Sidratul Muntaha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 28:
Dikatakan pula bahwa Nabi Muhammad Shallallohu 'Alaihi Wasallam telah melihat Allah yang berupa cahaya.<ref>Dari Abu Dzar, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah {{SAW}}: "Apakah paduka melihat Tuhan paduka?". Ia menjawab: "Cahaya. Bagaimanakah aku melihat-Nya?" Hadits riwayat [[Imam Muslim|Muslim]] (178.1), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya "Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya "Aku telah melihat cahaya".</ref><ref>Dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: "Seandainya aku melihat Rasulullah {{SAW}}, pasti aku akan menanyainya." Lantas dia berkata: "Tentang sesuatu apa?" Aku akan menanyainya: "Apakah baginda melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku telah menanyainya, kemudian beliau jawab: 'Aku telah melihat cahaya'." Hadits riwayat [[Imam Muslim|Muslim]] (178.2), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya "Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya "Aku telah melihat cahaya".</ref>
 
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad {{SAW}} pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihat-Nya dengan mata kepalapenglihatan atau mata hati beliau? Masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri. Di antara yang berpendapat bahwa beliau pernah melihat-Nya dengan mata hati antara lain al-Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani dalam tahqiq beliau terhadap Syarah Aqidah ath-Thahawiyah. Salah satu argumentasi mereka adalah hadits di atas.
 
=== Mendapatkan Perintah Shalat ===