Secara resmi, aksara Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat barang-barang yang diimpor dari Tionghoa melalui [[Semenanjung Korea]] mulai [[abad ke-5]] Masehi. Sejak itu pula, aksara Tionghoa banyak dipakai untuk menulis di Jepang, termasuk untuk prasasti dari batu dan barang-barang lain.
Sebelumnya di awal [[abad ke-3]] Masehi, dua orang bernama Achiki dan Wani datang dari [[Baekje]] dipada masa pemerintahan [[Kaisar Ōjin]]. Keduanya konon menjadi pengajar aksara Tionghoa bagi putra kaisar.<ref name=nagano>{{cite book |title=Nihongo hyōgenhō (日本語表現法) |last=Nagano |first=Tadashi |year=1994 |publisher=Tamagawa University Press |location= |isbn=4-4721-0431-8}}</ref> Wani membawa buku ''[[Analek]]'' karya [[Kong Hu Cu (filsuf)|Kong Hu Chu]] dan buku pelajaran menulis aksara Tionghoa untuk anak-anak dengan judul ''[[Seribu Karakter Klasik]]''.<ref name=jtb>{{cite book |editor=JTB kaigai guide book henshūbu |others=Lawrence B. Greenberg (penerjemah)|title=Illustrated Japanese characters |publisher= JTB Nihon Kōtsū Kōsha Shuppan Jigyōkyoku |year= 1989 |month= Juli |isbn= 4-5330-1359-7}}</ref> Walaupun demikian, orang Jepang mungkin sudah mengenal aksara Tionghoa sejak [[abad ke-1]] Masehi. Di [[Kyushu]] ditemukan [[stempel]] [[emas]] asal tahun [[57]] Masehi yang diterima sebagai hadiah dari Tiongkok untuk raja negeri Wa (Jepang).<ref name=nagano />