Burung-Burung Manyar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: BP2014 |
|||
Baris 14:
==Pasca-kolonial==
Novel Burung-burung Manyar dapat dibaca sebagai bentuk proyek pasca-kolonial.<ref name="pamela"/> Novel ini berusaha untuk mencari penyimpangan yang terjadi dalam penulisan sejarah [[Revolusi Indonesia]].<ref name="pamela"/> Sejarah dalam novel Burung-burung Manyar diceritakan secara mengalir dengan beberapa masukan [[anekdot]]. Sejarah tidak disampaikan dengan nada otoriter.<ref name="pamela"/>
Menjelang akhir novel, terdapat kejutan yang menggelitik. Teto atau Satadewa terbangkitkan jiwa nasionalismenya, dengan menjadi relawan membongkar kecurangan perusahaan tempatnya bekerja yang merugikan Indonesia. Jika saja tahun 1981 sudah ada KPK, atau kesadaran umum di Indonesia tentang pengelolaan sumber daya alam negara maka novel ini tentu akan lebih fenomenal lagi. Tentu saja mafia Migas masih menjadi makhluk extra terrestrial di dasawarsa 80 - 90an. Mangunwijaya sudah mengajak kita memikirkan pengelolaan Migas tiga dasawarsa lalu. Beliau memiliki misi mendidik masyarakat yang masih dalam pengaruh kuat Orde Baru dengan kisah-kisah karangannya. Meski jelas bukti kuat yang dibawa seorang eksekutif perusahaan migas, tidak otomatis dapat menguntungkan rakyat Indonesia. Perjuangan Daud melawan Goliath, bukan adu tembak ala wild west, yang dihadapi Satadewa adalah perusahaannya dan gurita koruptor di Indonesia tercintanya waktu itu.
==Rujukan==
{{reflist}}
|