Sampoerna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
JohnThorne (bicara | kontrib) k menambahkan Kategori:Tokoh Indonesia menggunakan HotCat |
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun) |
||
Baris 14:
== Sejarah ==
=== Merantau ke Surabaya (1893 - 1912) ===
Sejarah keluarga Sampoerna bermula saat [[Liem Seeng Tee]] lahir di Tiongkok pada tahun 1893. Ia merupakan anak dari Liem Tioe dan Tan Sie Nio.{{sfn|Gessler|2007|p=5}} Keluarga kecil ini tinggal dan menetap di sebuah desa kecil di wilayah [[Anxi]], [[Tiongkok]].{{sfn|Gessler|2007|p=2}} Pada musim dingin yang parah
Sesampainya di Penang, ia menemukan bahwa ternyata kota ini kurang aman.{{sfn|Gessler|2007|p=9}} Penang saat itu diselemuti kekacauan akibat pertentangan antara imigran dan pemerintah, serta perselisihan antar sesama komunitas Tionghoa.{{sfn|Gessler|2007|p=9}} Liem Tiou pun memutuskan untuk pindah lagi dan berlayar ke [[Surabaya]], [[Jawa Timur]].{{sfn|Gessler|2007|p=9}} Namun saat ia mencoba memesan tiket kapal, ia menyadari bahwa ia tidak memiliki cukup uang.{{sfn|Gessler|2007|p=9}} Ia akhirnya memutuskan untuk memberikan anak perempuannya ke sebuah keluarga Hokkien dan mendapatkan uang adopsi dari sana.{{sfn|Gessler|2007|p=9}}
Baris 25:
=== Memulai bisnis keluarga (1912 - 1933) ===
Sebelum memulai pekerjaannya di kereta, Liem bertemu dengan [[peranakan]] Tionghoa bernama Siem Tjiang Nio yang tinggal di pusat kota Surabaya.<ref name="HOS" /> Ketika ia berusaha melamarnya, orang tua Siem Tjiang Nio tidak setuju karena ia tidak memiliki pendidikan dan pekerjaan tetap, latar belakang keluarganya pun tidak jelas.{{sfn|Gessler|2007|p=18}} Namun kakek dan nenek Siem Tjiang Nio percaya kepadanya dan bersedia memberikan restu mereka.{{sfn|Gessler|2007|p=18}} Liem pun menikahi Siem Tjiang Nio secara diam-diam
Setelah beberapa saat bekerja di kereta, Liem mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sebuah perusahaan rokok di [[Lamongan]] yang berjarak sekitar 46 km dari kota Surabaya.{{sfn|Gessler|2007|p=18}}. Meskipun jauh, ia memutuskan untuk mengambil pekerjaan ini karena upahnya yang menarik.{{sfn|Gessler|2007|p=18}}. Setelah enam bulan bekerja dan dengan uang tabungannya ia menyewa kios kecil di Jalan Cantian Pojok, Surabaya.<ref name="HOS" /> Di sini ia menjual berbagai keperluan pokok, termasuk rokok.{{sfn|Gessler|2007|p=23}} Selain itu, untuk menambah pemasukan, ia juga berkeliling berjualan rokok ke pengecer dan grosir dengan menggunakan sepeda.{{sfn|Gessler|2007|p=23}} Pada tahun 1913, ia mendirikan badan usaha dengan nama ''Handel Maatschappij Liem Seeng Tee''.{{sfn|Gessler|2007|p=23}}
Pada tahun 1914, dilakukan pembangunan jembatan baru dan karenanya arus lalu lintas diarahkan melalui jalan di depan toko Lieem Seeng Tee.<ref name="HOS" /> Karenanya, pembeli menjadi berlimpah dan bisnis Lieem tumbuh dengan cepat.{{sfn|Gessler|2007|p=24}} Pada tahun 1915, anak pertamanya, Swie Hwa lahir, diikuti oleh anak keduanya Swie Ling
Tak lama setelah rumahnya terbakar, Liem mendapatkan kabar bahwa ada sebuah perusahaan pedagang rokok yang bangkrut dan terpaksa menjual berbagai jenis rokok. Dengan bantuan tabungan dari istrinya, Liem membeli aset-aset perusahaan tersebut. Setelah melakukan pembelian ini, usahanya berkembang makin pesat. Toko Liem disukai karena campuran tembakaunya yang khas dan bisa disesuaikan dengan keinginan pembelinya.
Pada tahun 1921, anak perempuannya, Sie Nio, lahir, diikuti oleh kelahiran Hew Nio
Pada masa ini ia bereksperimen dengan campuran tembakau dan akhirnya ia berhasil menciptakan Dji Sam Soe, sebuah merek yang menjadi sumber kesuksesan keluarganya hingga empat generasi ke depan. Liem Seeng Tee bertekad menjadikan perusahaannya sebagai "Raja Tembakau" dengan menempatkan huruf Tionghoa "Ong" (王), yang berarti "raja", di depan produk unggulannya, [[Dji Sam Soe]]. Kemudian ia menggabungkan simbol "Ong" dengan huruf Tionghoa yang berarti "rakyat" sehingga menghasilkan kombinasi huruf Tionghoa yang bermakna "Sampoerna".
Baris 40:
=== Taman Sampoerna (1933 - 1942) ===
Meskipun telah menjadi badan usaha
Auditorium di gedung tersebut pun diubah menjadi teater dan bioskop yang dilengkapi proyektor moderen, menampilkan film-film Barat yang populer kala itu. Teater ini buka setiap hari, kecuali di hari tahun baru Tionghoa. Beberapa tokoh populer yang pernah mendatangi teater ini antara lain [[Charlie Chaplin]] (pada 1932) serta [[Soekarno]] (pada 1938).
|