Muslim nondenominasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~ref
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 2:
|group=Muslim nondenominasi {{!}} Hanya Muslim
|population={{Circa|'''+10 million'''|lk=yes}} worldwide (2020)
|image=[[FileBerkas:Prayer in Cairo 1865.jpg|300px]]
|caption=Orang-orang Islam salat pada tahun 1865 M di [[Kairo]] oleh [[Jean-Léon Gérôme]]
 
Baris 48:
 
'''Muslim nondenominasi''' ({{Lang-ar|مسلمون بلا طائفة|Muslimūn bi-la ṭā’ifa}}) adalah [[Muslim]] yang menganut ajaran [[Islam]] yang tidak terbatas pada [[denominasi Islam|denominasi]] (aliran) tertentu. Di berbagai survei yang meminta respondennya mengisi kolom [[denominasi agama]] mereka, beberapa Muslim menyebut dirinya "sekadar Muslim" atau "Muslim biasa". Dalam bahasa Arab, mereka disebut ''ghayr muqallids''.<ref>Contemporary Religious Thought in Islam - Page 342, Dr. Shaukat Ali - 1986</ref> Muslim seperti ini mempertahankan pendiriannya dengan merujuk pada [[Surah Al-An'am]] ayat 159, atau [[Surah Ali Imran]] ayat 103, yang sama-sama melarang pembentukan cabang, aliran, atau denominasi.<ref>Intra-Societal Tension and National Integration, p 119, A. Jamil Qadri - 1988</ref> Sedikitnya satu dari lima Muslim di 22 negara mengaku sebagai Muslim nondenominasi. [[Pew Research Center]]'s Religion & Public Life Project melaporkan bahwa sebagian besar Muslim di enam negara adalah Muslim nondenominasi, yaitu [[Kazakhstan]] (74%), [[Albania]] (65%), [[Kirgizstan]] (64%), [[Indonesia]] (56%), [[Uzbekistan]] (54%), dan [[Mali]] (55%).<ref>{{cite web|url=http://www.pewforum.org/2012/08/09/the-worlds-muslims-unity-and-diversity-1-religious-affiliation/#identity|title=Chapter 1: Religious Affiliation|date=August 9, 2012|work=The World’s Muslims: Unity and Diversity|publisher=[[Pew Research Center]]'s Religion & Public Life Project|accessdate=4 September 2013}}</ref>
== Etimologi ==
=== Non-{{Transl|ar|madzhabi}} ===
Deskripsi ''non-{{Transl|ar|madzhabi}}'' dapat digunakan misalnya dalam kaitannya dengan kajian Islam di lembaga pendidikan yang tidak terbatas ruang lingkupnya pada satu ''[[madzhab]]'' tertentu.<ref>{{cite book|last1=Tan|first1=Charlene|title=Reformasi dalam Pendidikan Islam: Perspektif Internasional|date=2014|isbn=9781441146175|url=https://books.google.com/books?id=-bMAAwAAQBAJ&pg=PT79|quote=Hal ini disebabkan oleh pendekatan historis, sosiologis, kultural, rasional dan non-denominasi (non-madzhabi) terhadap Islam yang diterapkan di IAIN, STAIN, dan UIN, berlawanan dengan teologis, normatif dan pendekatan denominasi yang umum di lembaga pendidikan Islam di masa lalu}}</ref> Untuk Muslim non-denominasi, Pew menggunakan deskripsi "memilih untuk tidak berafiliasi"<ref>Rane, Halim, Jacqui Ewart, dan John Martinkus. "Islam dan Dunia Muslim." Pembingkaian Media Dunia Muslim. Palgrave Macmillan UK, 2014. 15-28</ref> sementara pejabat Rusia menggunakan istilah "Muslim yang tidak terafiliasi" untuk mereka yang tidak termasuk cabang atau denominasi mana pun.<ref>Obydenkova, Anastassia V. "Religious pluralism in Russia." Politics of religion and nationalism: Federalism, consociationalism and secession, Routledge (2014): 36-49</ref>
=== {{Transl|ar|Ghairu Muqallid}} ===
Istilah {{Transl|ar|ghair-muqallid}}, yang berarti "pengikut yang tidak buta", dapat digunakan untuk menggambarkan penganut gerakan Islam seperti [[gerakan Salafi|Salafisme]] dan [[Ahl-e-Hadis]] yang tidak harus mengikuti aturan dari {{Transl|ar|madzhab}} tradisional tertentu tetapi mengidentifikasi sebagai Muslim Sunni.<ref>Qasmi, Ali Usman. "Universalisme Islam: Ahl al-Qurʾān Versi 'Amritsarī'." Journal of Islamic Studies 20.2 (2009): 159-187.</ref><ref>Maghen, Ze'ev. "See No Evil: Moralitas dan Metodologi dalam Ahkām al-Nazar bi-Hāssat al-Basar karya Ibn Al-qattān al-Fāsī." Hukum Islam dan Masyarakat 14.3 (2007): 342-390.</ref><ref>Abou Zahab, Mariam. "Salafisme di Pakistan." Salafisme Global: Gerakan Religius Baru Islam, Roel Meijer (ed.)(New York: Columbia University Press, 2009) (2011): 126-142.</ref><ref>Khan, Mohammad Sharif, dan Mohammad Anwar Saleem. Filsafat dan Filsuf Muslim. Penerbitan APH, 1994.</ref>
 
== Ikhtisar ==
=== Sejarah sektarianisme ===
{{Utama|Hubungan Sunni-Syiah}}
Setelah kematian Nabi [[Muhammad]], muncul dua pandangan yang saling bertentangan tentang siapa yang harus menggantikannya sebagai pemimpin komunitas Muslim. Beberapa Muslim, yang percaya bahwa Muhammad tidak pernah secara jelas menyebutkan penggantinya, menggunakan tradisi Arab untuk memilih pemimpin mereka melalui sebuah dewan anggota komunitas yang berpengaruh.<ref name="Meri">{{cite encyclopedia|title =Syiahisme |encyclopedia = Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia (ed. Josef W. Meri)|year=2006|publisher=Routledge|page=736}}</ref> Sedangkan lain percaya bahwa Muhammad telah memilih sepupu dan menantunya [[Ali bin Abi Thalib]] untuk menggantikannya.<ref name="Meri"/> Ketidaksepakatan ini akhirnya menghasilkan [[Fitnah Pertama|perang saudara]] yang mengadu domba pendukung Ali melawan pendukung pendiri dinasti [[Umayyah]], yaitu [[Muawiyah bin Abi Sufyan|Muawiyah]], dan kedua kubu ini kemudian berkembang menjadi denominasi [[Sunni]] dan [[Syiah]].<ref name="Lapidus">{{Cite book| terakhir = Lapidus | pertama = Ira M. | author-link=Ira M. Lapidus | title = A History of Islamic societes | penerbit = Cambridge University Press |url=https://books.google.com/books?id=kFJNBAAAQBAJ| tahun = 2014|halaman=67| isbn = 9780521514309 }}</ref> Bagi kaum Syiah, Ali dan [[Imamah (doktrin Syiah)|Imam]] yang menggantikannya secara bertahap menjadi perwujudan bimbingan Tuhan yang berkelanjutan, dan mereka cenderung menekankan fungsi keagamaan dari kekhalifahan dan menyesalkan kompromi politik yang telah dilakukan oleh Imam-imam mereka sebelumnya. Sunni memiliki kecenderungan untuk membatasi peran religius Khalifah dan lebih mudah menerima dimensi politik dan profan.<ref name="Lapidus"/> Karena perbedaan ini semakin melekat pada kepentingan religius, mereka memunculkan dua bentuk Islam yang berbeda.<ref name= "Lapidus"/>
 
Orang-orang Sunni berasumsi bahwa Sunni mewakili Islam sebagaimana adanya sebelum perpecahan, dan harus dianggap sebagai Islam yang normatif atau standar.<ref name="Hughes">{{cite book|last1=Hughes|first1=Aaron|title=Muslim Identities: An Introduction to Islam|date=9 April 2013|pages=115–116|isbn=9780231531924|url=https://books.google.com/books?id=95jSBFFaDkUC&pg=PA115|quote=Asumsi yang keliru seperti yang biasa dilakukan bahwa Islam Sunni muncul sebagai bentuk Islam yang standar dari masa kekacauan setelah kematian Muhammad... Kesalahan ini didasarkan pada... mengambil sumber-sumber yang kemudian dan sering kali sangat ideologis sebagai penggambaran sejarah yang akurat - dan sebagian pada fakta bahwa mayoritas Muslim di seluruh dunia sekarang mengikuti apa yang muncul sebagai Islam Sunni...}}</ref> Persepsi ini sebagian disebabkan oleh ketergantungan pada sumber-sumber yang sangat ideologis yang telah diterima sebagai karya sejarah yang dapat diandalkan, dan juga karena sebagian besar dari populasinya adalah Sunni.<ref name="Hughes"/> Baik Sunni maupun Syiah sama-sama merupakan produk akhir dari persaingan selama beberapa abad antara ideologi.<ref name="Hughes"/> Kedua sekte menggunakan sejarah kelompok mereka satu sama lain untuk memperkuat identitas dan aliran.<ref>{{cite book|last1=Hughes|first1=Aaron| title=Identitas Muslim: An Introduction to Islam|date=9 April 2013|page=116|isbn=9780231531924|url=https://books.google.com/books?id=95jSBFFaDkUC&pg=PA116|quote=Masing-masing sektarian gerakan... menggunakan sejarah yang lain untuk mendefinisikan dirinya dengan lebih jelas dan dalam proses untuk mengartikulasikan konten dan ritual doktrinalnya.}}</ref>
 
Pada [[periode Modern awal]] konflik antara Syiah dan Sunni memburuk ketika dinasti [[Safawi]] dan [[Utsmaniyah]] mengubah konflik militer di antara mereka menjadi perang agama setelah Safawi menjadikan Islam Syiah sebagai agama negara di kerajaan mereka.<ref name="Bartold">{{Cite book| terakhir = Bartold | pertama = Mudah | author-link=Vasily Bartold | title = Mussulman Culture | penerbit = University of Calcutta|url=https://archive.org/details/MussulmanCulture| tahun = 1936|pages=[https://archive.org/details/MussulmanCulture/page/n171 143]–144}}</ref> Selama era tersebut, beberapa ulama Sunni dan Syiah untuk pertama kalinya mulai menolak untuk mengakui satu sama lain sebagai Muslim.<ref name="Bartold"/> Sektarianisme terus dieksploitasi untuk kepentingan politik hingga zaman modern. Contohnya adalah rezim [[Muhammad Zia-ul-Haq|Zia]] di Pakistan yang menggunakan perpecahan sektarian antara Sunni dan Syiah untuk melawan pengaruh geopolitik Iran yang berkembang, serta untuk mengalihkan perhatian dari masalah politik dalam negeri. .<ref name="Copland">{{cite book|last1=Copland|first1=Ian|title=Asia Selatan: Momok Terorisme|date=18 Oktober 2013|pages=138–139|isbn=9781317967736|url= https://books.google.com/books?id=ab6MAQAAQBAJ&pg=PA138}}</ref> Pemerintah pasca-Zia di Pakistan terus "secara sinis memanipulasi konflik sektarian untuk keuntungan politik jangka pendek."<ref name="Copland"/>
=== Pengembangan dan pemikiran ===
Islam awalnya membawa ide [[egalitarianisme]] radikal ke dalam masyarakat yang memiliki watak kesukuan yang sangat keras, di mana status seseorang didasarkan pada keanggotaan sukunya.<ref>{{cite book|last1=Esposito|first1=John|title=What Everyone Needs to Know about Islam: Second Edition|date=13 Juli 2011|page=16|isbn=9780199794133|url=https://books.google.com/books?id=2wSVQI3Ya2EC&pg=PA16}}</ref> Al-Quran menganggap semua individu sebagai sederajat dan menghapus pentingnya status kesukuan. Identitas utama seorang "Muslim" adalah hanya menjadi "Muslim", bukan sebagai anggota suku, etnis atau jenis kelamin. Konsep Al-Quran tentang [[umat]] bergantung pada konsep kesatuan komunitas Islam ini, dan konsep ini diajukan kembali pada abad ke-19, sebagai tanggapan terhadap kolonialisme oleh kekuatan Eropa.<ref>{{cite book|last1= Esposito|first1=John|title=What Everyone Needs to Know about Islam: Second Edition|date=13 Juli 2011|page=17|isbn=9780199794133|url=https://books.google.com/books?id=2wSVQI3Ya2EC&pg =PA17}}</ref> Seorang cendekiawan Muslim yang memimpin penekanan pada persatuan Muslim adalah [[Muhammad Iqbal]], yang pandangannya disebut sebagai "ummatis".<ref>{{cite journal|last1=Junid|first1= Sanusi|title=Iqbal and Muslim Unity|journal=Wacana Intelektual|tanggal=2002|volume= 10| issue = 2, 115–124|page=116|url=http://journals.iium.edu.my/intdiscourse/index.php/islam/article/viewFile/439/387|publisher=Universitas Islam Internasional Malaysia|quote =Visi Iqbal adalah Ummatis dan karenanya ia harus disebut sebagai "filsuf penyair persatuan Muslim."}}</ref> Iqbal dengan tegas menyebut sektarianisme sebagai "berhala" yang perlu "dihancurkan selamanya".<ref name =Jones2011>{{cite book|last1=Jones|first1=Justin|title=Shi'a Islam in Colonial India: Religion, Community and Sectarianism|date=24 Oktober 2011|pages=25–26|isbn=9781139501231|url= https://books.google.com/books?id=rrioNz8_EwwC&pg=PA25}}</ref> Kutipan Iqbal yang terkenal, "Saya mengutuk sektarianisme agama dan sosial terkutuk ini, tidak ada Wahabi, Syiah atau Sunni. Keberadaan lawan bukan untuk interpretasi kebenaran ketika kebenaran itu sendiri dalam bahaya." Di kemudian hari, tulisan Iqbal mulai melampaui domain sempit kenegaraan dan mulai berbicara kepada umat Islam yang tersebar di seluruh dunia, mendorong mereka untuk bersatu sebagai satu komunitas.<ref>{{cite journal|last1=Junid|first1= Sanusi|title=Iqbal dan Persatuan Umat Islam|journal=Wacana Intelektual|tanggal=2002|volume= 10| issue = 2, 115–124|page=120|url=http://journals.iium.edu.my/intdiscourse/index.php/islam/article/viewFile/439/387|publisher=Universitas Islam Internasional Malaysia|quote =Iqbal tidak lagi menulis untuk Muslim India saja tetapi untuk rekan seagama yang tersebar di seluruh dunia. Dia telah beralih dari bahasa Urdu ke bahasa Persia agar pesannya tersedia untuk jumlah terbesar penganut Islam.}}</ref>
 
Baris 76:
Di Pakistan, sektarianisme disebut sebagai penghalang penyatuan Hukum Islam: "Kodifikasi Hukum Islam yang berkaitan dengan keluarga dan properti berdasarkan konsep Talfiq<ref>The Oxford Dictionary of Islam mendefinisikan ''Talfiq'' sebagai "Istilah hukum yang menggambarkan turunan aturan dari materi berbagai aliran hukum Islam."{{cite web | title=Talfiq | website=Oxford Islamic Studies Online | tanggal=2008-05 -06 | url=http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t125/e2323?_hi=0&_pos=8 | access-date=2021-09-19}}</ref> juga harus dipertimbangkan. Talfiq akan membutuhkan opini publik yang kuat untuk mendukung penyatuan Hukum Islam ini atas dasar non-sektarian, karena tidak ada perubahan yang dianggap permanen kecuali jika perubahan itu sepenuhnya berasal dari dukungan publik."<ref>{{cite journal |last= GHAFUR|first= ABDUL |title= Islamisasi Hukum di Pakistan: Masalah dan Prospek |journal=Studi Islam|volume=26 |issue= 3|pages= 271 |jstor=20839846|tanggal=1987 }}</ref>
 
=== Akademisi ===
Pada masa kini, terdapat sekolah agama dan program sarjana dengan kurikulum yang digambarkan berorientasi pada ''non-denominasi Islam''.<ref>{{cite news|author1=GSRC|title=Degree overview: Theology and religion|url=http://www.idealist.org/info/GradEducation/Resources/DegreeOverviews/TheologyReligion|access-date=19 October 2015|date=2015|quote=Sebagian besar sekolah teologi agama-agama pada masa lalu dan bahkan pada masa kini didasarkan pada tradisi sekte atau denominasi tertentu (seperti sekolah dengan cabang Yudaisme Rabbinik, gereja Katolik, atau aliran Buddha tertentu); landasan umum dalam agama besar (yaitu, '''nondenominasi Islam''' atau Kristen)|archive-date=2017-03-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20170314144248/http://www.idealist.org/info/GradEducation/Resources/DegreeOverviews/TheologyReligion|dead-url=yes}}</ref> Muslim non-denominasi telah diadopsi oleh beberapa pemerintah teokratis ke dalam kelompok pan-Islamisme mereka sebagai sarana untuk mengatasi keberpihakan yang tidak beralasan dan [[takfirisme]].<ref name="Pollack">{{cite book|last1=Pollack|first1=Kenneth|title=Unthinkable: Iran, the Bomb, and American Strategy |publisher=Simon and Schuster|date =2014 |page=[https://archive.org/details/unthinkableiranb0000poll/page/29 29] |isbn=9781476733920|url=https://archive.org/details/unthinkableiranb0000poll |url-access=registration|quote= Meskipun banyak penganut garis keras dari Iran adalah chauvinis Syiah, ideologi Khomeini melihat revolusi Islam sebagai pan-Islamis, dan oleh karena itu, revolusinya bertujuan merangkul Sunni, Syiah, Sufi, dan lainnya, sehingga menunjukkan identitas '''Muslim nondenominasi'''}}</ref> Beberapa perusahaan penerbit pers akademik telah memberikan sebutan yang tepat untuk Muslim yang tidak memiliki afiliasi sektarian tertentu dengan mengkapitalisasi identitas mereka sebagai "Hanya seorang Muslim"''.'' Kebiasaan dan ritual yang dilakukan oleh Muslim non-denominasi di Nigeria Utara secara statistik lebih cenderung [[Sunni]].<ref>{{cite book|last1=Mustapha |first1=Abdul Raufu |title=Sects & Social Disorder: Muslim Identities & Conflict in Northern Nigeria|date=2014 |page=54 |isbn=9781847011077 |url=https://books.google.com/books?id=lIKfBwAAQBAJ&pg=PA54 |quote=... Ahmadiyah (3 %), 'sesuatu yang lain' (2%), 'Hanya Muslim' (42%), dan 'Tidak Tahu' (4%) (Pew 2010, 21). Sebagian besar orang yang mengaku sebagai "Hanya seorang Muslim" juga memiliki kecenderungan Sunni}}</ref> Di tempat lain, beberapa pejabat telah menerapkan instruksi agama wajib yang konon menanamkan siswa kepada pandangan non-denominasi dalam upaya untuk menerima pluralitas, tetapi dalam praktiknya, hal yang seperti itu tidak pernah dilakukan.''<ref>{{cite book|last1=Torfs|first1=Rik|title=Islam, Europe and Emerging Legal Issues|date=2012|page=29|quote=Pemerintah Turki menyatakan bahwa pelajaran agama itu wajib karena bersifat objektif, pluralis dan netral, yaitu nondenominasi... Persepsi para pelajar pada pelajaran agama yang diklaim sebagai "nondenominasi" tersebut sangat berbeda... mereka berpendapat bahwa ajaran itu diajarkan dari perspektif Islam Sunni}}</ref>''
=== Dispersi ===
Muslim kelahiran Barat lebih cenderung tidak berafiliasi pada mazhab tertentu daripada Muslim imigran,<ref>Bagian 2: Keyakinan dan Praktik Keagamaan, Pusat Penelitian Pew</ref> dan ketika mereka ditekan menyebut afiliasi mazhab mereka, mereka berpendapat bahwa diri mereka sebatas mencoba semaksimal untuk mengikuti teks agama Islam "sedekat mungkin dengan aslinya".<ref>{{cite book |last1=Testerman |first1=Janet |title=Transforming From Christianity to Islam: Eight Women's Journey |date=2014 |page=13 |isbn=9781443862004 |url=https://books/ |quote=Jika orang bertanya kepada saya, “Siapakah Anda, Sufi, Syiah atau Sunni?” Saya bilang Tidak, saya hanya seorang Muslim. Saya mengikuti Al-Qur'an sebanyak yang saya bisa, dan jika saya memiliki pertanyaan, saya akan tetap pergi ke ulama, tapi saya tidak terlibat dalam kelompok apapun. |access-date=2022-12-28 |archive-date=2013-07-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130731120516/http://books/ |dead-url=yes }}</ref> Meskipun Pew telah memberikan angka komprehensif tentang Muslim dengan cabang yang tidak ditentukan atau tidak berafiliasi, penelitian sebelumnya dari tahun 2006 juga berasal dari [[Council on American–Islamic Relations|CAIR]].<ref>{{cite book|last1=Roelle|first1=Patrick|title=Islam's Mandate- a Tribute to Jihad: Masjid di Ground Zero|date=2006|page=374|quote=Dalam survei tahun 2006 terhadap 1.000 pemilih terdaftar Muslim, sekitar 12% mengidentifikasi diri mereka sebagai Syiah, 36% mengatakan mereka Sunni, dan 40% menyebut diri mereka "adil", hanya seorang Muslim, menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR).}}</ref> Beberapa penerbit dan penulis telah mengkategorikan Muslim yang tidak berafiliasi tersebut sebagai kaum liberal atau menganut [[Modernisme Islam|progresivisme Islam]].<ref>{{cite book|last1=Aamir|first1=Omer|author2=profesor Fatima Mustafa|title=Federalism and Pakistan|date=2013|url=https://om erthehorizon.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/|quote=Impian mereka untuk mengubah konflik menjadi Arab melawan Syiah berubah menjadi kenyataan. Realitas gelap yang terpelintir bagi '''Muslim non-denominasi'' liberal''}}</ref> Muslim non-denominasi di [[Sahel]] telah menunjukkan keengganan terhadap tindakan keagamaan yang keras.<ref>{{cite news|last1 =Kennedy|first1=Lisa|title=Resensi film: "Timbuktu" menggambarkan keindahan dan kebrutalan|url=http://www.denverpost.com/movies/ci_27693072/film-review-timbuktu-depicts-beautiful-and- brutal|access-date=21 Oktober 2015|publisher=[[The Denver Post]]|date=2015|quote=Di kota, para jihadis telah mulai menerapkan hukum Syariah pada penduduk setempat. Banyak warga yang sudah taat, tetapi jika ditemukan Muslim nondenominasi, para jihadis tetap mendorong mereka}}</ref> Muslim nondenominasi di suatu tempat di India secara tegas menyatakan bahwa Islam non-denominasi lebih tradisional daripada apa yang mereka dianggap sebagai gerakan [[Deobandi]] yang lebih puritan dan reformis.<ref>{{Cite web|url=https://www.fairobserver.com/region/central_south_asia/islam-muslims-radiclization-populism-india-news- 88745/|title=Jangan Mengira Muslim Saleh Sebagai Teroris|date=21 Maret 2017}}</ref>
 
Baris 84:
 
Islam non-denominasi digambarkan sebagai pendekatan generik yang luas terhadap iman.<ref name="theod"/> Beberapa penganut bentuk Islam non-denominasi menganggap dirinya kurang suka menghakimi yang lain.<ref name="Longton"/> Beberapa Muslim non-denominasi menganggap sikap mereka yang tidak terafiliasi sebagai perlindungan terhadap risiko menjadi subjek pengkultusan terhadap aliran atau tokoh agama tertentu.<ref name="ikram"/> Menurut Muslim Dewan Amerika, faset yang terjadi di antara Muslim non-denominasi berasal dari sudut pandang praktis termasuk kurangnya pertemuan atau juru bicara organisasi, dan dalam hal ajaran, pendekatan universal atau inklusif untuk semua aliran pemikiran sangat mendominasi. Menurut MCA, Muslim non-denominasi sering kali juga menyepelekan pendapat ulama, memandang fatwa mereka sebagai tidak mengikat, menolak hukum penistaan agama atau kemurtadan dalam Islam, dan mencita-citakan hukum yang sesuai dengan martabat manusia, kebebasan berekspresi dan kecerdasan manusia menurut keadaan dan situasi yang berubah, seperti bedanya konteks antara Arab masa kini dan abad ketujuh.<ref name="mca">{{cite web | url=http://www.muslimcouncilofamerica.org/mca/islam-non-denominational-ndm/ | access-date=2021-09-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20210125175103/www.muslimcouncilofamerica.org/mca/islam-non-denominational-ndm/|archive-date=2021 -01-25|url-status=dead|title=Contemporary Islam, Non-Denominational: NDM|website=www.muslimcouncilofamerica.org}}</ref> Mereka juga menggambarkan Muslim non-denominasi memiliki posisi teologis yang mendukung penentuan nasib sendiri, kecerdasan manusia, martabat manusia, tingkat egalitarianisme yang proporsional antara berbagai agama dan jenis kelamin, dan beradaptasi dengan keadaan yang berubah.<ref name="mca"/> Meskipun sumber menunjukkan bahwa mereka yang mengidentifikasi diri sebagai ''Hanya seorang Muslim'' dapat mencapai total dari seperempat Muslim dunia,<ref>{{Cite web|url=https://www.pewforum.org/2012/08/09/the-worlds-muslims-unity-and-diversity- preface/|title=Preface|work=Pew Research Center|date=Agustus 9, 2012}}</ref> beberapa institusi keagamaan yang lebih mapan mungkin menyatakan permusuhan terhadap mereka yang memiliki iman yang fleksibel karena khawatir akan menghapuskan posisi [[Ulama|ulama Islam]].<ref name="mca"/>
=== Pengaturan ===
Pada tahun 2017, terdapat 144 masjid non-denominasi dan tempat ibadah lainnya di [[Inggris Raya]], terbuka untuk semua denominasi. Masjid nondenominasi tersebut mewakili 7,4% dari total masjid dan musala di Inggris. 99% dari mereka menyediakan fasilitas untuk wanita seperti tempat salat, toilet, atau tempat wudhu.<ref name="mib">{{Cite web|date=16 Sep 2017|title=Statistik Masjid Inggris / Statistik Masjid|url=https://www.muslimsinbritain.org/resources/masjid_report.pdf|url-status=live|website=MuslimsInBritain.org}}</ref> Pada 2013, ada 156 masjid non-denominasi Muslim dan tempat ibadah di Inggris Raya, meskipun menurut Mehmood Naqsybandi, jemaah tidak harus memiliki sudut pandang yang sama dengan para pengurus yang pastinya non-denominasi. Masjid non-denominasi pada tahun 2013 tersebut mewakili 3,5 persen dari total kapasitas masjid dan 9,4% dari total jumlah masjid dan musala di Inggris Raya.<ref>{{cite book |last1=Bowen |first1=Innes |title=Medina in Birmingham, Najaf di Brent |date=2014 |publisher=[[Oxford University Press]] |page=7 |isbn=9781849043014 |url=https://books.google.com/books?id=mMSHCwAAQBAJ&q=%22%22&pg=PA7} }</ref> Mereka yang termasuk ke dalam "Muslim non-denominasi" telah melihat istilah tersebut diadopsi oleh berbagai pemahaman tertentu yang saling bertentangan satu sama lain, seperti [[Kebangkitan Islam|Revivalis Muslim]], [[Salafisme|Salafi]],<ref name="jorg">{{cite book |last1=Nielsen |first1=Jorgen S |title=Exploring the Multitude of Muslims in Europe |date=2018 |publisher=[[Brill Publishers]] |pages=111–114 |quote=Faktanya, karena sejumlah besar mualaf Lituania yang masuk Islam, yang merupakan kelompok "Pendidikan dan Warisan", memiliki kecenderungan non-denominasi dan/atau revivalis, dengan beberapa dari mereka mengidentifikasi diri dengan keyakinan Salafi, itu yang terbaik untuk menjadi d digambarkan sebagai organisasi denominasi yang tidak mencolok.}}</ref> anggota aktif [[Ikhwanul Muslimin]],<ref>{{cite book |author1=University of California |author-link1=Pierce v. LaVallee |title=Federal suplemen. [Seri Pertama.] |page=868 |edition=Volume 212 |url=https://books.google.com/books?id=8_U3AAAAIAAJ&q=%22Non-denominasi+Muslim%22 |quote=Seorang Muslim non-denominasi. Saya tidak terdaftar dengan sekte tertentu”. Dia adalah anggota aktif Ikhwanul Muslimin; mengetahui konstitusinya dan mengambil sumpah yang dijelaskan di dalamnya}}</ref> dan [[Muslim LGBT]]<ref>{{cite book |last1=van Nieuwkerk |first1=Karin |title=Moving In and Out of Islam | date=2018 |page=73 |isbn=9781477317488 |url=https://books.google.com/books?id=xEpuDwAAQBAJ&q=%22Non-denominasi+Muslims%22&pg=PA73}}</ref>. Bahkan beberapa lembaga perguruan tinggi seperti {{Lang|ar|Ansar-ud-Din|italic=no}} yang terletak di [[Ota, Ogun|Negara Bagian Ota Ogun]] Nigeria, menggambarkan diri mereka sebagai "lembaga Muslim non-denominasi". Padahal, semua rak yang berhubungan dengan Islam yang ada di Ansar-ud-Din dipenuhi dengan buku-buku yang hanya berafiliasi dengan [[Ahmadiyah]] atau dari orientalis barat,<ref name="ansar">{{cite book |author1=Institut Riset Sosial dan Ekonomi Nigeria |title=Prosiding Konferensi |date=1958 |publisher=The Institute |edition=Volume 6 |url=https://books.google.com/books?id=KRUUAAAAIAAJ&q=%22Non-denominational+Muslim%22 |quote=Di perpustakaan Ansar-ud-Din perguruan tinggi pelatihan di Otta, yang dalam institusinya mengaku sebagai lembaga non-denominasi, semua buku di bagian Islam adalah oleh para Ahmadi, kecuali dua oleh Orientalis Barat}}</ref> dan Ahmadiyah dianggap sesat oleh institusi di beberapa negara mayoritas Muslim seperti Pakistan dan Indonesia.<ref>{{cite book |last1=Burhani |first1=An |title=Membenci Ahmadiyah: tempat "sesat" dalam masyarakat Muslim Indonesia kontemporer |date=2014 |pages=133–152 |quote=Ahmadiyah dianggap sesat oleh berbagai institusi muslim baik di India maupun Pakistan, daerah asalnya, serta negara muslim lainnya, termasuk Indonesia}}</ref>
== Demografi ==
Menurut ''[[Pew Research Center]]'s Religion & Public Life Project'', setidaknya satu dari lima Muslim di 22 negara mengidentifikasi diri sebagai "Muslim yang adil". Negara dengan proporsi Muslim tertinggi yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bukan pengikut aliran tertentu adalah [[Kazakhstan]] sebesar 74%. Juga dilaporkan bahwa responden tersebut merupakan mayoritas Muslim di delapan negara (dan pluralitas di tiga negara lainnya): [[Albania]] (65%), [[Kirgizstan]] (64%), [[Kosovo]] (58%), [[Indonesia]] (56%), [[Mali]] (55%), [[Bosnia dan Herzegovina]] (54%), [[Uzbekistan]] (54%), [[Azerbaijan]] (45%), [[Rusia]] (45%), dan [[Nigeria]] (42%). Negara lain dengan persentase yang signifikan adalah: [[Kamerun]] (40%), [[Tunisia]] (40%), [[Guinea Bissau]] (36%), [[Uganda]] (33%), [[Maroko]] (30%), [[Senegal]] (27%), [[Chad]] (23%), [[Ethiopia]] (23%), [[Liberia]] (22%), [[Niger]] (20%), [[Tanzania]] (20%), dan [[Pakistan]] (15%).<ref name="Pew">{{cite web|url=http://www.pewforum.org/2012/08/09/the-worlds-muslims-unity-and-diversity-1-religious-affiliation/#identity|title=Chapter 1: Religious Affiliation|date=August 9, 2012|work=The World’s Muslims: Unity and Diversity|publisher=[[Pew Research Center]]'s Religion & Public Life Project|access-date=4 September 2013}}</ref>
== Komentar ==
Muslim non-denominasi telah digambarkan sebagai fenomena yang memperoleh momentum di abad ke-20. Meskipun secara tumpang tindih mereka mengadopsi Sunni ortodoks, pada intinya orang-orang tersebut tidak menganut mazhab tertentu.<ref>Islam in South Asia: A Short History - Page 491, Jamal Malik - 2008</ref><ref>Jurnal Pertahanan - Volume 10, Edisi 9-11 - Halaman 35, Ikram ul-Majeed Sehgal - 2007</ref> Dalam komentar yang membahas tentang [[Surah Al-Mu’minun]] ayat 53, [[Abdullah Yusuf Ali]] menyatakan:
{{kutipan|Orang-orang yang mulai memperdagangkan nama para nabi kemudian memutuskan persatuan agama dan menciptakan sekte; dan setiap sekte sangat bangga dengan doktrin sempitnya sendiri alih-alih mengambil ajaran tauhid yang universal dari Allah. Kekacauan karena sektarian ini adalah buatan manusia. Kekacauan tersebut akan bertahan untuk sementara waktu, tetapi sinar kebenaran dan persatuan akhirnya akan menghilangkannya. Kekayaan, kekuasaan, dan pengaruh duniawi mungkin hanyalah cobaan. Janganlah pemiliknya berpikir bahwa mereka adalah hal-hal yang pasti akan memberi mereka kebahagiaan.<ref>The Meaning of the Holy Quran, New Edition with Revised Translation and Commentary, Published by Amana Corporation, page 853</ref>}}
== Organisasi ==
 
* {{Lang|ar|Tolu-e-Islam}}; terinspirasi oleh prinsip-prinsip filosofi [[Muhammad Iqbal]], dipimpin oleh [[Ghulam Ahmed Pervez]], [[Tolu-e-Islam (organisasi)|Tolu-e-Islam]] adalah sebuah organisasi yang berbasis di Pakistan. Organisasi tersebut tidak berafiliasi dengan partai politik atau sekte agama mana pun.<ref>{{cite web|title=The aim and objective of the Tolu-e-Islam|url=http://tolueislam.org/the-aim-and-objective-of-the-tolu-e-islam-movement/|website=Tolu-e-Islam|access-date=24 September 2015|archive-date=2015-09-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20150925111833/http://tolueislam.org/the-aim-and-objective-of-the-tolu-e-islam-movement/|dead-url=yes}}</ref> Tujuannya adalah untuk menyebarkan prinsip-prinsip Al-Qur'an, dengan tujuan untuk membawa kebangkitan Islam.
Baris 98:
*"Perguruan Tinggi" {{Lang|ar|Ansar-ud-Din}}, sebuah perguruan tinggi di negara bagian Ogun, Nigeria.<ref name="ansar"/>
 
== Orang-orang terkenal ==
*[[Muhammad Ali Mirza]]
*[[Muhammad Iqbal]]
Baris 107:
== Lihat pula ==
* [[Demokrasi Islam|Islam dan demokrasi]]
* * * [[ms:LGBT dalam Islam|Islam dan LGBTsekularisme]]
* [[ms:Islam dan kemodenan|Islam dan modernitas]]
* [[Islam dan sekularisme]]
* [[Muktazilah]] (mazhab Islam yang rasionalis)
* [[Anti-Syiah|Persekusi terhadap orang Syiah oleh orang Sunni]]
Baris 132 ⟶ 130:
[[Kategori:Islam]]
[[Kategori:Cabang Islam]]
 
* [[ms:Islam dan kemodenan|Islam dan modernitas]]