Hak LGBT di Arab Saudi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor
Tag: referensi YouTube VisualEditor
Baris 18:
== Homoseksualitas di Ibu Kota - Riyadh ==
 
Beberapa sumber informasi yang valid dan otentik memvalidasi dan mengkonfirmasi tingginya tingkat aktivitas homoseksual yang terjadi di Riyadh, Arab Saudi. [<ref>{{Citation|title=Saudi Study: 23% of Arab Children Raped; 46% of Arab Students Homosexual|url=https://www.youtube.com/watch?v=MQ8PSKSWeEw][42]|accessdate=2023-01-02|language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite Meskipunweb|last=Labi|first=Nadya|date=2007-05-01|title=The Kingdom in the Closet|url=https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2007/05/the-kingdom-in-the-closet/305774/|website=The Atlantic|language=en|access-date=2023-01-02}}</ref> Al-Quran secara resmi mengutuk homoseksualitas, tampak dari sumber-sumber informasi ini bahwa Arab Saudi bertentangan dengan hukum Al-Quran, secara dangkal mengesahkan hukum tetapi tidak menegakkannya (di mana hukum disahkan untuk penampilan internasional dan penegakan hukum yang nyaris nol menunjukkan realitas situasinya). Sebagai contoh, sebuah cerita yang dimuat di The Atlantic pada edisi Mei 2007 berjudul "The Kingdom in the Closet" membuktikan adanya "komunitas pria yang menikmati hubungan seks dengan pria lain" di Riyadh di mana kaum homoseksual Arab "bertemu di sekolah-sekolah, di kafe-kafe, di jalanan, dan di Internet". Seorang warga Suriah yang diwawancarai dalam artikel tersebut membuktikan bahwa Riyadh adalah "surga gay". Orang lain yang diwawancarai adalah seorang lesbian perempuan berusia 21 tahun bernama Yasmin yang tinggal di Riyadh. Dia menyatakan tentang keadaan amoralitas seksual di Riyadh bahwa "lebih mudah menjadi lesbian [daripada heteroseksual]. Ada banyak sekali orang yang beralih ke lesbianisme." Kutipan lain dari artikel mengenai homoseksualitas di Riyadh ada di bawah ini.<blockquote>"Di Arab Saudi, 'Lebih mudah menjadi lesbian [daripada heteroseksual]. Ada banyak sekali orang yang beralih ke lesbianisme," kata Yasmin, seraya menambahkan bahwa jumlah pria di kerajaan yang beralih ke seks gay bahkan lebih besar. 'mereka tidak benar-benar homoseksual,' katanya. 'Mereka seperti teman satu sel di penjara." [42] - The Atlantic, edisi Mei 2007, artikel berjudul "Kerajaan di dalam Kloset"
 
"Bagi Talal, Riyadh menjadi pelarian. Ketika dia berusia 17 tahun dan tinggal di Damaskus, ayahnya memergokinya sedang berhubungan seks dengan seorang teman pria. Dia memukul Talal dan menghukumnya selama dua bulan, membiarkannya keluar rumah hanya setelah dia bersumpah bahwa dia tidak lagi tertarik pada pria. Wajah pucat Talal memerah merah padam saat ia mengingat rasa malunya karena mengecewakan keluarganya. Ingin sekali melepaskan diri dari beban harapan mereka, ia mengambil pekerjaan di Riyadh. Ketika ia mengumumkan bahwa ia akan pindah, ayahnya menjawab, 'Kamu tahu semua orang Saudi menyukai anak laki-laki, dan kamu berkulit putih. Berhati-hatilah. Talal senang menemukan kebenaran dalam peringatan ayahnya - kulitnya yang putih membuatnya menjadi hit di kalangan penduduk setempat." [42] - The Atlantic, edisi Mei 2007, artikel berjudul "Kerajaan di dalam Kloset"