Hidangan abad pertengahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
What a joke (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di Abad +pada Abad, -di abad +pada abad, -Di abad +Pada abad, -Di Abad +Pada Abad)
Baris 1:
[[File:Peasants breaking bread.jpg|thumb|Sekelompok petani berbagi makanan sederhana yang berupa roti dan minuman; ''Livre du roi Modus et de la reine Ratio'', pada abad ke-14. ([[Bibliothèque nationale de France|Bibliothèque nationale]])]]
'''[[Masakan]] abad pertengahan''' mencakup [[makanan]], kebiasaan [[makan]], dan cara [[memasak]] dari berbagai [[kebudayaan Eropa]] selama [[Abad Pertengahan]], suatu masa dalam kurun waktu sekitar abad ke-5 sampai abad ke-16. Selama periode ini, [[diet|pola makan]] dan memasak lebih sedikit mengalami perubahan di [[Eropa]] dibanding pada awal periode modern (sebelum [[Revolusi Industri]]) yang lebih singkat, di mana perubahan-perubahan itu berperan meletakkan fondasi bagi [[masakan Eropa]] modern. [[Sereal]] masih merupakan bahan pokok terpenting sepanjang awal Abad Pertengahan sebab [[beras]] diperkenalkan belakangan ke Eropa dan [[kentang]] baru diperkenalkan pada tahun 1536, yang mana baru di kemudian hari dikenal secara luas. [[Jelai]], [[oat]] dan [[gandum hitam]] bagi kaum miskin, dan [[gandum]] bagi kaum penguasa, dimakan sebagai [[roti]], [[bubur]], [[bubur sumsum]] dan [[pasta]] oleh semua lapisan masyarakat. [[Kara oncet]] dan [[sayuran]] merupakan suplemen penting untuk pola makan yang berbasis sereal dari kelas yang lebih rendah. (polong-polongan ''[[Phaseolus]]'', sekarang ''[[Phaseolus vulgaris]]'', berasal dari [[Dunia Baru]] dan diperkenalkan setelah [[Pertukaran Kolumbia]] dipada abad ke-16)
 
[[Daging]] lebih mahal, lebih bergengsi, dan dalam bentuk permainan berburu biasanya hanya sebagai konsumsi kaum bangsawan. Yang paling umum dijual oleh tukang daging adalah [[daging babi]], [[daging ayam|ayam]], dan [[unggas]] domestik lainnya; [[daging sapi|sapi]], yang mana membutuhkan investasi lahan lebih besar, lebih jarang dijumpai. [[Ikan kod]] dan haring menjadi andalan di daerah bagian utara; bahan makanan tersebut dikeringkan, diasap atau diasinkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman, tetapi berbagai [[Ikan (makanan)|ikan]] air tawar dan ikan air asin lainnya juga dikonsumsi oleh mereka.
Baris 73:
[[Buah|Buah-buahan]] mudah dikombinasikan dengan daging, ikan, dan [[Telur (makanan)|telur]]. [[Resep]] ''Tart de brymlent'', sebuah pai ikan dari koleksi resep ''[[Forme of Cury]]'', memuat perpaduan dari [[Ficus|ara]], [[kismis]], [[apel]], dan [[pir]] dengan ikan ([[salmon]], [[kod]] kecil atau [[haddock]]) dan bintik-bintik [[prem]] merah keunguan di bawah puncak lapisan.<ref>Scully (1995), p. 113.</ref> Merupakan hal yang dianggap penting untuk memastikan bahwa hidangan makanan sesuai dengan standar [[kedokteran]] dan [[ahli gizi]] terkini. Ini berarti bahwa makanan harus diperlakukan menurut sifatnya dengan suatu kombinasi yang tepat saat penyiapan dan pencampuran rempah-rempah, [[bahan penyedap]], dan ramuan tertentu; ikan dianggap bersifat dingin dan lembab, dan paling baik dimasak dengan cara dipanaskan dan dikeringkan, seperti [[Penggorengan (masakan)|digoreng]] atau dipanggang dengan oven, serta dibumbui dengan rempah-rempah yang panas dan kering; [[daging sapi]] bersifat kering dan panas, dan oleh karena itu seharusnya [[Mendidih|dididihkan]]; [[daging babi]] bersifat panas dan lembab, dan seharusnya selalu [[Membakar|dibakar]].<ref>Scully (1995). pp. 44–46.</ref> Dalam beberapa koleksi resep, ramuan-ramuan alternatif digunakan dengan lebih mempertimbangkan sifat [[humoralisme|humoral]] daripada apa yang seorang juru masak modern akan pertimbangkan untuk menjadi masakan yang memiliki kesamaan rasa. Dalam sebuah resep [[pai]] [[quince]], [[kubis]] dikatakan dapat digunakan sama baiknya, dan di lain pihak [[lobak cina]] dapat digantikan dengan buah pir.<ref name="Scully 1995, p. 70">Scully (1995), p. 70.</ref>
 
Pai ''[[shortcrust]]'' yang benar-benar dapat dimakan tidak terdapat dalam resep-resep hingga abad ke-15. Sebelum itu [[kue pastri|pastri]] tersebut terutama digunakan sebagai sebuah wadah memasak dalam suatu teknik yang dikenal sebagai "''[[:en:Huff paste|huff paste]]''". Koleksi resep yang masih ada menunjukkan bahwa [[gastronomi|seni memasak]] dipada Abad Pertengahan Akhir berkembang secara signifikan. Teknik-teknik baru, seperti pai ''shortcrust'' dan kejelasan uraian atas jeli dengan [[putih telur]], mulai nampak pada resep-resep di akhir abad ke-14 dan resep-resep mulai memasukkan petunjuk rinci di samping menjadi sekedar bantuan pengingat untuk seorang koki yang sudah terampil.<ref>Barbara Santich, "The Evolution of Culinary Techniques in the Medieval Era" in ''Food in the Middle Ages'', pp. 61–81.</ref>
 
===Dapur abad pertengahan===
Baris 104:
[[Berkas:Medieval baker.jpg|thumb|Seorang [[tukang roti]] dengan asistennya. Sebagaimana terlihat pada gambar, roti bundar termasuk yang paling umum.]]
 
Pentingnya roti sebagai makanan pokok sehari-hari membuat para [[tukang roti]] memainkan peranan penting dalam komunitas abad pertengahan manapun. Konsumsi roti yang tinggi di sebagian besar [[Eropa Barat]] terjadi pada abad ke-14. Perkiraan konsumsi roti di berbagai daerah kurang lebih serupa: sekitar 1 - 1,5 kg roti per orang per hari. Di antara berbagai serikat pekerja perkotaan, yang pertama-tama diorganisir adalah serikat tukang roti; [[undang-undang]] dan peraturan disahkan untuk menjaga harga roti tetap stabil. Statuta Inggris ''[[Assize of Bread and Ale]]'' yang dibuat tahun 1266 mencantumkan tabel-tabel komprehensif di mana ukuran, berat, dan harga sepotong roti diatur dalam kaitannya dengan harga biji-bijian. [[Marjin (keuangan)|Marjin]] [[keuntungan]] seorang tukang roti yang ditetapkan dalam tabel-tabel tersebut kemudian ditingkatkan akibat kesuksesan lobi [[:en:Worshipful Company of Bakers|London Baker's Company]] dengan menambahkan segala macam [[biaya]] mulai dari kayu bakar dan garam sampai dengan [[anjing]], [[rumah]], dan [[istri]] sang tukang roti. Karena roti merupakan sebuah bagian sentral dari pola makan dipada abad pertengahan, penipuan oleh mereka yang dipercaya menyediakan komoditas berharga tersebut pada komunitas dianggap sebagai suatu pelanggaran serius. Tukang roti yang tertangkap memanipulasi berat (pada [[timbangan]]) atau memalsukan [[adonan]] dengan bahan yang lebih murah dapat dikenakan hukuman berat. Hal ini menimbulkan adanya "''baker's dozen''" ([[lusin]]an tukang roti): seorang tukang roti akan memberikan [[13 (angka)|13]] roti dengan harga [[12 (angka)|12]] roti, sebagai semacam jaminan untuk meyakinkan konsumen agar tidak dianggap sebagai penipu.<ref>Scully (1995), pp. 35–38.</ref>
 
==Buah dan sayuran==
[[Berkas:Tacuinum Sanitatis-cabbage harvest.jpg|thumb|upright|[[Pemanenan]] [[kubis]]; ''[[Tacuinum Sanitatis]]'', abad ke-15.]]
 
Sementara biji-bijian merupakan unsur utama sebagian besar hidangan makanan; [[sayuran]] seperti [[kubis]], [[buah bit]] (varietas dari [[bit gula]]), [[bawang bombai]], [[bawang putih]], dan [[wortel]] termasuk kelompok bahan makanan yang umum. Banyak darinya menjadi makanan sehari-hari kaum pekerja dan petani, namun kurang bergengsi dibandingkan daging. Buku masak yang muncul di akhir Abad Pertengahan, yang utamanya dimaksudkan bagi kalangan mampu, hanya berisikan sejumlah kecil resep yang menggunakan sayuran sebagai bahan utama. Minimnya resep untuk banyak hidangan yang mengandung sayuran pokok, seperti ''potage'', tidak ditafsirkan sebagai ketiadaannya dalam hidangan kaum bangsawan, melainkan bahwa sayuran-sayuran itu dianggap begitu mendasar sehingga tidak perlu dicatat.<ref>Scully (1995), p. 71.</ref> Wortel tersedia dalam banyak varian selama Abad Pertengahan: di antaranya varietas berwarna ungu kemerahan yang lezat, dan jenis berwarna kuning hijau yang kurang bergengsi. Berbagai ''legume'' (kacang-kacangan dan polong-polongan) seperti [[kacang arab]], [[kara oncet]], dan [[kacang polong]] juga merupakan sumber [[protein]] yang penting dan umum, terutama di kalangan masyarakat kelas bawah. ''Legume'', selain kacang polong, sering dipandang dengan beberapa kecurigaan oleh para [[ahli gizi]] yang memberi saran kepada kaum berada, antara lain karena cenderung menyebabkan [[flatulensi]] dan juga karena dikaitkan dengan makanan kasar para petani. Pentingnya sayuran bagi masyarakat umum digambarkan dalam laporan dari Jerman dipada abad ke-16 yang menyatakan bahwa banyak petani yang makan [[sauerkraut]] 3 - 4 kali sehari.<ref>Kubis dan bahan makanan lain yang umum digunakan oleh kebanyakan orang berbahasa Jerman disebutkan dalam pola makan ala Walther Ryff pada 1549 dan ''Deutsche Speißkamer'' karya [[Hieronymus Bock]] pada 1550; lihat Melitta Weiss Adamson, "Medieval Germany" dalam ''Regional Cuisines of Medieval Europe'', p. 163.</ref>
 
Buah-buahan juga populer dan dapat disajikan dalam kondisi segar, dikeringkan, atau diawetkan, dan merupakan suatu bahan umum pada banyak hidangan yang dimasak.<ref>Scully 1995, p. 70.</ref> Karena mahalnya gula dan madu, berbagai jenis buah umumnya disertakan dalam hidangan makanan yang membutuhkan bahan pemanis atau semacamnya. Buah-buahan pilihan di daerah selatan adalah [[sitrun]], [[jeruk sukade]], [[jeruk pahit]] (jenis yang manis tidak termasuk sampai beberapa ratus tahun kemudian), [[delima]], [[quince]], dan tentu saja [[anggur]]. Sementara di daerah utara, [[apel]], [[pir]], [[prem]], dan [[stroberi kebun|stroberi]] lebih umum. [[Ficus|Ara]] dan [[Kurma (pohon)|kurma]] dimakan di seluruh Eropa, namun tetap merupakan buah impor yang cukup mahal di bagian utara.<ref>Adamson (2004), pp. 19–24.</ref>
Baris 158:
{{Utama|Sejarah bir}}
 
Sementara wine merupakan minuman meja yang paling umum di sebagian besar Eropa, tetapi tidak demikian dengan daerah-daerah utara di mana anggur tidak dibudidayakan. Mereka yang mampu membelinya akan meminum wine impor, namun bahkan bagi kalangan bangsawan di daerah-daerah ini, minum [[bir]] atau [[ale]] adalah hal yang umum, khususnya menjelang akhir [[Abad Pertengahan]]. Di [[Inggris dipada Abad Pertengahan|Inggris]], [[‎Negara-Negara Dataran Rendah]], [[Sejarah_Jerman#Abad_Pertengahan|Jerman]], [[Budaya Polandia abad pertengahan|Polandia]], dan [[Sejarah Skandinavia|Skandinavia]], bir dikonsumsi setiap hari oleh orang-orang dari semua umur dan kelas sosial. Pada pertengahan abad ke-14, [[jelai]], suatu [[sereal]] yang dikenal agak kurang cocok untuk pembuatan roti namun sangat baik untuk [[peragian|pembuatan bir]], menyumbang 27% dari seluruh lahan sereal di Inggris.<ref>B. M. S. Campbell, Mark Overton (1991), Land, labour, and livestock: historical studies in European agricultural productivity, p. 167</ref> Namun pengaruh kuat dari [[budaya Arab]] dan Mediterania pada ilmu kedokteran (terutama karena [[Reconquista]] dan masuknya naskah-naskah ber[[bahasa Arab]]) menjadikan bir seringkali tidak disukai. Bagi kebanyakan orang Eropa dipada Abad Pertengahan, bir adalah minuman yang sederhana dibandingkan dengan bahan makanan dan minuman dari selatan yang umum seperti wine, [[lemon]], dan [[minyak zaitun]]. Bahkan produk yang relatif eksotis seperti susu [[unta]] dan daging [[gazel]] umumnya mendapat perhatian yang lebih positif dalam naskah-naskah kedokteran. Bir hanyalah sebuah alternatif yang dapat diterima dan dikaitkan dengan berbagai hal negatif. Pada tahun 1256, [[Aldobrandino]], seorang dokter dari [[Siena]] mendeskripsikan bir sebagai berikut:<ref>Quoted in Scully (1995), p. 152.</ref>
<blockquote>"Tetapi dari apapun bir dibuat, baik dari oat, jelai, atau gandum, bir membahayakan kepala dan perut, menyebabkan [[halitosis|bau mulut]] dan [[karies gigi|merusak gigi]], memenuhi perut dengan [[flatulensi|gas yang buruk]], dan menyebabkan cepat mabuk bagi orang yang meminumnya bersamaan dengan wine; namun bir memiliki sifat membantu [[buang air kecil]] dan membuat tubuh seseorang putih dan halus."</blockquote>
 
Baris 165:
Bahwa hop dapat digunakan untuk memberi aroma pada bir telah dikenal setidaknya sejak jaman [[dinasti Karoling]], namun diadopsi secara bertahap dikarenakan sulitnya merumuskan proporsi yang tepat. Sebelum meluasnya penggunaan hop, [[gruit]], suatu campuran berbagai [[herbal]], telah digunakan. Gruit memiliki sifat mempertahankan yang sama seperti hop, walau kurang dapat diandalkan karena tergantung pada herbal yang dikandungnya, dan hasil akhirnya sangat bervariasi. Metode lain untuk memberi aroma adalah menaikkan kandungan alkohol, namun metode ini jauh lebih mahal dan bir tersebut akan menjadi minuman yang membuat mabuk berat dan cepat. Kemungkinan hop telah digunakan secara luas di Inggris pada abad ke-10; ditanam di [[Austria]] pada tahun 1208 dan di [[Finlandia]] pada 1209, atau mungkin juga jauh lebih awal.<ref>Unger (2007), p. 54</ref>
 
Sebelum hop populer sebagai sebuah bahan pembuatan bir, sulit untuk menjaga minuman ini agar tahan lama, dan karenanya kebanyakan bir dikonsumsi saat masih segar.<ref>Meski ada referensi tentang penggunaan hop dalam bir pada awal tahun 822; Eßlinger (2009), p. 11.</ref> Konsumsinya tanpa disaring terlebih dulu, sehingga berwarna keruh, dan kemungkinan memiliki kandungan alkohol lebih rendah dibanding dengan yang ada di jaman modern pada umumnya. Banyaknya konsumsi bir oleh penduduk Eropa dipada Abad Pertengahan, seperti yang tercatat dalam literatur masa kini, jauh melebihi konsumsi di dunia modern. Sebagai contoh, para [[pelaut]] di Inggris dan [[Denmark]] pada abad ke-16 menerima jatah 4,5 L bir per hari. Sementara petani di Polandia mengkonsumsi sampai dengan 3 L bir per hari.<ref>Hanson (1995), p. 9</ref>
 
Pada [[Abad Pertengahan Awal]], bir terutama dibuat dalam biara-biara dan dalam skala yang lebih kecil di rumah tangga masing-masing. Sementara pada [[Abad Pertengahan Tinggi]], [[brewery|tempat pembuatan bir]] di kota-kota baru jaman abad pertengahan di utara Jerman mulai mengambil alih [[produksi]]. Meski kebanyakan tempat pembuatan bir merupakan bisnis keluarga kecil-kecilan (''[[homebrewing]]'') yang mempekerjakan paling banyak 8 - 10 karyawan, produksi reguler dimungkinkan dengan [[investasi]] dalam peralatan yang lebih baik dan memperbanyak eksperimen dengan teknik pembuatan bir dan resep baru. Usaha ini kemudian menyebar ke [[Belanda]] pada abad ke-14, kemudian ke [[Flandria]] dan [[Kadipaten Brabant|Brabant]], dan sampai ke Inggris pada abad ke-15. Bir yang mengandung hop menjadi sangat populer dalam beberapa [[dekade]] terakhir pada [[Abad Pertengahan Akhir]]. Di Inggris dan ‎Negara-Negara Dataran Rendah, konsumsi tahunan [[per kapita]] sekitar 275 - 300 liter, dan bir dikonsumsi dengan hampir setiap hidangan makanan: bir dengan kadar alkohol rendah untuk sarapan, dan yang lebih tinggi pada siang atau sore hari. Ketika disempurnakan sebagai sebuah bahan baku, hop dapat membuat bir bertahan hingga 6 bulan atau lebih, dan memungkinkannya untuk diekspor secara luas.<ref>Richard W. Unger, "Brewing" in ''Medieval Science, Technology and Medicine'', pp. 102–3.</ref> Di Inggris pada Abad Pertengahan Akhir, kata "[[bir]]" diartikan suatu minuman yang mengandung hop, sedangkan "[[ale]]" artinya menjadi minuman yang tidak mengandung hop. Selanjutnya, ale atau bir diklasifikasikan menjadi "kuat" dan "ringan", yang terakhir ini kurang memabukkan, dianggap sebagai minuman untuk orang-orang yang tenang (mampu menahan diri), dan cocok untuk dikonsumsi anak-anak. Pada tahun 1693, [[John Locke]] menyatakan bahwa satu-satunya minuman yang ia anggap cocok untuk anak-anak segala usia adalah bir ringan, sambil mengkritik praktek yang sepertinya umum di kalangan [[bangsa Inggris|orang Inggris]] pada saat itu yang memberikan anak-anak mereka wine dan alkohol berkadar tinggi.<ref>John Locke (1693), "Some Thoughts Concerning Education", §16–19</ref>
Baris 174:
Bangsa [[Romawi Kuno]] dan [[Yunani Kuno]] mengetahui teknik penyulingan ([[distilasi]]), tetapi tidak dilakukan dalam skala besar di Eropa sampai pada abad ke-12, yakni ketika inovasi dari Arab dalam bidang tersebut yang dikombinasikan dengan ''[[:en:alembic|alembic]]'' dengan kaca berpendingin air mulai diperkenalkan. Distilasi diyakini oleh para cendekiawan abad pertengahan dapat memproduksi intisari dari cairan yang dimurnikan, dan istilah "air kehidupan" (''[[:en:aqua vitae|aqua vitae]]'') digunakan sebagai istilah umum untuk menyebut semua jenis hasil sulingan.<ref>Scully (1995), pp. 158–59.</ref> Penggunaan awal berbagai [[minuman keras|hasil penyulingan]], baik beralkohol atau tidak, bervariasi, namun terutama digunakan untuk kuliner atau pengobatan. Sirup anggur yang dicampur dengan gula dan rempah-rempah diresepkan untuk berbagai [[penyakit]] ringan; [[air mawar]] digunakan sebagai [[parfum]], bahan masakan, dan untuk mencuci tangan. Hasil penyulingan yang mengandung alkohol terkadang juga digunakan untuk membuat [[entremet]] (sejenis hidangan hiburan setelah suatu set menu) yang "bernapas api" dan mempesonakan dengan merendam sepotong [[kapas]] dalam [[minuman keras]] tersebut. Kapas tersebut lalu ditempatkan di mulut hewan yang telah berisi campuran ramuan dan gilingan dagingnya, dimasak, dan terkadang dibumbui kembali, kemudian dinyalakan dengan api menjelang kreasi tersebut disajikan.<ref>Scully (1995), pp. 162, 164–65</ref>
 
''Aqua vitae'', dalam beragam bentuknya yang mengandung alkohol, sangat dipuja oleh para dokter abad pertengahan. Pada tahun 1309, [[Arnaldus de Villa Nova]] dalam tulisannya menyebutnya: "memperpanjang kesehatan yang baik, membuang cairan tak berguna, menghidupkan jantung kembali dan menjaga tetap awet muda".<ref>Quoted in Scully (1995), p. 162.</ref> DiPada Abad Pertengahan Akhir, produksi ''[[moonshine]]'' mulai meningkat, terutama di daerah-daerah berbahasa Jerman. Pada abad ke-13, ''Hausbrand '' (maknanya kurang lebih: "wine hasil distilasi yang dibakar") adalah minuman yang umum, menandai asal mula [[brendi]]. Menjelang Abad Pertengahan Akhir, konsumsi minuman keras menjadi sedemikian mendarah daging bahkan di kalangan masyarakat umum sehingga pembatasan terhadap penjualan dan produksinya mulai terlihat di akhir abad ke-15. Pada tahun 1496 kota [[Nürnberg]], di [[Bavaria]], mengeluarkan aturan pembatasan penjualan minuman keras pada hari Minggu dan hari libur resmi.<ref>Scully (1995), pp. 163–64.</ref>
 
==Herbal, rempah, bumbu==
[[Berkas:Le livre des merveilles de Marco Polo-pepper.jpg|thumb|Pemanenan lada; naskah Perancis dari ''[[Perjalanan Marco Polo]]'', awal abad ke-15.
]]
[[Rempah-rempah]] termasuk produk yang paling mewah yang ada dipada Abad Pertengahan; yang paling umum adalah [[lada hitam]], [[kayu manis]] (dan alternatifnya yang lebih murah: [[Cinnamomum cassia|cassia]]), [[jintan putih]], [[pala]], [[jahe]], dan [[cengkih]]. Semua rempah tersebut harus diimpor dari [[perkebunan]] di [[Asia]] dan [[Afrika]], yang mana menjadikannya sangat mahal, dan memberinya cap sosial sedemikian sehingga lada misalnya diperlakukan seperti emas batangan: ditimbun, diperdagangkan, dan dijadikan obyek sumbangan secara mencolok. Diperkirakan sekitar 1.000 ''[[:en:ton|ton]]'' (bukan [[ton metrik]]) lada dan 1.000 ''ton'' rempah-rempah umum lainnya diimpor ke [[Eropa Barat]] setiap tahun selama akhir Abad Pertengahan. Nilai dari semua barang ini setara dengan pasokan biji-bijian [[serealia]] untuk 1,5 juta orang.<ref>Adamson (2004), p. 65. Sebagai perbandingan, perkiraan penduduk Britania pada 1340, tepat sebelum [[Maut Hitam]], adalah 5 juta, dan pada 1450 hanya 3 juta; lihat J.C Russel "Population in Europe 500–1500" dalam ''The Fontana Economic History of Europe: The Middle Ages'', p. 36.</ref> Meskipun lada merupakan rempah yang paling umum, yang paling eksklusif (walau bukanlah yang paling tidak jelas asalnya) adalah [[kuma-kuma]] dan dimanfaatkan warna merah-kuningnya yang hidup sebagaimana juga aromanya, karena menurut [[humorisme|humor]], warna kuning menandakan panas dan kering, kualitas-kualitas yang bernilai;<ref>Scully mencatat pentingnya penampilan pada masakan abad pertengahan, yang menghargai makanan yang dikuningkan dengan kuma-kuma; Scully (1995), p. 114. Lihat juga ''The Appetite and the Eye: Visual aspects of food and its presentation within their historic context.'' Anne Wilson (ed.) Edinburgh University Press, Edinburgh. 1991.</ref> [[kunyit]] tersedia sebagai pengganti warna kuning, dan sentuhannya sebagai sepuhan makanan dalam jamuan makan memberi kesan cinta abad pertengahan pada acara pamer dan tradisi pola makan ala [[Galen]]: pada perjamuan mewah bulan Juni 1473 yang diadakan [[Kardinal]] [[Pietro Riario]] untuk putri [[Daftar Penguasa Napoli|Raja Napoli]], roti-roti disepuh dengan kunyit.<ref>Dickie (2008), p. 63.</ref> Di antara rempah-rempah yang sekarang sudah tidak jelas penggunaannya adalah ''[[Aframomum melegueta]]'' (salah satu spesies [[temu-temuan]]), salah satu kerabat dari [[kapulaga]] yang hampir sepenuhnya digantikan dengan lada pada masakan di utara Perancis pada akhir abad pertengahan, [[cabe jawa]], [[pala]], [[minyak narwastu]], [[galangal]] (biasanya saat ini merujuk ke [[lengkuas]]), dan [[kemukus]]. [[Gula]], tidak seperti sekarang ini, dianggap sebagai suatu jenis rempah-rempah karena kualitas-kualitas humoral dan harganya yang mahal.<ref>Adamson (2004), pp. 15–19, 28.</ref> Beberapa hidangan makanan tidak hanya menggunakan satu jenis rempah atau herbal, tapi cenderung menggunakan kombinasi beberapa rempah yang berbeda. Bahkan sekalipun suatu hidangan didominasi satu aroma saja namun biasanya dipadukan dengan lain untuk menghasilkan suatu rasa yang kompleks, misalnya [[peterseli]] dan [[cengkih]] atau lada dan jahe.<ref>Scully (1995), p. 86.</ref>
 
Tumbuhan herbal yang umum seperti [[Salvia officinalis|sage]], [[sesawi]] (bukan [[sawi]]), dan [[peterseli]] ditanam dan digunakan untuk memasak di seluruh Eropa, seperti juga [[jintan]], [[mint]], [[adas sowa]], dan [[adas]]. Banyak dari tanaman-tanaman ini yang tumbuh di seluruh Eropa atau juga dibudidayakan di [[kebun]], dan menjadi alternatif yang lebih murah dari rempah-rempah eksotis. [[Mustar]] (terbuat dari biji tanaman sesawi) terutama populer jika disandingkan dengan produk daging, dan digambarkan oleh [[Hildegard dari Bingen]] (1098-1179) sebagai makanannya orang miskin. Tanaman herbal lokal kurang bergengsi dibanding rempah-rempah, namun masih tetap digunakan dalam masakan kelas atas meski kemudian pada umumnya kurang menonjol atau hanya digunakan sebagai pewarnaan. [[Adas manis]] digunakan untuk memberi aroma pada hidangan ayam dan ikan, dan bijinya dijadikan ''[[:en:comfit|comfit]]'' (kacang-kacangan, biji-bijian, atau buah kering yang dilapisi gula).<ref>Adamson (2004), pp. 11–15.</ref>