Balet: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun, -Di tahun +Pada tahun)
Baris 34:
Di awal abad ke-20, balet di Indonesia kebanyakan diajarkan dan dirintis oleh orang Belanda yang bermukim di Indonesia, yang mengajarkan balet kepada para perintis balet Indonesia. [[Puck Meijer]] yang berada di Jakarta mengajarkan ballet kepada [[Farida Oetoyo]], [[Nanny Lubis]], [[James Danandjaja]], [[Elsie Tjiok]], dan [[Julianti Parani]]. Sementara di Surabaya, [[Marlupi Sijangga]] belajar kepada Mevrouw Zaller. [[Ludwig Werner]] dan [[Willy Roemers]] juga menjalankan sekolah balet di Jakarta yang bertahan hingga pertengahan abad ke-20 di mana Farida Oetoyo juga belajar dan mengajar di sana.
 
Sepeninggal para guru balet Belanda tersebut, di awal tahun 50-an mulai berdiri sekolah balet oleh perintis balet Indonesia. DiPada tahun 1956 dua sekolah balet berdiri, yaitu [[Namarina]] oleh Nanny Lubis di Jakarta dan [[Marlupi Dance Academy]] oleh Marlupi Sijangga di Surabaya. The Jakarta Ballet School berdiri pada tahun 1957 oleh Elsie Tjiok San Fang,<ref>Koran Tempo. [http://gerardmosterd.org/onlinenews/Indonesia_Kebon_www.korantempo.com.html Sketsa Surealis Gerard Mosterd. 9 September 2004.] Dikutip 20 Oktober 2014.</ref> yang pada tahun 1958 berganti nama menjadi sekolah balet Nritya Sundara oleh Farida Oetoyo dan Yulianti Parani, dan pada tahun 1977 menjadi Sekolah Ballet [[Sumber Cipta]]. Dua sistem pengajaran balet yang paling dominan di Indonesia adalah kurikulum [[Royal Academy of Dance]] (RAD) yang masuk pada tahun 1970-an dan sistem [[Vaganova]].
 
Pada tahun 1959, sekelompok penari membentuk '''Balet Nasional''', yang diarahkan untuk mengadakan pertunjukan teratur seperti di Eropa (membentuk sebuah ballet company professional). Penari yang terlibat adalah [[Farida Oetoyo]], [[James Danandjaja]] (Jimmy Tan), [[Julianti Parani]], [[Willy Roemers]], Louis Pandelaki, dan Valeska Ong.<ref>Hal. 89. Herliany, D.R. [http://books.google.co.id/books?id=zNsZ6hKieWwC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false&#x20;Farida&#x20;Oetoyo&#x20;menari&#x20;di&#x20;atas&#x20;ilalang Farida Oetoyo menari di atas ilalang]. Jakarta, 2001.</ref> Sayangnya grup ini tidak bertahan lama karena kesibukan pribadi masing-masing penarinya, selain kurangnya juga dukungan dana dan antusiasme penonton. Pada tahun 1996, Aiko Senosoenoto membentuk '''Eksotika Karmawibhangga Indonesia''' (EKI) Dance Company yang berbasis tari modern dan kontemporer. DiPada tahun 1998 [[Farida Oetoyo]] membentuk grup tari kontemporer bernama '''Kreativitat Dance Indonesia'''. DiPada tahun 2006 dengan rintisan [[Maya Tamara]] dan [[Jetty Maika]] [[Namarina]] membentuk grup semi profesional berbasis tari balet bernama '''Namarina Youth Dance''' yang mengadakan pementasan sekali setahun.
 
Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki grup balet profesional purna waktu (''full time ballet company'') yang serupa dengan Singapore Dance Theatre, Ballet Philippines, atau Hong Kong Ballet.