Peramalan komunikasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mengganti judul subbab, menyusun paragraf-paragraf |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 30:
== Teori pembelajaran sosial / kognitif sosial ==
Teori pembelajaran sosial/kognitif sosial (Social Learning Theory/Social Cognitive Theory) merupakan salah satu teori yang dapat memetakan adopsi sebuah teknologi komunikasi yang berkembang di masyarakat, dengan melihat kebiasaan dari masyarakat tersebut dan media yang dikonsumsinya. Teori kognitif sosial berfokus pada bagaimana masyarakat belajar dengan cara menirukan orang lain.<ref>Bandura, A. (2001). Social Cognitive Tehory of Mass-Communication. Media Psychology, 3.</ref> Akar konseptual dari teori kognitif sosial berasal dari Edwin B. Holt dan Harold Chapman Brown, yang mengatakan bahwa semua tindakan hewan didasari pada pemenuhan kebutuhan psikologis, yaitu perasaan, emosi, dan keinginan. Komponen yang paling penting dari teori ini adalah bahwa hal itu diprediksi seseorang tidak dapat belajar untuk meniru sampai mereka ditiru.<ref>Holt, E.B. & Brown, H.C. (1931). Animal Drive and The Learning Process: An Essay toward Radical Empiricism. New York: H. Holt and Co.</ref>
Sederhananya teori ini menjelaskan kebiasaan seseorang untuk menentukan pilihannya berdasarkan contoh atau model yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Dicontohkan seperti menonton televisi dan mengambil inti dari tontonan tersebut. Seseorang dapat menirukan sesuatu dari apa yang mereka lihat atau tonton dari televisi maupun komputer. Seperti dalam acara memasak, diumpamakan seseorang mampu memasak layaknya instruksi di televisi setelah Ia menonton acara tersebut.<ref>Grant, A. E. & Meadows, J. H. (2010). Communication Technology Update and Fundamentals. 12th Edition. Focal Press.</ref> Kaitannya dalam konteks sosial, proses belajar itu pun serupa. Masyarakat mengadopsi sebuah teknologi komunikasi diawali dengan memperhatikan orang lain. Namun perilaku memperhatikan itu bisa juga membuat mereka tidak jadi mengadopsinya. Untuk itu, dalam teori kognitif sosial ini ada yang disebut sebagai reinforcement (penguatan) dan punishment (ganjaran). Reinforcement dan punishment menjadi faktor yang menjelaskan apakah sebuah kebiasaan dapat ditiru. Apabila ada asas yang kuat dari sebuah kebiasaan yang dipertontonkan, dengan alasan-alasan yang memperkuat kebiasaan tersebut, maka besar kemungkinan masyarakat akan menirukannya. Sedangkan punishment, di sisi lain, justru menjadi poin oposisi dari reinforcement. Apabila sebuah tindakan yang hendak ditiru ternyata membuktikan sesuatu hal yang tidak baik (tidak sesuai dengan yang dituju), maka besar juga kemungkinan masyarakat tidak jadi mengadopsi hal tersebut.<ref>Grant, A. E. & Meadows, J. H. (2010). Communication Technology Update and Fundamentals. 12th Edition. Focal Press.</ref>
|