Pura Sakenan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Okkisafire (bicara | kontrib)
Baris 63:
Akhirnya, disana Danghyang Nirartha membangun pelinggih (bangunan suci) di Pura atau Kahyangan Sakenan.<ref name=babad/>
 
Menurut masyarakat setempat, Pura Sakenan awalnya hanya berbentuk sebuah batu bersinar yang ditemukan oleh [[Danghyang Astapaka]] ketika melakukan perjalanan ke Bali pada tahun 1530 M, akhirnya ia membuat pura. Selanjutnya [[Pedanda Sakti Wawu Rauh]] (Dang Hyang Nirartha) melihat pura itu dan ''menyempurnakannya'' dengan melakukan upacara. Pura tersebut kemudian dinamakan Pura Sakenan.<ref name=balipos/>
 
I Wayan Leder, salah satu tokoh Desa Serangan, mengatakan bahwa sekitar tahun 1982, sebelum dilakukan [[reklamasi daratan|reklamasi]] besar-besaran, masyarakat Serangan mengeluarkan tanah satu kepala keluarga satu jukung untuk melebarkan Pura Dalem Sakenan di sebelah barat. Di sebelah timur pura, saat air pasang, jalan menjadi terputus. Area tersebut kemudian direklamasi oleh masyarakat Serangan sehingga menjadi seperti sekarang. Proses pembebasan lahan dimulai semenjak tahun 1990 dan proses reklamasi akhirnya dimulai pada tahun 1996. Meskipun banyak diprotes, terutama dari kalangan nelayan perahu jukung yang menyewakan perahu untuk transportasi Bali-Serangan serta dari kalangan mahasiswa dan LSM, reklamasi tersebut kini memberikan manfaat besar bagi masyarakat Pulau Serangan, terutama di bidang pariwisata dan pendidikan, serta bagi peziarah yang tidak berani naik jukung atau terhambat karena harus mengantre jukung. Bahkan, nelayan jukung juga memperoleh pendapatan dari parkir kendaraan di Pura Sakenan.<ref name=balipos/>