Asiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 202.80.214.110 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 36.77.92.9
Tag: Pengembalian
Baris 36:
=== Ibu angkat Musa ===
[[Berkas:Asiya finds Moses.jpg|jmpl|kiri|Asiyah (digambarkan dengan kepang hitam panjang) dan para dayangnya, yang sehabis mandi, menemukan bayi Musa di Sungai Nil.<ref>{{cite book|title=Infants, Parents and Wet Nurses: Medieval Islamic Views on Breastfeeding and Their Social Implications|author=Avner Gilʻadi|publisher=Brill Publishers|isbn=9789004112230|year=1999}}</ref> Busana mereka tergantung di pohon-pohon sementara arus sungai dihias dengan gaya Tionghoa. Ilustrasi dari ''Jami' At-Tawarikh'']]
Al-Qur'an menyebutkan motif Fir'aun menindas [[Bani Israil]]
Al-Qur'an tidak menyebutkan motif Fir'aun menindas [[Bani Israil]]. Para ulama memberikan keterangan bahwa Fir'aun melakukan hal tersebut lantaran yakin bahwa akan ada Bani Israil yang akan menghancurkan kekuasaannya. Sebagian menyebutkan bahwa keyakinan itu didapat lantaran Fir'aun bermimpi melihat api dari [[Baitul Maqdis]] (Palestina) datang dan menghancurkan rumah-rumah bangsa Qibti, tapi tidak dengan rumah Bani Israil. Sebagian berpendapat bahwa hal ini berkaitan dengan penguasa Mesir terdahulu yang terkena tulah lantaran hendak menodai [[Sarah]], istri [[Ibrahim]]. Dari peristiwa tersebut kemudian diyakini bahwa akan ada keturunan Sarah yang akan menghancurkan kekuasaan Fir'aun.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=428-429}} Sebagian ulama menyebutkan bahwa bangsa Qibti mengeluh pada Fir'aun lantaran jumlah Bani Israil menjadi terlalu sedikit untuk mengerjakan pekerjaan keras karena kebijakan pembunuhan bayi laki-laki tersebut, sehingga dikhawatirkan bangsa Qibti yang nantinya akan mengurus berbagai pekerjaan kasar itu. Fir'aun kemudian mengadakan kebijakan berselang-seling: satu tahun tidak dilangsungkan pembunuhan bayi dan tahun berikutnya dilakukan pembunuhan bayi. Harun lahir pada saat kebijakan pembunuhan bayi tidak dijalankan.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=430-431}}
{| class="wikitable"
| colspan="2" |'''Data yang ditemukan : 409'''
|-
|﴾ Al Qashash:4 ﴿
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
|}
Al-Qur'an tidak menyebutkan motif Fir'aun menindas [[Bani Israil]]. Para ulama memberikan keterangan bahwa Fir'aun melakukan hal tersebut lantaran yakin bahwa akan ada Bani Israil yang akan menghancurkan kekuasaannya. Sebagian menyebutkan bahwa keyakinan itu didapat lantaran Fir'aun bermimpi melihat api dari [[Baitul Maqdis]] (Palestina) datang dan menghancurkan rumah-rumah bangsa Qibti, tapi tidak dengan rumah Bani Israil. Sebagian berpendapat bahwa hal ini berkaitan dengan penguasa Mesir terdahulu yang terkena tulah lantaran hendak menodai [[Sarah]], istri [[Ibrahim]]. Dari peristiwa tersebut kemudian diyakini bahwa akan ada keturunan Sarah yang akan menghancurkan kekuasaan Fir'aun.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=428-429}} Sebagian ulama menyebutkan bahwa bangsa Qibti mengeluh pada Fir'aun lantaran jumlah Bani Israil menjadi terlalu sedikit untuk mengerjakan pekerjaan keras karena kebijakan pembunuhan bayi laki-laki tersebut, sehingga dikhawatirkan bangsa Qibti yang nantinya akan mengurus berbagai pekerjaan kasar itu. Fir'aun kemudian mengadakan kebijakan berselang-seling: satu tahun tidak dilangsungkan pembunuhan bayi dan tahun berikutnya dilakukan pembunuhan bayi. Harun lahir pada saat kebijakan pembunuhan bayi tidak dijalankan.{{sfn|Ibnu Katsir|2014|pp=430-431}}
 
Al-Qur'an menjelaskan bahwa Allah mengilhamkan ibu Musa agar memasukkan putranya yang masih bayi ke peti, kemudian dihanyutkan ke sungai. Ibu Musa kemudian memerintahkan kakak perempuan Musa untuk mengikuti dan mengawasinya adiknya dari kejauhan. Musa kemudian dipungut oleh keluarga Fir'aun. Asiyah kemudian mengatakan pada Fir'aun, "Dia adalah penyejuk mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak."<ref>Al-Qashash (28): 7-9</ref> Dalam [[Alkitab]] disebutkan bahwa nama ibu Musa adalah [[Yokhebed]] dan kakak perempuan Musa bernama [[Miryam]].
Baris 43 ⟶ 50:
 
Al-Qur'an menjelaskan bahwa bayi Musa menolak semua perempuan yang dijadikan ibu susunya. Miryam kemudian datang dan mengusulkan agar Yokhebed menjadi ibu susunya. Setelahnya, Musa disusukan kepada Yokhebed yang sebenarnya merupakan ibunya sendiri.<ref>Al-Qashash (28): 10-13</ref>
 
 
=== Kehidupan setelahnya ===