Gilgamesh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
→‎Legenda: agar jelas hubungan mengukir dengan memindahkan pohon
HaEr48 (bicara | kontrib)
Baris 70:
Dalam Lauh III dan IV, Gilgamesh dan Enkidu berkelana ke [[Hutan Aras]] yang dijaga oleh seorang raksasa yang bernama Humbaba (nama Huwawa dalam bahasa Akkadia).{{sfn|Black|Green|1992|page=90}} Mereka melintasi tujuh gunung untuk mendatangi hutan tersebut, dan mereka lalu mulai menebang pohon untuk menantang Humbaba.{{sfn|Fontenrose|1980|page=168}} Humbaba mengamuk dan membuat takut Gilgamesh. Gilgamesh pun berdoa kepada dewa matahari [[Utu|Shamash]] (nama dewa Utu dalam bahasa Semitik Timur).{{sfn|Fontenrose|1980|page=168}} Sang dewa kemudian meniupkan delapan angin ke mata Humbaba dan membutakannya.{{sfn|Fontenrose|1980|page=168}} Humbaba memohon belas kasihan, tetapi para pahlawan dalam kisah ini tetap memenggalnya.{{sfn|Fontenrose|1980|page=168}} Lauh VI kemudian berkisah tentang Gilgamesh yang kembali ke Uruk.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}} Dewi [[Ishtar]] (nama Inanna dalam bahasa Akkadia) mendatanginya dan meminta agar ia menjadi pasangannya.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=168}}{{sfn|Pryke|2017|pages=140–159}} Gilgamesh menolaknya karena Ishtar telah memperlakukan semua mantan pasangannya dengan buruk.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=168}}{{sfn|Pryke|2017|pages=140–159}} Untuk membalas dendam, Ishtar mendatangi ayahnya, Anu, dan meminta Banteng Surgawi darinya.{{snf|Dalley|1989|pages=81–82}}{{sfn|Fontenrose|1980|pages=168–169}}{{sfn|Tigay|2002|pages=24–25}} Ishtar lalu mengirim banteng ini untuk menyerang Gilgamesh.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}}{{snf|Dalley|1989|pages=81–82}}{{sfn|Fontenrose|1980|pages=168–169}}{{sfn|Tigay|2002|pages=24–25}} Gilgamesh dan Enkidu berhasil membunuh si banteng dan mempersembahkan jantungnya kepada Shamash.{{snf|Dalley|1989|page=82}}{{sfn|Fontenrose|1980|pages=168–169}} Ketika Gilgamesh dan Enkidu sedang beristirahat, Ishtar berdiri di tembok [[Uruk]] dan mengutuk Gilgamesh.{{snf|Dalley|1989|page=82}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=169}} Enkidu memutuskan paha kanan si banteng dan melemparnya ke wajah Ishtar.{{snf|Dalley|1989|page=82}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=169}} Enkidu berteriak "Jika aku bisa menyentuhmu, inilah yang akan kulakukan padamu, dan akan kucambukkan isi perutmu ke arahmu."{{sfn|George|2003|page=88}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=169}} Ishtar lalu memanggil para pelacur dan perempuan jalang{{snf|Dalley|1989|page=82}} dan memerintahkan agar mereka berduka atas kematian Banteng Surgawi.{{snf|Dalley|1989|page=82}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=169}} Sementara itu, Gilgamesh merayakan kemenangannya.{{snf|Dalley|1989|page=82-83}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=169}}
 
Lauh VII dimulai dengan kisah Enkidu yang menceritakan mimpinya ketika ia melihat Anu, [[Enki|Ea]], dan [[Utu|Shamash]] yang mengatakan bahwa salah satu dari Gilgamesh atau Enkidu harus mati sebagai hukuman karena telah membunuh Banteng Surgawi. Mereka memilih Enkidu, dan Enkidu kemudian jatuh sakit. Ia bermimpi tentang Dunia Bawah dan lalu mati. Lauh VIII menceritakan duka cita yang dialami Gilgamesh atas kematian sahabatnya, dan juga mengisahkan pemakaman Enkidu.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}} Lauh IX hingga XI menceritakan bagaimana Gilgamesh dirundung duka dan rasa takut atas ajal. Ia lalu berkelana untuk mencari rumah [[Utnapisytim]], satu-satunya orang yang selamat dari [[mitos air bah Gilgames|Air Bah]], yang telah dihadiahi kehidupan abadi oleh para dewa.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=171}}
 
[[Berkas:Mesopotamian - Cylinder Seal with Scorpion Man Shooting at Winged Creatures - Walters 42807.jpg|jmpl|upright=1.3|kiri|Cap gelinding [[Kekaisaran Asiria Pertengahan|Asiria Pertengahan]] dari kisaran tahun 1400 hingga 1200 SM yang menggambarkan seorang lelaki dengan sayap burung dan ekor kalajengking yang menembakkan anak panah ke arah seekor [[griffin]] di atas bukit kecil. [[Manusia kalajengking]] adalah salah satu makhluk yang dijumpai oleh Gilgamesh saat ia sedang melakukan perjalanan ke tempat tinggal [[Utnapisytim]].{{sfn|Fontenrose|1980|page=171}}]]