Wangsa Mataram: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Baskoro Aji (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
|coat of arms =
|country = [[Kesultanan Mataram]]<nowiki></nowiki>
*[[Kasunanan Surakarta]]
*[[Kesultanan Yogyakarta]]
Baris 11 ⟶ 10:
|titles = <nowiki></nowiki>
Panembahan, Sultan, dan Susuhunan Mataram
*Susuhunan Surakarta
*Sultan Yogyakarta
Baris 28 ⟶ 26:
Setelah [[Perang Tahta Jawa Ketiga|Perang Suksesi Jawa]] usai, terbentuklah tiga kerajaan, dua di antaranya menjadi pewaris penuh Wangsa Mataram ([[Kesultanan Yogyakarta]] dan [[Kasunanan Surakarta]]), serta satu monarki keadipatian yaitu [[Praja Mangkunegaran|Kadipaten Mangkunegaran]]. Saat perpecahan Mataram, [[Hamengkubuwana I|Sultan Hamengkubuwana I]], [[Pakubuwana II|Sunan Pakubuwana II]], dan [[Mangkunegara I|Adipati Mangkunegara I]] kesemuanya masih bersaudara. Ketika [[Inggris]] berkuasa di [[Jawa]], [[Raffles]] menempatkan [[Paku Alam I|Pangeran Natakusuma]], putra [[Sultan Hamengkubuwana I]], sebagai pangeran merdeka yang menguasai sebuah monarki keadipatian baru, [[Kadipaten Paku Alaman|Kadipaten Pakualaman]], sebagai balas jasa atas bantuannya membantu perlawanan Kesultanan Yogyakarta yang menentang kekuasaan Inggris<ref>[http://www.karatonsurakarta.com/mataram.html Kerajaan MATARAM Islam]</ref>.
Raja-raja pertama Mataram sebelum [[Sultan Agung|Sultan Agung Hanyakrakusuma]] dimakamkan di [[Pasarean Mataram|Astana Kotagede]]. Setelah pembangunan [[Pemakaman Imogiri|Astana Pajimatan Imogiri]] di [[Bantul]] oleh [[Sultan Agung]] pada tahun [[1632]], raja-raja setelah Sultan Agung hingga para penguasa kedua pewaris penuh Wangsa Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) berhak dimakamkan di [[Pemakaman Imogiri|Astana Pajimatan Imogiri]]. Sementara untuk penguasa Mangkunegaran dimakamkan di Astana Utaranayu di [[Surakarta]] serta [[Astana Mangadeg]] dan [[Astana Girilayu]], [[Karanganyar]]. Dan terakhir para penguasa Pakualaman dimakamkan di Astana Girigondo, [[Kulon Progo]].
Para penguasa di empat monarki pecahan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] masih berkuasa turun-temurun setelah monarki-monarki tersebut bergabung dengan [[Republik Indonesia]]. [[Kasunanan Surakarta]] merupakan monarki pertama yang bergabung dengan pemerintah [[Indonesia]] pada tanggal [[1 September]] [[1945]], disusul dengan monarki lain seperti [[Praja Mangkunegaran|Mangkunegaran]], [[Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]], dan [[Kadipaten Paku Alaman|Pakualaman]]. Masing-masing monarki mendapat pengakuan sebagai sebuah [[daerah istimewa]] dari pemerintah pusat, namun pada perjalanannya, akibat kerusuhan politik yang menimpa [[Kasunanan Surakarta|Surakarta]] dan [[Praja Mangkunegaran|Mangkunegaran]], pada [[16 Juni]] [[1946]] [[Daerah Istimewa Surakarta]] dicabut statusnya oleh pemerintah demi stabilnya keamanan. Kedudukan [[Pakubuwana XII|Susuhunan Pakubuwana XII]] dan [[Mangkunegara VIII|Adipati Mangkunegara VIII]] hanya sebagai simbol kebudayaan dan pemersatu di tengah masyarakat [[Surakarta]] (penguasa monarki seremonial). Untuk [[Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]] dan [[Kadipaten Paku Alaman|Pakualaman]], kedudukan [[Sultan Hamengkubuwana IX]] dan [[Paku Alam VIII|Adipati Pakualam VIII]] tetap bertahan sebagai gubernur dan wakil gubernur [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] hingga berlanjut ke keturunan-keturunannya sampai sekarang.
== Referensi ==
|