Ketintang, Gayungan, Surabaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
 
{{ASAL USUL KETINTANG}}
 
Pada zaman kejayaan Kerajaan Majapahit, datanglah seorang laki-laki ke daerah yang masih berupa hutan lebat yang angker di kawasan Ujunggaluh. Selain berhutan lebat, daerah ini juga berpaya-paya dan
dihuni banyak makhiuk halus yang suka mengganggu orang yang berlalu lalang di Kali Brantas.
Baris 33 ⟶ 34:
Selain terke/ial sebagai daerah pertanian, daerah Ki Wijil sekarang juga terkenal sebagai daerah pandai besi. Setiap hari tak pernah sunyi dari bunyi-bunyian hasil dari benturan besi dengan besi. Bunyi thing dan thang memenuhi seluruh daerah itu. Oleh karena daerah itu belum bernama, pada suatu kesempatan Ki Wijil mengumumkan kepada warganya bahwa daerah itu akan diberi nama.
"Kalian semua menjadi saksi! Karena daerah ini setiap hari tak pernah lenggang dari bunyi thing dan thang, mulai hari ini daerah ini aku namakan Ketintang."
Mulai saat itu, daerah itu bernama Ketintang. Daerah Ketintang sekarang masuk dalam Kecamatan Wonocolo, Surabaya Selatan. Dengan demikian Ki Wijil yang masih keturunan Empu Gandring itu adalah nenek moyang masyarakat di kelurahan Ketintang dan makam Ki Wijilpun saat ini terletak di Jalan Ketintang Barat II bersandingan dengan Pohon Beringin tua yang besar dan masih terawat dengan baik dan tetap keramat.
 
 
Mulai saat itu, daerah itu bernama Ketintang. Daerah Ketintang sekarang masuk dalam Kecamatan Wonocolo, Surabaya Selatan. Dengan demikian Ki Wijil yang masih keturunan Empu Gandring itu adalah nenek moyang masyarakat di kelurahan Ketintang dan makam Ki Wijilpun saat ini terletak di Jalan Ketintang Barat II bersandingan dengan Pohon Beringin tua yang besar dan masih terawat dengan baik dan tetap keramat.