Suku Tumi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan
Rujukan
Baris 33:
 
=== Pengembangan suku bangsa ===
Menurut ahli sejarah J.R Logan pada abad ke-19 Masehi yang melakukan penelitian sejak tahun 1848 hingga 1900 bahwa "Pengembangan suku bangsa Indonesia berasal dari Assam yang terletak di India selatan itu dalam pengungsian-nya bergerak menyebrangi laut Andaman untuk kemudian berpencar dalam beberapa kelompok"<ref name="paksi"/>.
#Kelompok kesatu bergerak ketimur melalui jawa dan kalimantan dan ada yang terus ke utara Filipina, yang kemudian melahirkan suku bangsa Igorot dan lain-lain,
#Kelompok kedua mencapai ujung utara sumatra menyusuri pantai barat dan mendarat di Singkel, Barus, dan Sibolga, kemudian melahirkan cikal bakal Batak Karo, Batak Toba, Dairi, dan Alas,
#Kelompok ketiga meneruskan pelayaran menelusuri pantai barat Sumatra terus ke selatan yang akhirnya melalui pantai krui menuju kedaerah pegunungan, kembali sebagai Mountain People di tengkuk dan gunung pesagi, bukit barisan dan seminung<ref name="paksi"/>.
Seorang ahli sejarah pula Lawrence Palmer Bringgs, dalam jurnalnya di abad ke-19 Masehi, tahun 1950, menyebut bahwa sebelum abad ke-7 Masehi sekitar tahun 683 Masehi, yang berlangsung sejak tahun 501 Sebelum Masehi (SM) hingga 600 Masehi (M) Ibu Kota Sriwijaya (Srivijaya) terletak di Daerah pegunungan jauh dari Palembang<ref name="paksi"/>. Tempat itu dipayungi oleh dua gunung dan dilatari sebuah danau, itulah sebabnya Sailendra dan keluarganya disebut Family of the King of the Mountains (Sailendravarmsa)<ref name="paksi"/>.
 
Sementara penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Safari Daud (Disampaikan dalam kelompok diskusi Terpumpun 'Budaya Sakala Brak mendorong Harmonisasi Masyarakat Lampung' di Hotel Emersia Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung pada tanggal 18 Desember 2018), mengatakan Kerajaan Sakala Brak bermula dari Kerajaan Sakala Brak Kuno dengan penduduk suku tumi, suku ini dianggap kanibal. Akan tetapi, setelah dilakukan penelitian, hal itu tidak terbukti<ref name="paksi"/>. Suku Tumi menganggap mereka kanibal sebagai alat untuk menakut-nakuti musuh atau untuk menunjukkan keperkasaan. Pola serupa banyak dilakukan kerajaan tradisional di Sumatra untuk kepentingan Politik.
 
==Referensi==