Suku Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa )
Baris 15:
Berdasarkan estimasi terkini, jumlah suku Aceh mencapai 4.477.000 jiwa, yang sebagian besar bertempat tinggal di Provinsi Aceh, Indonesia.<ref name="Joshua"/> Sedangkan menurut hasil olahan data sensus [[Badan Pusat Statistik|BPS]] 2010 oleh Aris Ananta dkk., jumlah suku Aceh di [[Indonesia]] adalah sebanyak 3.404.000 jiwa.<ref name="Ananta, Aris"/> Selain di Indonesia, terdapat pula minoritas diaspora yang cukup banyak di [[Malaysia]],<ref>Haslinda binti Haji Hasan. ''Sejarah Migrasi Penduduk Acheh ke Kedah: Dalam konteks hubungan Kedah-Acheh''.</ref> [[Australia]],<ref>[http://tabloidsimeulue.wordpress.com/2013/04/08/mengenal-masyarakat-aceh-di-australia/ Mengenal Masyarakat aceh di Australia]</ref> [[Kanada]],<ref>[http://riim.metropolis.net/assets/uploads/files/wp/2010/WP10-12.pdf Aceh-Malaysia-Vancouver: Settlement Among Acehnese Refugees Five Years On]</ref> [[Amerika Serikat]],<ref>[http://www.bcnychurchplanting.org/uploaded_files/Acehnese%20Profile.pdf Acehnese in New York]</ref> dan negara-negara [[Skandinavia]].<ref>{{cite web |last = Tanjung| first = Eka | url = http://www.ranesi.nl/spesial/pasca_tsunami/aceh_skandinavia050505 | title = Masyarakat Aceh di Skandinavia |language={{id icon}} | work = Ranesi.nl | publisher = Hak Cipta Radio Nederland | date = 2005-06-05 | accessdate = 2011-02-07 }}</ref><ref>[https://circle.ubc.ca/bitstream/handle/2429/14845/ubc_2009_fall_fallon_karla.pdf?sequence=1 Making Noise: The Politics of Aceh and East Timor in the Diaspora]</ref>
 
Suku Aceh dipada masa pra-modern hidup secara matrilokal dan komunal. Mereka tinggal di pemukiman yang disebut ''gampong''. Persekutuan dari gampong-gampong membentuk ''mukim''. Masa keemasan budaya Aceh dimulai pada abad ke-16, seiring kejayaan kerajaan Islam [[Kesultanan Aceh Darussalam|Aceh Darussalam]], dan kemudian mencapai puncaknya pada abad ke-17.{{sfn|Minahan|2012|pp=}} Suku Aceh pada umumnya dikenal sebagai pemegang teguh ajaran [[agama Islam]], dan juga sebagai pejuang militan dalam melawan penaklukan kolonial [[Portugis]] dan [[Hindia Belanda|Belanda]].{{sfn|Minahan|2012|pp=}}{{sfn|Reid|2006|pp=12-16}}
 
<!-- == Nama Aceh == (asal-usul nama masih perlu diriset. Naval Scene -->
Baris 42:
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:25%; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"''Sukèë Lhèë Reutōïh ban aneu' drang</br> Sukèë Ja Sandang jra haleuba.</br> Sukèë Ja Batèë na bachut-bachut;</br> Sukèë Imeum Peuët nyang gō'-gō' dōnya.''" <p style="text-align: right;">— Puisi lisan (''hadih maja'') dalam</br> ''De Atjeher'', [[Snouck Hurgronje]]''.{{sfn|Hurgronje|1984|pp=57}}</blockquote>
 
[[Bangsa Arab]] yang datang ke Aceh banyak yang berasal dari [[Hadramaut]], [[Yaman]]. Di antara para pendatang tersebut terdapat antara lain marga-marga al-Aydrus, al-Habsyi, al-Attas, al-Kathiri, Badjubier, Sungkar, Bawazier, dan lain-lain, yang semuanya merupakan [[Marga Arab Hadramaut|marga-marga bangsa Arab asal Yaman]].<ref>Adan, Hasanuddin Yusuf (2006). ''[http://books.google.co.id/books?ei=GO6OU9WILs6dugTdxIGQAg&hl=id&id=EOBwAAAAMAAJ&dq=marga+arab+di+aceh&focus=searchwithinvolume&q=Bawazier Politik dan tamaddun Aceh]'', Adnin Foundation Aceh, ISBN 9789792594805. Hlm. 4.</ref> Mereka datang sebagai [[ulama]] penyebar agama [[Islam]] dan sebagai perdagang.{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp=182}} Daerah Seunagan misalnya, hingga kini terkenal banyak memiliki ulama-ulama keturunan [[sayyid]], yang oleh masyarakat setempat dihormati dengan sebutan ''Teungku Jet ''atau ''Habib''.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp=183}} Demikian pula, sebagian [[Daftar penguasa Aceh#Sultan-sultan Aceh Dinasti Syarif|Sultan Aceh]] adalah juga keturunan [[sayyid]].{{sfn|Hurgronje|1984|pp=47-48}} Keturunan mereka dipada masa kini banyak yang sudah kawin campur dengan penduduk asli suku Aceh, dan menghilangkan nama marganya.
 
Terdapat pula keturunan bangsa [[Persia]] yang umumnya datang untuk menyebarkan agama dan berdagang,{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp = 182}} sedangkan bangsa [[Turki]] umumnya diundang datang untuk menjadi ulama, pedagang senjata, pelatih prajurit, dan serdadu perang kerajaan Aceh.{{sfn|Graf|Schroter|Wieringa|2010|pp = 26-43}}{{sfn|Reid|2006|pp=56-57}} Saat ini keturunan bangsa Persia dan Turki kebanyakan tersebar di wilayah [[Aceh Besar]].{{fact}} Nama-nama warisan [[Persia]] dan [[Turki]] masih tetap digunakan oleh orang Aceh untuk menamai anak-anak mereka, bahkan sebutan ''Banda'' dalam nama kota [[Banda Aceh]] juga adalah kata serapan dari [[bahasa Persia]] (''Bandar'' artinya "pelabuhan").