Islam di Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Baris 21:
Julius Jacob seorang ahli kesehatan yang pernah bertugas di Aceh tahun 1878 menyatakan bahwa pengaruh [[Agama Hindu|Hindu]] atas penduduk setidak-tidaknya dapat ditemukan dengan kenyataan tentang pemakaian nama-nama tempat dalam bahasa Hindu istilahnya terdapat dalam bahasa Aceh.<ref>{{Cite web|url=https://nofalliata.wordpress.com/agama-islam-dan-sekte-sektenya/dari-hinduisme-hingga-islamisasi-di-aceh/|title=Dari Hinduisme Hingga Islamisasi di Aceh|date=2012-02-18|website=Nofalliata's Blog, Kajian Ilmiah|language=id-ID|access-date=2019-11-08}}</ref>
 
Dalam ranah kesusastraan, sastra Aceh juga memiliki keterpengaruhan Hindu,seperti adanya Hikayat ''Sri Rama'' dalam bahasa Melayu, dikenal sebagai saduran dari Kakawin ''Ramayana'' karya ''Walmiki''. Baik versi Aceh maupun Melayu dari Hikayat ''Sri Rama'' maupun ''Rahwana'' telah menimbulkan dugaan bahwa hikayat itu mencerminkan sejarah Aceh dan Raja ''Rahwana'' yang dimaksud di dalamnya adalah Raja yang pernah bertahta di ''Indrapuri'' (Aceh Besar). Nama-nama [[gampong]] tua dari bahasa Sangsekerta seperti ''Indrapuri'' atau ''Indrapurwa'' juga telah dikaitkan oleh sementara penduduk sebagai suatu nama kota-kota kerajaan Hindu yang pernah tumbuh di Aceh, meski demikian hal itu samasekali tidak dapat dijadikan pegangan untuk mengatakan bahwa telah berdiri kerajaan Hindu di Aceh, karena masih memerlukan pembuktian-pembuktian yang dapat dipercaya mengenai hal ini.<ref>{{Cite web|url=https://waspadaaceh.com/2018/06/03/masjid-indrapuri-catatan-sejarah-islam-di-aceh/|title=Masjid Indrapuri, Catatan Sejarah Islam di Aceh {{!}} Waspada Aceh|last=Redaksi|language=id-ID|access-date=2019-11-08|archive-date=2019-11-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20191108150245/https://waspadaaceh.com/2018/06/03/masjid-indrapuri-catatan-sejarah-islam-di-aceh/|dead-url=yes}}</ref>
 
Pada masa itu, budaya yang hidup dalam masyarakat Aceh diserap dari nilai-nilai agama Hindu. Menurut Van Langen, pada dasarnya orang Aceh berasal dari bangsa Hindu. Migrasi Hindu bertapak di Pantai Utara Aceh dan dari sini menuju ke pedalaman. Dari Gigieng dan Pidie, mungkin juga dari daerah Pase, migrasi Hindu menuju ke daerah Mukim XXII di [[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar.]] Meskipun pendapat ini dibantah oleh C. Snouck Hurgronje. Akan tetapi, jika diperhatikan dari intensitas pergaulan, terutama dalam bidang perdagangan antara Aceh dan India pada masa itu, maka dapat dikatakan bahwa agama Hindu merupakan anutan sebagian masyarakat Aceh sebelum kedatangan Islam. Selain Hindu, diperkirakan agama Budha juga menjadi anutan bagi sebagian masyarakat Aceh yang lain, yang diduga dibawa oleh orang-orang Cina.<ref>[http://digilib.uinsby.ac.id/9540/7/Bab%203.pdf Proses Islamisasi Di Aceh]</ref>