Batik Plumpungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Batik Plumpungan.jpg|jmpl|Batik Plumpungan.]]
'''Batik Plumpungan''' merupakan salah satu produk [[batik]] yang berasal dari [[Kota Salatiga]]. Motif dasar batik tersebut terinspirasi dari susunan batu besar dan batu kecil [[Prasasti Plumpungan]], yaitu prasasti yang dianggap sebagai cikal bakal berdirinya Kota Salatiga. Adapun penciptaPencipta dari motif batik ini adalah Bambang Pamulardi yang berstatus sebagai salah satu PNS (Pegawai Negeri Sipil) Kota Salatiga.
 
== Pencipta ==
Batik Plumpungan merupakan salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|warisan budaya takbenda Indonesia]] dan karya seni kontemporer. Motif batik ini diciptakan pada 23 Juli 2004<ref>{{Cite web|url=http://www.salatigacity.com/seragam-batik-pemkot-salatiga-bukti-walikota-pro-ukm/|title=Seragam Batik Pemkot Salatiga Bukti Walikota Pro UKM|last=Harjanti|first=Vita|date=tanpa tanggal|website=Salatiga City|archive-url=https://web.archive.org/web/20200529104411/http://www.salatigacity.com/seragam-batik-pemkot-salatiga-bukti-walikota-pro-ukm/|archive-date=29 Mei 2020|url-status=dead|access-date=12 Februari 2020}}</ref><ref name=":0" /> oleh seorang PNS bernama Bambang Pamulardi{{sfnp|Winata|Prasida|p=44|ps=: "Pengujian pertama dilakukan kepada Bapak Bambang Pamulardi sebagai perintis sekaligus pemilik batik Plumpungan Salatiga. Materi yang diujikan kepada Bapak Bambang Pamulardi adalah mengenai konten buku Batik Plumpungan Salatiga dan kecocokan motif batik yang diaplikasikan ke dalam bentuk 3D di Perancangan Buku Batik Plumpungan Salatiga dengan Teknologi ''Augmented Reality'' berbasis Android....."|2018}} dan dipublikasikan pada tahun 2005 di harian [[Jawa Pos]].{{sfnp|Supangkat, dkk|1995|p=13|ps=: "Motif dasarnya ditemukan pada tanggal 23 Juli 2004 yang didesain dari bentuk Prasasti Plumpungan. Di setiap motif batik Plumpungan terdapat ciri gambar dua bulatan berukuran besar dan kecil sedikit lonjong dalam satu kesatuan. Bentuk ini apabila dilihat dari sudut pandang atas menyerupai Prasasti Plumpungan yang berangka tahun 750 Masehi....."}}{{sfnp|Octaviany|2009|p=2|ps=: "Motif batik Plumpungan ini pertama kali diciptakan pada tahun 2004 dan dipublikasikan pada tahun 2005 di harian Jawa Pos. Pada awalnya motif batik Plumpungan ini diproduksi di Pekalongan dan baru mulai bulan Juli tahun 2008, proses produksi dilakukan di Salatiga. Dari motif dasar dua batu itu dapat dikembangkan menjadi bermacam-macam motif batik....."}}<ref name=":1" /> Motif tersebut terinspirasi dari susunan batu pada Prasasti Plumpungan,<ref name=":3">{{Cite web|url=https://radarsemarang.com/2017/05/11/prasasti-plumpungan-bisa-jadi-motif-batik/|title=Prasasti Plumpungan Bisa Jadi Motif Batik|last=Radar Semarang|first=|date=11 Mei 2017|website=Radar Semarang|access-date=30 Maret 2019}}</ref> yaitu prasasti berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi yang ditulis dengan huruf [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]] serta menggunakan [[bahasa Sanskerta]].{{sfnp|Kartoatmadja, dkk|1995|p=48|ps=: "Hasil koreksi tersebut menunjuk hari Jumat (Suk) rawara tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 M. Prasasti Plumpungan merupakan peresmian Desa Hampra menjadi daerah perdikan....."}} Prasasti itu berada di Dukuh Plumpungan, [[Kauman Kidul, Sidorejo, Salatiga|Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga]]. Adapun Bambang sendiri merupakan warga Dusun Klasemen, [[Mangunsari, Sidomukti, Salatiga|Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga]], yang juga mendirikan Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan.<ref name=":2" />
 
Pada saat ini, batik tersebut telah digunakan oleh beberapa instansi yang berada di lingkup pemerintahan Kota Salatiga. Para PNS di kota itu menggunakan batik Plumpungan setiap hari [[Kamis]].<ref name=":1" />{{sfnp|Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Salatiga|2008|p=29|ps=: "Tahap awal untuk memasarkan dan mengenalkan batik khas Salatiga adalah kewajiban bagi segenap Aparatur Pemerintah Kota Salatiga untuk memakai batik buatan sendiri. Setiap hari Kamis ada sekitar 4000 PNS Pemkot Salatiga memakai seragam kerja batik dengan berbagai corak dan motif....."}} Sampai tahun 2020, batik Plumpungan terus diusulkan agar menjadi salah satu muatan lokal dalam kurikulum pembelajaran, mulai dari bangku SD (Sekolah Dasar) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas) di Kota Salatiga.<ref name=":3" /> Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pelestarian batik sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.<ref>{{Cite web|url=https://daerah.sindonews.com/read/1303698/22/wali-kota-salatiga-usulkan-membatik-masuk-kurikulum-sekolah-1525680240|title=Wali Kota Salatiga Usulkan Membatik Masuk Kurikulum Sekolah|last=Rosa|first=Angga|date=7 Mei 2018|website=Sindo News|access-date=30 Maret 2019}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://jatengprov.go.id/beritadaerah/plumpungan-diharapkan-masuk-kurikulum-muatan-lokal/|title=Plumpungan Diharapkan Masuk Kurikulum Muatan Lokal|last=Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Tengah|first=|date=10 Mei 2017|website=Portal Berita Pemerintah Provinsi Jawa Tengah|access-date=30 Maret 2019}}</ref>
Baris 15:
Pola dasar batik Plumpungan sangat fleksibel untuk digunakan dalam pembuatan motif batik.<ref>{{Cite web|url=https://budaya-indonesia.org/Sejarah-Batik-Plumpungan|title=Sejarah Batik Plumpungan|last=Pradana|first=Edmunda Easta Sandra|date=14 Agustus 2018|website=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|publisher=|access-date=20 Februari 2019}}</ref> Ada pengrajin batik yang menggunakan pola dasar batik tersebut sebagai ''klowongan'' (pola).{{efn|''Klowongan'' adalah proses membatik kerangka pola. Pada proses ini digunakan canting yang juga dinamakan dengan canting ''klowongan'', yang memiliki diameter lingkaran sedang ({{harvnb|Wulandari|2011|pp=42}}).}} Pola dasar batik ini menjadi motif utama dalam membentuk desain batik Plumpungan, seperti pada batik Plumpungan motif Semarak. Selain itu, ada juga pengrajin batik yang menggunakan pola dasar batik Plumpungan sebagai ''isen-isen'' (isi) dari berbagai motif yang dibuat, seperti pada batik Plumpungan motif Merak Plumpungan dan Parang Plumpungan.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://fedep.salatigakota.go.id/2013/07/25/mengenal-lebih-lanjut-batik-plumpungan/|title=Mengenal Lebih Lanjut Batik Plumpungan|last=FEDEP Kota Salatiga|first=|date=tanpa tanggal|website=FEDEP (Forum for Economic Development and Employment Promotion) Kota Salatiga|publisher=|archive-url=https://web.archive.org/web/20201205013846/http://fedep.salatigakota.go.id/2013/07/25/mengenal-lebih-lanjut-batik-plumpungan/|archive-date=5 Desember 2020|url-status=dead|access-date=21 Februari 2019}}</ref>
 
Batik Plumpungan yang berada di Pusat Kerajinan Tangan Batik Plumpungan semuanya merupakan buatan tangan. Adapun bahanBahan yang digunakan juga beragam, yaitubaik katun maupun sutrasutranya.{{sfnp|Widyatwati|2015|p=30|ps=: "Bentuk dasarnya selalu menyerupai bentuk batu Prasasti Plumpungan, namun pada perkembangannya juga bisa dibentuk menyerupai kupu-kupu, ikan, kura-kura, dan lain-lain. Di pusat kerajinan batik Plumpungan, semua batik Plumpungan merupakan batik buatan tangan. Warna-warna cerah seperti kuning, biru, merah muda, dan hijau mendominasi kain-kain batik ini. Bahannya juga beragam dari katun hingga sutra....."}} Bambang mengkombinasikan motif batik Plumpungan dengan motif-motif batik tradisional yang sudah ada, seperti ''kawung''. Kreasi tersebut mendapatkan sambutan yang cukup baik di masyarakat, tetapi kendala justru dihadapi dalam hal pemasaran. Di sisi lain, dulu masyarakat yang paham mengenai sejarah budaya yang ada di lingkungannya (tepatnya mengenai keberadaan Prasasti Plumpungan) sangat sedikit, tetapi masyarakat semakin tahu dan mengenal Prasasti Plumpungan sebagai peninggalan sejarah yang patut dirawat eksistensinya semenjak batik ini hadir.<ref name=":2">{{Cite web|url=http://www.salatigakota.go.id/InfoBerita.php?id=1151&|title=Batik Plumpungan Angkat Nama Salatiga|last=Pemerintah Kota Salatiga|first=|date=16 Oktober 2014|website=Pemerintah Kota Salatiga|publisher=|access-date=21 Februari 2019}}</ref>
 
== Lihat pula ==