Sultan Agung dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa )
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa , - di Masa + pada Masa )
Baris 66:
Tahun [[1666]] Adipati Halit (Pangeran Tapasena) meninggal, menyebabkan golongan legitimitas bertambah kuat, sehingga Amrullah Bagus Kasuma mendapat dukungan yang kuat pula. Pada tahun [[1679]], Amrullah Bagus Kasuma menyerang Banjarmasin dan ia dan adiknya (Raden Basus) berhasil membinasakan Sultan Agung dan putera sulungnya,<ref>{{id}} Sejarah daerah Kalimantan Selatan Sejarah daerah Kalimantan Selatan, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978, hal. 33</ref> dan sejak itulah Amrullah kembali dapat mengambil haknya sebagai Sultan di Banjarmasin (1680-1700) sampai akhir abad ke-17. Amrullah keluar sebagai pemenang dalam perebutan tahta Banjar melawan pamannya Sultan Agung (Ratu Lamak) dan anaknya Pangeran Dipati (Ratu Agung).
 
== Sikap Anti VOC dipada Masa Sultan Agung ==
Perebutan kekuasaan di Kesultanan Banjar pada abad ke-17 menghasilkan kompromi politik, [[Pangeran Ratu]]/Sultan Rakyatullah/Raden Halit tetap berkuasa di [[Martapura]], sedangkan Sultan Agung/[[Pangeran Surya Nata II]]/Raden Kasuma Lalana berkuasa di Banjarmasin. Martapura yang merupakan daerah tambang [[emas]] dan hasil [[kebun]] [[lada]] terletak di sebelah [[hulu]] dari Banjarmasin, sehingga cara ini dapat mematikan [[perdagangan]] Pangeran Ratu/Sultan Rakyatullah saingannya. <ref name="gazali"> {{id}} M. Gazali Usman, [[Kerajaan Banjar]]: [[Sejarah]] Perkembangan [[Politik]], [[Ekonomi]], [[Perdagangan]] dan Agama Islam, [[Banjarmasin]]: Lambung Mangkurat Press, [[1994]].</ref>