Daerah Khusus Ibukota Jakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Template: di jakarta semua suku ada, jakarta ibarat taman mini indonesia. jadi suku yg di bawah 10% di gabung aja. indonesia lebih dari 1200 suku. bhineka tunggal ika. jakarta bukan milik kelompok
Tag: VisualEditor menghilangkan referensi [ * ]
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 272:
Bagi umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha antara lain Vihara Dhammacakka Jaya di [[Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara|Sunter]], [[Vihara Theravada Buddha Sasana]] di [[Kelapa Gading, Jakarta Utara|Kelapa Gading]], dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat [[Kelenteng Jin Tek Yin]]. Jakarta juga memiliki satu [[sinagoga]] yang digunakan oleh pekerja asing Yahudi.{{fact}}
 
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. [[Suku Jawa]] merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota dan ikuti Etnis sunda 15,27%. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti [[Cengkareng, Jakarta Barat|Cengkareng]], [[Kebon Jeruk, Jakarta Barat|Kebon Jeruk]], [[Pasar Minggu, Jakarta Selatan|Pasar Minggu]], dan [[Pulo Gadung, Jakarta Timur|Pulo Gadung]]<ref name="autogenerated1">Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007</ref>
=== Etnis ===
Berdasarkan sensus penduduk tahun [[2000]], tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang [[Suku Jawa|Jawa]] sebanyak 35,16%, [[Suku Betawi|Betawi]] (27,65%), [[Suku Sunda|Sunda]] (15,27%), [[Tionghoa]] (5,53%), [[Suku Batak|Batak]] (3,61%), [[Orang Minang|Minangkabau]] (3,18%), [[Suku Melayu|Melayu]] (1,62%), [[Suku Bugis|Bugis]] (0,59%), [[Suku Madura|Madura]] (0,57%), [[Suku Banten|Banten]] (0,25%), dan [[Suku Banjar|Banjar]] (0,1%)<ref>{{cite book
| last =
| first =
| publisher=Institute of Southeast Asian Studies
| title =Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape
| date =
| year =2003
| url =
| accessdate = }}</ref>
 
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. [[Suku Jawa]] merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti [[Cengkareng, Jakarta Barat|Cengkareng]], [[Kebon Jeruk, Jakarta Barat|Kebon Jeruk]], [[Pasar Minggu, Jakarta Selatan|Pasar Minggu]], dan [[Pulo Gadung, Jakarta Timur|Pulo Gadung]]<ref name=autogenerated1>Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007</ref>
 
Jumlah orang Jawa banyak di Jakarta karena ketimpangan pembangunan antara daerah dan Jakarta. Sehingga orang Jawa mencari pekerjaan di Jakarta. Hal ini memunculkan tradisi [[mudik]] setiap tahun saat menjelang [[Lebaran]] yaitu orang daerah di Jakarta pulang secara bersamaan ke daerah asalnya. Jumlah mudik [[lebaran]] yang terbesar dari Jakarta adalah menuju [[Jawa Tengah]]. Secara rinci prediksi jumlah pemudik tahun 2104 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.<ref>http://nasional.news.viva.co.id/news/read/515679-kenaikan-jumlah-pemudik-asal-jateng-tahun-ini-paling-tinggi/</ref> Bahkan menurut data [[Kementerian Perhubungan Indonesia]] menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng, 39% Jatim dan 10% daerah lain. Ditinjau dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp. 3-5 Juta, 42% berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10% berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3% berpendapatan dibawah Rp. 1 Juta dan 1% berpendapatan di atas Rp. 10 Juta.<ref>http://hubdat.dephub.go.id/berita/1348-279-juta-penduduk-akan-melakukan-mudik-lebaran-2014/</ref>
 
Orang [[Tionghoa]] telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah [[Pecinan]]. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di [[Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat|Glodok]], [[Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat|Pinangsia]], dan [[Jatinegara]], selain perumahan-perumahan baru di wilayah [[Kelapa Gading, Jakarta Utara|Kelapa Gading]], [[Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara|Pluit]], dan [[Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara|Sunter]]. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.<ref>Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage: Volume 3, Yayasan Untuk Indonesia, Jakarta Raya (Indonesia), 2005</ref> Disamping etnis Tionghoa, etnis [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.
 
Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah [[Tanjung Priok, Jakarta Utara|Tanjung Priok]]. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan [[Portugis]], serta orang-orang yang berasal dari [[Luzon]], [[Filipina]].<ref name=autogenerated1 />Geografi
 
{| style="margin: .5em 0 .5em 1em;" class="wikitable"