Aswatama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 44:
Aswatama adalah putra [[Drona|Bhagawan Drona]] alias Resi Drona dengan Dewi Kripi, puteri Prabu Purungaji dari negara Tempuru. Ia berambut dan bertelapak kaki [[kuda]] karena ketika awal mengandung dirinya, Dewi Krepi sedang beralih rupa menjadi kuda sembrani, dalam upaya menolong Bambang Kumbayana (Resi [[Drona]]) terbang menyeberangi lautan. Aswatama berasal dari padepokan Sokalima dan seperti ayahnya, ia memihak para [[Korawa]] saat perang [[Bharatayuddha]]. Ketika ayahnya menjadi guru Keluarga [[Pandawa]] dan [[Korawa]] di [[Hastinapura]], Aswatama ikut serta dalam mengikuti pendidikan ilmu olah keprajuritan. Ia memiliki sifat pemberani, cerdik dan pandai mempergunakan segala macam senjata. Dari ayahnya, Aswatama mendapat pusaka yang sangat sakti berupa panah bernama Panah Cundamanik.
 
=== ''Aswatama GugarGugur'' ===
 
Pada perang [[Bharatayuddha]], Drona gugur karena terkena siasat oleh para [[Pandawa]]. Mereka berbohong bahwa Aswatama telah gugur, tetapi yang dimaksud bukan Aswatama manusia, melainkan seekor [[gajah]] yang bernama Hestitama (''Hesti'' berarti "Gajah") namun terdengar seperti Aswatama. Lalu Drona menjadi putus asa setelah ia menanyakan kebenaran kabar tersebut kepada [[Yudistira]] yang dikenal tak pernah berbohong. Aswatama merasa kecewa dengan sikap [[Duryodana]] yang terlalu membela [[Salya]] yang dituduhnya sebagai penyebab gugurnya [[Karna]]. Aswatama memutuskan untuk mundur dari perang [[Bharatayudha]]. Setelah Perang Bharatayuda berakhir dan keluarga [[Pandawa]] pindah dari Amarta ke [[Hastinapura]], secara bersembunyi Aswatama masuk menyelundup ke dalam istana Hastinapura. Ia berhasil membunuh [[Drestadyumna]] (pembunuh ayahnya), [[Pancawala]] (putera Puntadewa alias [[Yudistira]]), [[Banowati]] (Janda [[Duryodana]]) dan [[Srikandi]]. Diceritakan bahwa akhirnya ia mati oleh [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], karena badannya hancur dipukul Gada Rujakpala.