Makam Ratu Mas Malang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
[[Berkas:Antakapura (2).jpg|jmpl|260x260px|Makam Ratu Mas Malang pada 2021.]]
[[Berkas:Makam Retno Gumilang.jpg|jmpl|260x260px|Jirat makam Ratu Mas Malang (tengah).]]
Berdasarkan data dalam Laporan Studi Teknis Arkeologis yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta (saat ini BPK Wilayah X) tanggal 27 September–12 Oktober 2004, kompleks Makam Ratu Mas Malang secara administratif terletak di puncak Gunung Sentana,{{efn|Gunung Sentana adalah nama dari puncak bukitnya, sedangkan Gunung Kelir adalah nama pedukuhannya ({{harvnb|Robson|2003|pp=71–72}}). }}{{sfnp|Pratama|Priswanto|2013|p=240|ps=}} Pedukuhan Gunung Kelir, Kalurahan Pleret, Kapanéwon Pleret, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan ketinggian <u>+</u> 99 mdpl.{{sfnp|Adrisijanti|2000||p=80–81|ps=}}{{sfnp|Setiadi|Fransisca|2018|p=11|ps=}}<ref name=":7" /> Priswanto dan Alifah menambahkan jika kondisi fisik kompleks permakaman ini secara umum mengalami kerusakan, terutama disebabkan oleh faktor alam, yaitu [[Gempa bumi Yogyakarta 2006|gempa bumi]] yang terjadi pada 10 Juni 1867 dan 27 Mei 2006 danmaupun [[mikroorganisme]] ([[alga]], [[lumut daun]], dan [[lumut kerak]]) yang merusak dinding makam.<ref name=":7">{{Cite web|last=Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=|title=Makam Ratu Mas Malang yang Malang|url=https://arkeologijawa.kemdikbud.go.id/2017/08/29/makam-ratu-mas-malang-yang-malang/|website=Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta|access-date=5 April 2020}}</ref>{{sfnp|Priswanto|Alifah|2019|p=25|ps=}}
 
''[[Babad Momana]]'' mencatat bahwa makam ini dibangun selama kurang lebih tiga tahun, yaitu ketika Mas Malang meninggal tahun 1665 hingga 11 Juni 1668.{{sfnp|Ricklefs|1993||p=68–70|ps=}}{{sfnp|Priswanto|Alifah|2019|p=14|ps=}} Amangkurat I menamakan tempat itu dengan nama Antakapura (bahasa Kawi) yang berarti “istana kematian” atau “istana tempat menguburkan jenazah”,<ref name=":02" /> sedangkan masyarakat sekitar menamakannya dengan nama Makam Gunung Kelir karena terdapat guratan-guratan di dinding makam yang menyerupai kelir dalam pementasan wayang kulit.{{sfnp|Adrisijanti|2000||p=80–81|ps=}}{{sfnp|Rohman|2021||p=94|ps=}}