
Baris 40:
}}
 
'''Banteng''' (dari [[bahasa Jawa]]: ''banṭhèng''; nama spesies: ''Bos javanicus'') atau '''tembadau''' adalah spesies [[hewan]] yang sekerabat dengan [[sapi]] dan ditemukan di berbagai wilayah [[Asia Tenggara]]. Banteng jantan dan betina memiliki perbedaan yang mencolok ([[dimorfisme seksual]]): pejantan biasanya berkulit coklat gelap atau hitam, berbadan besar dan kekar, sedangkan banteng betina lebih langsing dan memiliki kulit cokelat muda. Banteng memiliki bercak besar berwarna putih di bagian pantat. Baik pejantan maupun betina memiliki tanduk, umumnya dengan panjang 60 hingga 75 cm. Ilmuwan umumnya membaginya menjadi tiga [[subspesies]]: banteng jawa, banteng indocina, dan banteng kalimantan. Banteng liar biasanya lebih besar dibandingkan banteng yang telah [[Domestikasi|didomestikasi]] oleh manusia.
 
Banteng aktif pada siang dan malam hari, tetapi aktivitas malam lebih umum di daerah yang banyak dikunjungi manusia. Kawanan banteng di alam liar terdiri dari 2 hingga 40 ekor banteng dengan hanya satu pejantan. Banteng bersifatadalah hewan dalam golongan herbivora dan memakan berbagai tumbuhan seperti rumput, [[Cyperaceae|teki]], tunas, daun, bunga, dan buah-buahan. Banteng sering minum air, terutama dari air yang tenang, tetapi mampu bertahan beberapa hari tanpa air di [[musim kemarau]]. [[Fisiologi]] reproduksi banteng tidak banyak diketahui, tetapi mungkin mirip dengan [[sapi eropa]] yang telah banyak diamati. Induk banteng [[Gestasi|mengandung]] selamadalam hampirjangka 285 hari (lebih dari 9 bulan), atauyang membutuhkan waktu seminggu lebih lama daridibandingkan sapi eropa), danuntuk melahirkan seekor anak banteng. Banteng ditemukan dalam berbagai jenis [[habitat]] di jangkauan alamiahnya, termasuk hutan ber[[tumbuhan peluruh]], setengah peluruh, bagian bawah hutan [[Ekosistem montana|montana]], lahan pertanian yang ditinggalkan, serta daerah rerumputan.
 
Populasi banteng liar terbesarterbanyak berada di Kamboja, Jawa, Kalimantan (terutama Sabah, Malaysia) dan Thailand. Banteng ternak dapat ditemukan di Bali, pulau-pulau timur Indonesia (seperti Sulawesi, Sumbawa, Sumba), Australia, Malaysia, dan Papua Nugini. Banteng ternak di Indonesia disebut [[sapi bali]], dan jumlahnya mencapai hampir 25% dari seluruh populasi sapi di Indonesia. Peternakan banteng dilakukan untuk menghasilkan daging, dan kadang digunakan sebagai hewan pekerja. Banteng [[Organisme meliar|feral]] ditemukan di Australia Utara (berasal dari banteng ternak yang didatangkan pada masa kolonisasi Britania dan kemudian dilepas dan menjadi liar), dan di [[Kalimantan Timur]]. Banteng liar dinyatakan sebagai [[spesies genting]] dalam [[Daftar merah IUCN|Daftar Merah]] [[Uni Internasional untuk Konservasi Alam|IUCN]]. Di tempat hidup alamiahnya, banteng liar terancam oleh perburuan liar (untuk makanan, olahraga, obat tradisional, dan diambil tanduknya), hilangnya habitat, [[fragmentasi habitat]], dan penyakit. Banteng dianggap sebagai hewan yang dilindungi di semua negara tempatnya hidup, dan sebagian besar hanya ditemukan di daerah yang dilindungi (kecuali mungkin Kamboja).
 
== Taksonomi dan asal-usul ==
[[Deskripsi spesies]] banteng pertama kali dilakukan oleh seorang naturalis Jerman [[Joseph Wilhelm Eduard d'Alton]] pada tahun 1823.<ref name=d'alton/><ref name=hooijer/> Nama ''banteng'' yang berasal dari bahasa Jawa ''banṭhèng'' digunakan sebagai nama umum spesies ini, termasuk dalam bahasa-bahasa Barat.<ref>{{cite Merriam-Webster|Banteng|accessdate=8 May 2020}}</ref><ref>{{cite book|title=An Abridged Malay-English Dictionary (Romanised)|page=16|chapter=Banteng|chapterurl={{Google Books|id=8SESAwAAQBAJ|page=16|plainurl=yes}}|publisher=F. M. S. Government Press|last=Wilkinson|first=R. J.|date=1908|location=Kuala Lumpur}}</ref> Deskripsi d'Alton berasal dari dua tengkorak yang berasal dari Pulau [[Jawa]] dari seekor pejantan dan seekor betina, tetapi hanya pejantannya yang disebut sebagai banteng oleh d'Alton, sedangkan betinanya ia sebut sebagai sapi liar dari Jawa.<ref name=d'alton>{{cite book|title=Die Skelete der Wiederkauer, abgebildet und verglichen|trans-title=The Skeletons of the Ruminants, shown and compared||language=German|author=d'Alton, E. J.|date=1823|location=Bonn|publisher=E. Weber|page=plate VIII, figures c and d|authorlink=Eduard Joseph d'Alton}}</ref>
Tengkorak-tengkorak ini dibawa ke [[Rijksmuseum van Natuurlijke Historie|Museum Nasional Sejarah Alam]] di [[Leiden]], Belanda. Berbagai nama ilmiah digunakan untuk spesies banteng, termasuk ''Bos leucoprymnus'', ''Bos banteng'', ''Bos bantinger'', dan ''Bos sondaicus'', saat [[Dirk Albert Hooijer]] yang bekerja di museum tersebut menyebut bahwa nama yang digunakan d'Alton pada 1823-lah yang merupakan nama pertama yang sah. d'Alton menggunakan nama ''Bibos javanicus'' untuk pejantan yang ia deskripsikan, atau bisa dianggap sebagai ''Bos (Bibos) javanicus'' jika ''Bibos'' adalah [[subgenus]] dari ''Bos''.<ref name=hooijer/><ref>{{cite book|title=Outlines of the Globe: The View of the Malyan Isles, New Holland, and the Spicy Islands|last=Pennant|first=T.|authorlink=Thomas Pennant|volume=IV|publisher=Henry Hughes|location=London|date=1800|url={{Google Books|id=F3ZdAAAAcAAJ|page=35|plainurl=yes}} |page=35}}</ref>