Umar bin Abdul Aziz: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 61:
Meskipun telah dipecat, namun Umar tetap mendukung al-Walid. Hal itu dikarenakan saudara perempuannya, [[Ummul Banin binti Abdul Aziz]], merupakan istri dari khalifah al-Walid.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Dia tetap berada di istana al-Walid di Damaskus sampai kematian khalifah pada tahun 715,{{sfn|Cobb|2000|p=821}} dan menurut riwayat dari sejarawan abad ke-9 [[al-Ya'qubi]], dia memimpin shalat jenazah untuk al-Walid.{{sfn|Biesterfeldt|Günther|2018|p=1001}} Saudara laki-laki al-Walid dan penerusnya, Khalifah [[Sulaiman bin Abdul Malik]] ({{reign|715|717}}), menempatkan Umar pada jabatan yang cukup tinggi.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Bersama [[Raja' bin Haiwah]], seorang tokoh agama berpengaruh di istana Bani Umayyah, Umar menjabat sebagai penasihat utama Sulaiman.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menemani Khalifah ketika memimpin ibadah haji ke Makkah pada tahun 716 dan sekembalinya ke [[Yerusalem]].{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Demikian pula, ia berada di sisi khalifah di kamp pasukan Muslim di [[Dabiq]] di Suriah utara, di mana Sulaiman mengerahkan upaya perang besar-besaran untuk menaklukkan ibu kota [[Kekaisaran Bizantium]], [[Konstantinopel]] pada tahun 717.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
 
== Kekhalifahan (717–720) ==
== Khalifah ==
=== Dakwah Aksesi===
'Umar di[[bai'at]] sebagai khalifah pada hari Jum'at setelah shalat Jum'at. Berbeda saat masih menjadi gubernur, gaya hidup 'Umar menjadi sangat sederhana pada saat menjadi khalifah. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari<ref>{{ar}} Jalaluddin Suyuthi (w. 911 H). ''[http://shamela.ws/old_site/open.php?&book=622 Tarikh al-Khulafa]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}'' (Sejarah Para Khalifah).</ref> atau 60 dirham perbulan.
Menurut sumber-sumber Muslim tradisional, ketika Sulaiman sakit keras di Dabiq, dia dibujuk oleh Raja' untuk menunjuk Umar sebagai penggantinya.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Kennedy|2004|p=106}}{{sfn|Hawting|2000|p=72}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Putra Sulaiman, Ayyub, adalah calon pertamanya, namun Ayyub telah meninggal dunia sebelum dirinya,{{sfn|Wellhausen|1927|p=264}} sementara putra-putranya yang lain masih terlalu muda atau sedang berperang di front Bizantium.{{sfn|Hawting|2000|p=72}} Pencalonan Umar membatalkan keinginan Abdul Malik, yang berusaha membatasi jabatan hanya pada keturunan langsungnya.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Pengangkatan Umar, seorang anggota cabang kadet dinasti, dibandingkan keturunan langsung Abdul Malik lain yang mungkin lebih berpengaruh, telah mengejutkan para pangeran Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Menurut Wellhausen, "tidak ada seorang pun yang memimpikan hal ini, terutama dirinya sendiri [Umar]".{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Pada awalnya, Raja' memanggil para pangeran Umayyah ke masjid Dabiq dan menanyakan apakah mereka bersedia untuk mengakui wasiat dari Sulaiman, sementara Raja' sendiri masih menyembunyikan nama pengganti yang telah ditunjuk kepada para pangeran.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Setelah para pangeran Bani Umayyah menerima dan mengakui wasiat Sulaiman, barulah Raja mengungkapkan bahwa Umar adalah calon khalifah yang telah ditunjuk oleh Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} [[Hisyam bin Abdul Malik]] pada awalnya menentang penunjukan Umar, namun ia akhirnya mengalah setelah diancam dengan kekerasan.{{sfn|Wellhausen|1927|p=265}} Potensi konflik intra-dinasti ini kemudian dapat dicegah dengan penunjukan putra Abdul Malik, [[Yazid II]], sebagai penerus Umar.{{sfn|Hawting|2000|p=72}}
 
Menurut sejarawan Reinhard Eisener, peran Raja' dalam aksesi Umar kemungkinan besar telah "dilebih-lebihkan." Kejadian yang mungkin "lebih masuk akal" adalah bahwa suksesi Umar merupakan hasil dari "pola tradisional, seperti senioritas dan klaim yang beralasan" yang berasal dari penunjukan ayah Umar sebelumnya, Abdul Aziz, sebagai penerus Abdul Malik oleh Khalifah Marwan I,{{sfn|Eisener|1997|p=822}} yang tidak terwujud karena Abdul Aziz meninggal duni mendahului Abdul Malik.{{sfn|Hawting|2000|p=59}} Umar menyetujuinya tanpa perlawanan berarti pada tanggal 22 September 717, dan kemudian dilantik sebagai khalifah beberapa hari kemudian.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
Segera setelah mendengar berita kematian Khalifah Sulaiman, '[[Abdul Aziz bin Al-Walid|Abdul 'Aziz]] yang merupakan putra Khalifah Al-Walid langsung bergegas menuju Damaskus beserta pasukannya, tanpa mengetahui pihak yang menggantikan Sulaiman. Sebagai catatan, Al-Walid pernah berusaha melepas posisi Sulaiman sebagai putra mahkota untuk diserahkan kepada 'Abdul 'Aziz, tetapi Al-Walid lebih dulu meninggal sebelum keinginannya diresmikan, sehingga Sulaiman yang pada akhirnya menjadi khalifah. 'Umar menyambut 'Abdul 'Aziz dengan tangan terbuka dan menyatakan siap untuk menyerahkan kekuasaan padanya jika itu kehendaknya. Mendengar jawabannya, 'Abdul 'Aziz membalas, "''Tidak ada orang selainmu yang aku harapkan mengisi kekuasaan ini''."{{sfn|Powers|1990|p=74}}
 
=== Administrasi Provinsi Reformasi===
[[Berkas:Dirham of Umar II, 718-719.jpg|jmplthumb|upright=1.2|[[Dirham]] perak 'Khalifah Umar bin 'Abdul 'Aziz.]]
Segera setelah menjadi khalifah, 'Umar merombak ulang administrasi provinsi-provinsi di kekhalifahan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia melakukan pemekaran atas provinsi di kawasan timur kekhalifahan yang dibentuk pada masa Khalifah 'Abdul Malik bin Marwan dan Al-Hajjaj bin Yusuf.{{sfn|Kennedy|2016|p=106}} Gubernur yang ditunjuk Sulaiman untuk provinsi besar ini, [[Yazid bin al-Muhallab|Yazid bin Muhallab]], diberhentikan dan ditahan lantaran tidak menyetorkan harta rampasan perang dari penaklukan sebelumnya atas kawasan [[Thabaristan]] ke kas perbendaharaan negara.{{sfn|Kennedy|2016|p=106}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} 'Umar kemudian menunjuk beberapa gubernur baru untuk beberapa provinsi. Perinciannya:{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}}
* Kawasan timur
** [[Kufah]]: 'Abdul Hamid bin 'Abdurrahman bin Zaid bin Khattab (masih anggota keluarga '[[Umar bin Khattab]])
** [[Basra]]h: 'Adi bin Arthah al-Fazari
** [[Khorasan Raya|Khorasan]]: [[Al-Jarrah bin Abdullah|Al-Jarrah bin 'Abdullah]]
** [[Sindh]]: 'Amr bin Muslim al-Bahili
** [[Al-Jazirah]] (Mesopotamia Hulu): 'Umar bin Hubairah
* Kawasan barat
** [[Al-Andalus]]ia ([[semenanjung Iberia]]): [[As-Samh bin Malik Al-Khaulani|As-Samh bin Malik al-Khaulani]]
** [[Ifriqiya]]h (Afrika Utara): [[Ismail bin Ubaidillah bin Abi al-Muhajir|Ismail bin 'Abdullah bin Abi al-Muhajir]]
* Kawasan lain
**[[Arminiya|Armenia]] dan Azerbaijan: [[Abdul Aziz bin Hatim bin An-Nu'man]] seperti yang disebutkan [[Khalifah bin Khayyath]] dalam ''Tarikh Khalifah bin Khayyath''. Abdul Aziz bin Hatim juga disebutkan menjabat sebagai gubernur Al-Jazirah.<ref>{{ar}} [http://islamport.com/w/trj/Web/71/16223.htm Tarikh Dimasyq, Ibnu Asakir] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230220030332/http://islamport.com/w/trj/Web/71/16223.htm |date=2023-02-20 }}</ref>
**Kawasan [[Mesir]] sendiri gubernur sebelumnya adalah [[Abdul Malik bin Rifa'ah]] lalu Umar menggantinya dengan [[Ayyub bin Syurahbil|Ayyub bin Syurahbil al-Ashbahi]].<ref name="Tarikh">{{cite web|title=Tarikh Madinah Dimasyq - jilid 37|page=16|author=Ibnu Asakir|author-link=Ibnu Asakir|language=ar|website=ar.lib.eshia.ir|url=https://ar.lib.eshia.ir/22014/37/16|access-date=2023-12-19|archive-date=2023-12-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20231219073033/https://ar.lib.eshia.ir/22014/37/16|dead-url=no}}</ref>
**[[Jund Hims]]: Yazid bin Al-Hushain bin Numair As-Sakuni.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
**[[Jund al-Urdunn]]: Ubadah bin Nusai al-Kindi.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
**[[Jund Dimasyq]]: Muhammad bin Suwaid bin Kultsum al-Fihri{{sfn|Crone|1980|pp=126–127}} dan Adh-Dhahhak bin Abdurrahman al-Asy'ari.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
**[[Jund Qinnasrin]]: [[Al-Walid bin Hisyam al-Mu'aithi]] dan Hilal bin Abdul A'la.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
**[[Jund Filasthin]]: Nadhr bin Yarim bin Ma'dikarib bin Abrahah bin ash-Shabbah.{{sfn|Crone|1980|p=127}}
 
Reformasi paling signifikan yang dilakukan Umar adalah memberikan kesetaraan antara orang Arab dan ''[[mawla|mawālī]]'' (Muslim non-Arab). Hal ini terutama berlaku bagi pasukan non-Arab dalam pasukan Muslim, yang pada awalnya tidak memiliki hak atas bagian rampasan, tanah, dan gaji yang sama dengan yang diberikan kepada tentara Arab. Kebijakan tersebut juga berlaku bagi masyarakat Muslim secara luas.{{sfn|Blankinship|1994|p=31}} Di bawah pemerintahan Bani Umayyah sebelumnya, Muslim Arab mempunyai keistimewaan finansial tertentu dibandingkan Muslim non-Arab. Orang non-Arab yang masuk Islam tetap diharuskan membayar [[jizyah]] yang mereka bayarkan sebelum menjadi Muslim. Umar menerapkan sistem baru yang membebaskan seluruh umat Islam, apapun asal usul mereka, dari pajak jizyah. Dia juga menambahkan beberapa pengamanan pada sistem untuk memastikan bahwa perpindahan agama secara massal ke Islam tidak akan menyebabkan runtuhnya keuangan pemerintahan Bani Umayyah.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Berdasarkan kebijakan pajak yang baru, ''mawālī'' yang berpindah agama tidak akan membayar jizyah (atau pajak ''[[dzimmi]]'' lainnya). Namun, setelah mereka masuk Islam, tanah milik mereka akan menjadi milik desa dan mereka tetap bertanggung jawab atas tarif penuh ''[[kharaj]]'' (pajak tanah). Hal ini mengkompensasi hilangnya pendapatan karena berkurangnya basis pajak jizyah.{{sfn|Kennedy|2004|page=107}}
Meski pejabat baru yang ditunjuk di kawasan timur ini dulunya pengikut Al-Hajjaj atau dari kelompok Qais, 'Umar menunjuk mereka atas dasar kecakapan, bukan lantaran mereka adalah lawan politik Khalifah Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Pilihannya untuk gubernur Al-Andalus dan Ifriqiyah berangkat dari pandangan 'Umar tentang netralitas mereka atas persaingan antara kelompok Qais dan Yamani, juga keadilan mereka terhadap pihak-pihak yang tertindas.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=269–270}} 'Umar tampak memilih orang cakap yang dapat dia kendalikan, menunjukkan niatnya untuk benar-benar melakukan pengawasan cermat atas tiap-tiap provinsi.{{sfn|Kennedy|2016|p=106}} Sejarawan Wellhausen mencatat bahwa 'Umar tidak membiarkan para gubernur mengatur wilayah mereka sendiri hanya karena sudah menyetorkan pendapatan daerah ke pusat, tetapi secara aktif mengawasi administrasi para gubernurnya.{{sfn|Wellhausen|1927|p=270}}
Dia mengeluarkan dekrit perpajakan yang menyatakan:
<blockquote>Barangsiapa masuk Islam, baik Nasrani, Yahudi atau Majusi, di antara mereka yang sekarang dikenai pajak dan yang bergabung dengan Muslim [masuk Islam] di tempat tinggalnya, meninggalkan tempat tinggal sebelumnya{{sic}}, maka ia mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti yang mereka [orang-orang Muslim] miliki, dan mereka [orang-orang Muslim] wajib bergaul dengannya dan memperlakukannya sebagai salah satu dari mereka.{{sfn|Gibb|1955|p=3}}</blockquote>
 
Mungkin untuk mencegah potensi pukulan balik dari penentang langkah-langkah pemerataan, Umar memperluas upaya Islamisasi yang terus menguat di bawah pemerintahan pendahulu Marwaniyah. Upaya tersebut mencakup langkah-langkah untuk membedakan Muslim dari non-Muslim dan pengukuhan [[ikonoklasme]] Islam.{{sfn|Blankinship|1994|p=32}} Menurut [[Khalid Yahya Blankinship]], Dia menghentikan ritual untuk mengutuk Khalifah [[Ali bin Abi Thalib]] ({{reign|656|661}}), sepupu dan menantu Muhammad, dalam khotbah [[sholat Jumat]] yang sudah menjadi tradisi bagi Bani Umayyah.{{sfn|Blankinship|1994|p=32}} Umar dipuji karena telah memerintahkan pengumpulan resmi pertama [[hadis]] (perkataan dan tindakan yang dikaitkan dengan nabi Islam [[Muhammad]]), karena khawatir sebagian di antaranya akan hilang.
=== Militer ===
[[Berkas:47-cropped-manasses-chronicle.jpg|jmpl|upright=1.2|alt=Medieval miniature showing cavalry sallying from a city and routing an enemy army|[[Pengepungan Konstantinopel (717–718)]], digambarkan dalam terjemahan [[Konstantinos Manasses|Kronik Manasses]] ke dalam [[bahasa Bulgaria]] pada abad ke-14.]]
 
===Pemerintahan provinsi===
Dalam urusan militer, 'Umar cenderung [[Pasifisme|pasif]] bila dibandingkan pendahulunya, meskipun sejarawan Cobb mengaitkan sikap 'Umar dengan kekhawatiran akan menipisnya perbendaharaan negara.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Wellhausen menegaskan bahwa 'Umar tidak menyukai perang penaklukan, mengetahui bahwa mereka digaji bukan untuk kepentingan Allah, tetapi karena rampasan perang.{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Segera setelah menjadi khalifah, dia memerintahkan agar pasukan Muslim yang dikomando oleh [[Maslamah bin Abdul-Malik|Maslamah bin 'Abdul-Malik]] segera ditarik dari pengepungan Konstantinopel dan mundur ke Malatya di [[kawasan Anatolia Timur]]/[[Armenia Barat]]. Terlepas dari penarikan tersebut, 'Umar terus melakukan serangan musim panas tahunan pada perbatasan [[Kekaisaran Romawi Timur|Romawi]], sebagai bagian dari kewajiban [[jihad]]. 'Umar tetap berada di Syria utara, sering kali tinggal di tanah miliknya di Khanasir, tempat dia membangun benteng.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Powers|1989|p=75, catatan 263}}
Tak lama setelah aksesinya, Umar merombak pemerintahan provinsi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menunjuk orang-orang kompeten yang bisa dia kendalikan, menunjukkan niatnya "untuk mengawasi pemerintahan provinsi".{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Wellhausen mencatat bahwa khalifah tidak membiarkan para gubernur bertindak sendiri sebagai imbalan atas penerusan pendapatan provinsi; sebaliknya, ia secara aktif mengawasi pemerintahan gubernurnya dan kepentingan utamanya adalah "bukan pada peningkatan kekuasaan melainkan pada penegakan hak."{{sfn|Wellhausen|1927|p=270}}
 
Dia membagi lagi jabatan gubernur besar yang didirikan di Irak dan Kekhalifahan timur di bawah raja muda Abdul Malik, al-Hajjaj bin Yusuf.{{sfn|Kennedy|2004|p=106}} Orang yang ditunjuk Sulaiman untuk provinsi super ini, [[Yazid bin al-Muhallab]], dipecat dan dipenjarakan oleh Umar karena gagal meneruskan rampasan dari penaklukan sebelumnya atas [[Tabaristan]] di sepanjang [[Laut Kaspia|Kaspia]] bagian selatan pantai ke perbendaharaan khalifah.{{sfn|Kennedy|2004|p=106}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Sebagai pengganti Ibnul Muhallab, ia menunjuk Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Khattab, anggota keluarga Khalifah Umar bin Khattab, ke [[Kufah]], [[Adi bin Artah al-Fazari]] ke [[Basra]], [[al-Jarrah bin Abdullah]] ke [[Khorasan Raya|Khorasan]] dan [[Amr bin Muslim al-Bahili]], saudara sang penakluk [[Qutaybah ibn Muslim]], ke [[Arab Sind|Sind]]. Dia juga menunjuk [[Umar bin Hubairah al-Fazari]] sebagai gubernur baru [[Al-Jazirah (provinsi khalifah)|al-Jazirah]] (Mesopotamia Atas). Meskipun banyak dari orang-orang yang ditunjuk ini adalah murid al-Hajjaj atau berafiliasi dengan faksi [[Qais 'Ailan]], Umar memilih mereka berdasarkan keandalan dan integritas mereka, bukan karena oposisi terhadap pemerintahan Sulaiman.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}}
Pada suatu waktu pada tahun 717, 'Umar mengirim pasukan ke [[Azerbaijan (Iran)|Azerbaijan selatan]] di bawah kepemimpinan [[Abdul Aziz bin Hatim bin An-Nu'man|Ibnu Hatim bin Nu'man al-Bahili]] untuk menumpas sekelompok bangsa Turki yang melakukan perusakan di kawasan tersebut. Pada 718, dia mengerahkan berturut-turut pasukan Iraq dan Syria untuk menekan pemberontakan [[Khawarij]] di Iraq, meski sebagian sumber menyatakan bahwa gerakan perlawanan ini diredam dengan diplomasi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Di sepanjang perbatasan timur laut kekhalifahan, di [[Transoxiana]], Islam sudah memiliki kedudukan mapan di beberapa kota, mencegah 'Umar untuk menarik pasukan Arab dari sana.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=268–269}} Meski demikian, dia mencegah untuk melakukan perluasan wilayah lebih jauh ke timur.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Pada masa kekuasaannya, pasukan Muslim yang berpusat di Al-Andalus menaklukkan kota [[Narbonne]] di kawasan [[Negeri Franka|Franka]] selatan.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269, catatan 1}}
 
Umar mengangkat [[al-Samh ibn Malik al-Khawlani]] ke [[al-Andalus]] (Semenanjung Iberia) dan [[Ismail bin Ubaidillah bin Abi al-Muhajir]] ke [[Ifriqiyah]]. Dia memilih gubernur-gubernur ini karena mereka dianggap netral dalam [[perpecahan Qais–Yaman|faksionalisme suku antara Qays dan Yaman]] dan keadilan mereka terhadap kaum tertindas.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=269–270}}
=== Pembaharuan ===
'Umar bin 'Abdul 'Aziz merupakan seorang [[ulama]] dan dia sendiri dikelilingi ulama-ulama besar seperti Muhammad bin Ka'ab dan Maimun bin Mihran. Dia menawarkan tunjangan kepada para guru dan mendorong pendidikan. Melalui teladan pribadinya, dia menanamkan kesalehan, ketabahan, etika bisnis, dan kejujuran moral di masyarakat. Pembaharuan yang dia lakukan termasuk memperketat larangan minum-minuman keras, melarang ketelanjangan publik, menghapus pemandian umum campur laki-laki dan perempuan, dan pemberian [[dispensasi]] zakat yang adil. Dia memerintahkan pengerjaan berbagai bangunan umum di Persia, Khorasan, dan Afrika Utara, seperti pembangunan kanal, jalan, [[karavanserai]], dan klinik kesehatan. 'Umar juga melanjutkan program kesejahteraan dari beberapa khalifah Umayyah terakhir dan memperluasnya, termasuk program-program untuk anak yatim dan orang miskin.<ref name="historyofislam.com">{{cite web|url=http://historyofislam.com/contents/the-age-of-faith/omar-bin-abdul-aziz/|title=Omar bin Abdul Aziz|date=11 Desember 2009|access-date=2023-04-11|archive-date=2023-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230220122627/https://historyofislam.com/contents/the-age-of-faith/omar-bin-abdul-aziz/|dead-url=no}}</ref>
 
===Kebijakan militer===
'Umar juga dipuji lantaran memerintahkan pengumpulan resmi [[Hadis|hadits]] yang pertama kali lantaran adanya kekhawatiran akan hilangnya sebagian hadits. Mereka yang diperintahkan 'Umar melaksanakan perintah tersebut antara lain Abu Bakar bin Muhammad bin Hazm dan [[Ibnu Syihab az-Zuhri]].<ref>{{cite web |url=http://people.uncw.edu/bergh/par246/L21RHadithCriticism.htm |title=Archived copy |accessdate=2006-09-28 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20070311144448/http://people.uncw.edu/bergh/par246/L21RHadithCriticism.htm |archivedate=2007-03-11 |df= }}</ref>
[[BerkasFile:47-cropped-manasses-chronicle.jpg|jmplthumb|upright=1.2|alt=Medieval miniature showing cavalry sallying from a city and routing an enemy army|[[Pengepungan Konstantinopel (717–718)|Pengepungan Arab Kedua atas Konstantinopel]], seperti yang digambarkan dalam terjemahan [[KonstantinosBahasa ManassesBulgaria|Kronik ManassesBulgaria]] abad ke-14 dalamdari ''[[bahasaKonstantinos BulgariaManasses]] pada abad ke-14''.]]
 
Setelah aksesinya pada akhir tahun 717, Umar memerintahkan penarikan pasukan Muslim yang dipimpin oleh sepupunya [[Maslamah bin Abdul Malik]] dari pengepungan mereka yang gagal terhadap Konstantinopel ke wilayah [[Antiokhia]] dan [[Malatya]], lebih dekat ke perbatasan Suriah.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Dia menugaskan ekspedisi pada musim panas tahun 718 untuk memfasilitasi penarikan mereka.{{sfn|Blankinship|1994|p=34}} Umar terus melakukan serangan musim panas tahunan terhadap perbatasan Bizantium,{{sfn|Cobb|2000|p=821}} yang kemudian dianggap di luar dari kewajiban [[jihad]].{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Dia tetap tinggal di Suriah utara, sering kali tinggal di tanah miliknya di [[Khanasir|Khunasirah]], di mana dia membangun markas besar yang dibentengi.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}{{sfn|Powers|1989|p=75, note 263}}
Beberapa pembaharuan lain yang 'Umar lakukan:<ref>{{cite web|url=http://www.turntoislam.com/forum/showthread.php?t=13713|title=The Great Khalifah Umar ibn Abdul Aziz - TurnToIslam Islamic Forum & Social Network|website=www.turntoislam.com|access-date=2023-04-11|archive-date=2012-08-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20120829231906/http://www.turntoislam.com/forum/showthread.php?t=13713|dead-url=no}}</ref>
 
Suatu saat pada tahun 717, dia mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Ibnu Hatim bin an-Nu'man al-Bahili ke [[Azerbaijan (Iran)|Adharbayjan]] untuk membubarkan sekelompok orang Turki yang telah melancarkan serangan yang merusak terhadap provinsi tersebut.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Pada tahun 718, ia berturut-turut mengerahkan pasukan Irak dan Suriah untuk menekan pemberontakan [[Khawarij]] di Irak, meskipun beberapa sumber mengatakan pemberontakan tersebut berhasil diselesaikan secara diplomatis.{{sfn|Cobb|2000|p=821}}
* Melarang pejabat negara untuk berbisnis
* Pekerja tanpa bayaran dianggap ilegal
* Tanah penggembalaan dan cagar alam yang diperuntukkan bagi keluarga para pejabat tinggi dibagikan secara merata pada orang miskin dan tujuan budidaya.
* Mendesak semua pejabat untuk mendengarkan keluhan orang-orang dan pada setiap kesempatan, diumumkan bahwa jika ada yang melihat petugas yang memperlakukan masyarakat tidak sebagaimana mestinya, dia harus melaporkannya dan sang pelapor akan diberikan hadiah mulai dari 100 hingga 300 [[dirham]].
 
Umar sering dianggap sebagai seorang pasifis oleh sumber-sumber tersebut dan Cobb mengaitkan kelelahan khalifah dengan perang karena kekhawatiran akan berkurangnya dana perbendaharaan kekhalifahan.{{sfn|Cobb|2000|p=821}} Wellhausen menegaskan bahwa Umar "tidak menyukai perang penaklukan, karena dia tahu betul bahwa perang tersebut dilakukan bukan demi Tuhan, melainkan demi rampasan".{{sfn|Wellhausen|1927|p=268}} Meskipun begitu, Blankinship menganggap alasan ini "tidak cukup".{{sfn|Blankinship|1994|p=33}} Ia berpendapat bahwa bangsa Arab menghadapi kerugian besar dalam pengepungan mereka yang gagal terhadap Konstantinopel, termasuk penghancuran angkatan laut mereka, yang menyebabkan Umar melihat posisinya di Andalusia, dipisahkan oleh wilayah Kekhalifahan lainnya melalui laut, teruta,a [[Kilikia]] yang sangat rentan terhadap serangan Bizantium. Oleh karena itu, dia memilih untuk menarik pasukan Muslim dari kedua wilayah tersebut. Perhitungan yang sama menyebabkan dia mempertimbangkan penarikan pasukan Muslim dari Transoxiana untuk menopang pertahanan Suriah.{{sfn|Blankinship|1994|pp=33–34}} Shaban memandang upaya Umar untuk mengekang serangan terkait dengan kebencian elemen tentara Yamani, yang menurut Shaban dominan secara politik di bawah pemerintahan Umar, dikarenakan penempatan posisi mereka yang berlebihan di ketentaraan.{{sfn|Blankinship|1994|p=33}}
Pada masa sebelumnya, Bani Umayyah terkenal akan permusuhannya terhadap [[ahlul bait]] (keluarga Nabi Muhammad) dan mengharuskan para khatib untuk melakukan celaan pada Khalifah '[[Ali bin Abi Thalib]] pada khutbah shalat Jum'at. 'Umar bin 'Abdul 'Aziz kemudian memerintahkan agar kebiasaan itu dihapus.{{sfn|Najeebabadi|2000|p=198}} Tanah Fadak yang dikuasai Bani Umayyah sejak masa Khalifah Marwan bin al-Hakam juga dikembalikan kepada [[Bani Hasyim]]. Sebagai catatan, tanah Fadak adalah tanah milik Nabi Muhammad di kawasan [[Khaybar|Khaibar]] yang berdasar perintah Nabi, hasil dari pengelolaannya diberikan kepada kalangan Bani Hasyim yang membutuhkan.
 
Meskipun ia menghentikan ekspansi lebih lanjut ke arah timur, masuknya Islam di sejumlah kota di Transoxiana menghalangi penarikan pasukan Arab dari sana oleh Umar.{{sfn|Wellhausen|1927|pp=268–269}}{{sfn|Wellhausen|1927|p=269}} Selama masa pemerintahannya, pasukan Muslim di Andalusia menaklukkan dan membentengi kota pesisir Mediterania [[Narbonne]] di Prancis modern.{{sfn|Wellhausen|1927|p=269, note 1}}
==== Pajak ====
[[Berkas:Dirham of Umar II, 718-719.jpg|jmpl|upright=1.2|[[Dirham]] perak 'Umar bin 'Abdul 'Aziz]]
Di masa khalifah Umayyah sebelumnya, Muslim Arab memiliki hak istimewa terkait keuangan daripada Muslim non-Arab. [[Mualaf]] dari kalangan non-Arab tetap diwajibkan membayar pajak [[jizyah]] seperti saat mereka belum masuk Islam. 'Umar kemudian menghapuskan kebijakan ini dan membebaskan semua Muslim dari pembayaran jizyah, tanpa memandang asal-usul mereka. Meski begitu, 'Umar juga membuat penjagaan agar keuangan negara tidak runtuh saat terjadi gelombang mualaf yang berakibat menyusutnya penerimaan jizyah.{{sfn|Hawting|2000|p=77}} Mualaf non-Arab tidak lagi membayar jizyah, tetapi tanah mereka menjadi tanah desa dan dikenakan ''[[kharaj]]'' atau cukai tanah.{{sfn|Kennedy|2004|p=107}}
 
=== Dakwah ===
Mengikuti teladan [[Nabi Muhammad]], 'Umar mengirim utusan ke [[Dinasti Tang|Tiongkok]] dan [[Kekaisaran Tibet|Tibet]] dan mengajak pemimpin mereka memeluk Islam. Di masa 'Umar bin 'Abdul 'Aziz inilah Islam berakar kuat dan diterima sebagian besar masyarakat [[Persia Raya|Persia]] dan Mesir. Saat para pejabat mengeluhkan merosotnya pendapatan dari jizyah lantaran terjadinya gelombang mualaf, 'Umar membalas bahwa dia menerima tampuk kekhalifahan untuk mengajak orang-orang masuk Islam, bukan menjadi penagih pajak. Jumlah Muslim non-Arab yang semakin besar menjadikan pusat negara bergeser yang semula dari [[Madinah]] dan Damaskus menjadi Persia dan Mesir.<ref name="historyofislam.com"/>
 
'Umar juga mengajak raja-raja di India untuk memeluk Islam dan menjadi bawahan khalifah. Sebagai balasan, mereka tetap mempertahankan kedudukan mereka sebagai raja. Beberapa raja menerima tawaran tersebut dan mulai mengadopsi nama Arab.{{sfn|Wink|2002|p=207}}
 
==== Surat dari Raja Sriwijaya ====
Tercatat Raja [[Sriwijaya]] pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah [[Bani Umayyah]]. Surat pertama dikirim kepada [[Mu'awiyah bin Abu Sufyan]], dan yang kedua kepada 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Ibnu Abd Rabbih ([[860]]-[[940]]) dalam karyanya ''Al-Iqdul Farid''. Potongan surat tersebut berbunyi:<ref>{{cite book
|last = Azra
|first = Azyumardi
|authorlink = Azyumardi Azra
|title = Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII
|publisher = Prenada Media
|date = 2004
|language = Indonesia
|pages = 27-28
|}}</ref>
 
{{quote|Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ... kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan; dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan [[Islam]] kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.}}
 
== Mangkat ==