Daeng Soetigna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mursito (bicara | kontrib)
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
# Istri kedua adalah Masjoeti (menikah tahun 1938), mendapat empat orang anak: Iwan Suwargana, Erna Ganarsih, Itin Gantinah, dan Utut Gartini.
 
=== KarirKarier ===
Setelah tamat dari HIS, Pak Daeng Soetigna menjadi guru.
# Tahun 1928, menjadi guru di ''Schakelschool'' Cianjur
Baris 39:
=== Guru ===
Dalam menciptakan angklung Padaeng, Daeng Soetigna berguru kepada: <ref name="Sumarsono2009" />
* Pengemis tua (tidak tercatat namanya), yang memainkan lagu "Cis kacang Buncis" dengan angklung tradisionil. Pak Daeng kemudian membeli peralatan angklung tersebut, dan mendapat inspirasi untuk memakai angklung sebagai alat mengajar seni musik, menggantikan alat seperti mandolin dan biola yang saat itu sangat mahal.
* Pak Djaja (dibaca Jaya),adalah seorang empu pembuat angklung yang saat itu sudah sepuh. Pak Djaja dengan senang hati menerima ide Pak Daeng untuk membuat angklung diatonis, dan menurunkan pengalaman puluhan tahunnya, sehingga angklung dengan tangga nada diatonis itu berhasil terwujud.
* Pak Wangsa, adalah petani yang memberi tahu bahwa bambu akan awet jika di potong pada saat uir-uir berbunyi. Itu adalah tanda musim kemarau sudah mulai dan bambu berada pada keadaan kering.
* Pak Setiamihardja, adalah sobat pak Daeng sewaktu masih di Kuningan. Setelah pak Setiamihardja juga pindah di Bandung, beliaulah tangan kanan Pak Daeng dalam membuat angklung, karena sangat terampil dan apik mengerjakan angklungnya. Tidak heran, karena Pak Setia adalah seorang guru kerajinan tangan.
 
=== Murid Seniman ===
Sebagai guru, murid Pak Daeng Soetigna sangat banyak. Yang akan dibahas di sini hanyalah mereka yang secara khusus bekecimpung dan menjadi tokoh-tokoh angklung. Dalam hal ini, ilmu yang diturunkan Pak Daeng secara umum adalah seni musik angklung, dan ketrampilan membuat angklung.
 
Murid-murid yang menonjol di bidang aktif sebagai penampil maupun pelatih angklung. Diantaranya adalah:
<ref name="Sjamsudin1986">Helius Sjamsudin dan Hidayat Winitasasmita, Daeng Soetigna bapak Angklung Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta, 1986.</ref>
* [[Udjo Ngalagena]], merupakan murid yang umurnya paling tua, dan kemudian terkenal sebagai pendiri Saung Angklung Udjo.
* Obby A. Wiramihardja, adalah murid termuda yang kemudian sangat giat melatih angklung di berbagai sekolah di Bandung, dan mendirikan perkumpulan Kabumi
* Edi Permadi, murid yang dianggap paling jago dalam membuat aransemen lagu angklung.
* Moh. Hidayat Winitasasmita
* Agam Ngadimin
* Sanu'i Edia
* Opan Sopandi
* Erwin Anwar
 
=== Murid Pengrajin ===
Pada mulanya Pak Daeng membuat sendiri angklungnya berdasar ilmu yang diturunkan Pak Djaja,
kemudian dibantu oleh Pak Setiamihardja, sehingga mereka membuat bengkel Angklung di jalan Salam Bandung.
Dengan makin banyaknya permintaan, maka Pak Daeng membina para pengrajin, diantaranya:
<ref name="hardian2012">{{cite web|url=http://hardiantoms.blogspot.com/2012/12/asa-sudjana-pa-asa.html|title=PENGRAJIN BINAAN BAPAK DAENG SOETIGNA|accessdate=2012-03-31}}</ref>
* Pak Handiman, adalah seniman yang dasar musiknya kuat (guru karawitan di SGA Bandung), dan setelah mewarisi ketrampilan sebagai empu angklung dari Pak Daeng dan Pak Setiamihardja, kini menjadi empu pembuat angklung padaeng terbaik.
* Pak Asa, ikut bersama Pak Daeng membuat angklung dan diberi kepercayaan dalam menyetem.
* Pak Tjep Maman, anggota Guriang yang secara khusus dikader Pak Daeng untuk urusan nyetem.
* Pak Maman dari Cigending Ujungberung Bandung
* Pak Odim dari Cigereleng
* Pak Adun dari Banjaran
* Pak Soma dari Cililin
 
== Penghargaan ==