Langowan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Humboldt (bicara | kontrib)
foto
Dexbot (bicara | kontrib)
k Bot: Parsoid bug phab:T107675
Baris 14:
 
Pemekaran Wilayah Langowan
<nowiki> </nowiki>Seiring dengan percepatan pembangunan oleh pemerintah pusat, pemekaran Wilayah pemerintahan Langowan dimulai dengan imekarkannya Kecamatan Langowan menjadi [[Langowan Barat, Minahasa|Langowan Barat]] dan Timur pada tahun 2003. Kala itu, Kecamatan Langowan dengan 28 wilayah pemerintahan desa, dikepalai oleh Camat, Drs PD Sumampouw. Dimekarkan berdasarkan aspirasi masyarakat Langowan, saat pemerintahan Bupati [[Minahasa]], Dolvie Tanor (almarhum).
Pendekatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat ini nampaknya memberikan kontribusi yang besar bagi laju perekonomian wilayah Langowan, sehingga memunculkan aspirasi masyarakat berikutnya, yakni wacana pemekaran Kecamatan Langowan Barat dan Timur, bertambah satu Kecamatan, Langowan Selatan setahun kemudian, 2004 .
Baris 21:
 
Pemekaran Kecamatan ini nampaknya menimbulkan kembali semangat pemekaran masyarakat, untuk menjadi daerah otonomi Kota Langowan beberapa tahun sebelumnya, apalagi ditunjang dengan otonomi daerah oleh pemerintah pusat.
<nowiki> </nowiki>Selang waktu berganti, pemekaran Kecamatan [[Langowan Utara, Minahasa|Langowan Utara]] pun dibeber hingga peresmiannya dilakukan pada tahun 2008, kala Bupati [[Minahasa]] S Vreeke Runtu merestui pembentukan Kecamatan [[Langowan Utara, Minahasa|Langowan Utara]], diikuti dengan komitmen Pemerintah Kabupaten [[Minahasa]], untuk menindaklanjuti pembentukan Kota Langowan melalui panitia yang dibentuk.Namun sebelumnya, pemekaran desa pun dilakukan baik di Kecamatan Langowan Timur, Barat dan Selatan, hingga kini berjumlah 37 Desa, hingga sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2007 [[tentang]] Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan daerah. Hal ini pun menjadi syarat dalam pembentukan sebuah daerah Otonomi yang baru, yakni pembentukan sebuah Kota haruslah memilii 4 Kecamatan.
 
'''MASUKNYA PENDUDUK PERTAMA DI LANGOWAN'''
Baris 36:
Lama kelamaan untuk memenuhi bekal makanan, mereka mulai membuka perkebunan/huma di tempat itu. Terutama mereka menanam pisang, umbi-umbian dan sayuran. Sehingga lama-­kelamaan perkebunan itu makin luas dan orang-orang yang bermukim di stiu makin bertambah.
<nowiki> </nowiki>Dengan semakin bertambah penduduknya, maka sebagaimana tradisi orang Minahasa dalam suatu perhimpunan penduduk yang sudah cukup banyak, diperlukan seorang pemimpin. Dan oleh karena itu pada sekitar tahun 1600 sampai pada tahun-tahun berikutnya pemukiman tersebut telah dipimpin oleh para Tonaas dan Walak yang sayang sekali nama-namanya tidak diketahui lagi. Sehingga dapat dipastikan bahwa desa Palamba merupakan desa tertua di Langowan. Ini juga dapat dibuktikan dengan adanya waruga (kuburan tua/prasasti) Toar Lumimuut yang ada di sana, dan merupakan tempat pertama orang-orang yang masuk dan menetap di Langowan.
 
'''''2.[[Temboan, Langowan Selatan, Minahasa|TEMBOAN]]'''''
Baris 78:
 
Pasoringan berasal dari kata soringan yaitu alat bunyi yang dibuat dari sebilah bambu (wulut), semacam pipa yang diberi 7 lobang. Apabila dihembuskan angin atau ditiup akan mengeluarkan bunyi. Bunyi tersebut analog dengan bunyi burung Wala'. Jadi Pasoringan berarti tempat memanggil/mendengarkan bunyi burung Wala' oleh para Walian dan Tonaas. Walian adalah para pemimpin agama (Alifur/ agama suku Minahasa). Sedang para Tonaas adalah pemimpin pemerintahan, pertanian, keamanan dan lainnya. Di tempat pasoringan inilah para pemimpin tersebut di atas bertanya dan mendengarkan jawaban, ya atau tidak tentang sesuatu maksud yang ditanyakan. Atau untuk mengetahui apakah yang akan terjadi di hari-hari selanjutnya. Bunyi burung Wala' ini diartikan/diterjemahkan secara bersama-sama oleh Walian dan para Tonaas.
<nowiki> </nowiki>Pada pohon we'tes yang berlobang ini, selain tempat mendengarkan bunyi burung, juga sebagai tempat pareghesan (tempat membawa persembahan/ sesaji). Dengan pengertian, bahwa di tempat inilah mejadi pusat kegiatan keagamaan dan pemerintahan.
 
Caranya ialah para Walian bersama umat datang berkumpul untuk memuja para opo dan si Amang Kasuruan, dengan membawa sesajian/persembahan (raghesan). Sedangkan para Tonaas menggunakannya sebagai tempat pertemuan rakyat untuk mendengarkan perintah atau aturan yang harus dilaksanakan. Dan biasanya perintah itu dilakukan melalui palakat/pengumuman: ma umung asi we'tes rangow.
Baris 99:
 
Tahun 1829 Fiskal Irot diangkat menjadi Major dalam jabatan Kepala Distrik oleh Residen Manado Peternat. la memerintah sebagai Hukum Besar mulai 1829 hingga 1841. Pada saat itu perkampungan baru terus bermunculan, yaitu Amongena, Wolaang, Koyawas, Tounelet dan Atep. Sehingga tercatat ada sembilan kampung. Dan setiap desa dipilih dan diangkat Hukum Tua.
<nowiki> </nowiki>Tahun 1841-1847 A. Tendap Saerang menjadi Hukum Besar, dan Bastian Thomas Sigar diangkat menjadi Hukum Kedua oleh Residen Cambier dan Opzier Tondano Benseijder.
 
Pada Pebruari 1848 Bastian Thomas Sigar diangkat menjadi Major/Hukum Besar oleh Resident Van Nolpen, sedangkan P. Kumolontang menjadi Hukum Kedua. Tahun 1852 N. Pandeirot juru tulis Wolaang diangkat menjadi juru tulis Distrik oleh Resident Scherjas.
Baris 106:
 
Januari 1870 L.A Sigar diangkat menjadi Majoor/Hukum Besar oleh Resident Deance, dan Desember 1870 N. Pendeirot diangkat menjadi Hukum Kedua. Bersamaan dengan itu pemukiman di Tumaratas menjadi kampung.
<nowiki> </nowiki>Sejak 1870-1884 ketika L.A Sigar sebagai Hukum Besar, rakyat diperintah menanam kopi. L.A Sigar meninggal 2 Mei 1910 (kuburnya ada di Tompaso).
<nowiki> </nowiki>Pebruari 1884 N. Pandeirot diangkat menjadi Majoor/Hukum Besar oleh Residen Jansen, sedangkan Hukum Kedua tidak lagi diangkat. Pandeirot bertugas hingga 1891. Di waktu pemerintahan N. Pandeirot bertambah satu kampung, yaitu Lowian (1887). Jadi sudah ada 12 kampung/desa.
 
Selanjutnya N. Pandeirot digantikan oleh Major Nicolaas E. Mogot yang sebelumnya Hukum Kedua Remboken dan Kakas. Sedangkan Hukum Kedua diangkat R. Maringka/W. Warokka oleh Residen/Conteleur Adam. Pada masa N. Mogot memerintah, bertambah beberapa kampung, yaitu Sumarayar (1888), Karondoran (1898), Walewangko (1898), Manembo (1899), Teep dan Paslaten (1900). Sehingga menjadi 19 kampung/desa.
 
Tahun 1904-1911 Hukum Besar Ever Gradus Mogot dan Hukum Kedua Palengkahu. Bertambah satu desa, Noongan. Sehingga menjadi 19 desa.
<nowiki> </nowiki>1912-1919 Hukum Besar A.W. Ingkiriwang dan Hukum Kedua Sahelangi/J. Loho Sesudah 1919 maka negeri Langowan menjadi onder-distrik. Tahun 1920 bertambah desa Tempang, sehingga Langowan menjadi 20 desa. Mulai 1922 Hukum Tua tidak lagi ditunjuk tapi dipilih.
* 1923-1926 Wakary menjadi Hukum Kedua.
* 1926-1930 Masa P. Pandeiroth kedua, bertambah desa Winebetan.
Baris 152:
Nama Langowan sebagaimana banyak ditulis berasal dari kata "rangouw". Kata rangouw ini untuk menunjuk kayu besar berlubang yang dulunya terletak di tengah kota Langowan, yaitu di Gereja Sentrum (Jemaat Schwarz) sekarang. Kayu berlubang itu dalam bahasa Tountemboan disebut dengan rangouw. Dalam penuturan sejarah, oleh karena orang Belanda dan juga orang Eropa lainnya tidak bisa menyebut huruf "r" dengan jelas, maka sebutan rangouw yang terdengar adalah "langouban". Dan dari kata "langouan" itulah akhirnya menjadi kata Langowan.
<nowiki> </nowiki>Sebelum muncul kata Langowan, ada pula tulisan yang menyebut dengan sebutan Langouban. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ketika terjadi perjanjian antara VOC dan bangsa Malesung dalam naskah 10 Januari 1679/10 September 1699.
 
Sumber