Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Reynan (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh EmausBot
Membalikkan revisi 10315167 oleh Rahmatdenas (bicara) --- suntingan benar, sumber terpercaya .. seharusnya tidak ditolak
Baris 34:
Menurut tradisi, pembangunan [[masjid]] ini dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari [[Majapahit]], [[Demak]], dan [[Cirebon]] sendiri. Dalam pembangunannya, [[Sunan Gunung Jati]] menunjuk [[Sunan Kalijaga]] sebagai arsiteknya. Selain itu, [[Sunan Gunung Jati]] juga memboyong [[Raden Sepat]], arsitek [[Majapahit]] yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu [[Sunan Kalijaga]] merancang bangunan masjid tersebut.
 
Konon, dahulunya masjid ini memiliki [[memolo]] atau kemuncak atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir [[Aji Menjangan Wulung]], kubah tersebut pindah ke [[Masjid Agung Banten]] yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu. Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang [[muazin]] berseragam serba putih.<ref>[http://wisatamelayu.com/id/object/469/353/masjid-agung-sang-cipta-rasa/&nav=geo | Wisata Melayu - Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kota Cirebon] </ref>
 
== Arsitektur ==
Baris 50:
===Beranda===
Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat [[sumur zam-zam]] atau [[Banyu Cis Sang Cipta Rasa]] yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan [[Ramadhan]]. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.
 
== Inspirasi bagi Thomas Karsten ==
[[Berkas:Museum Sonobudoyo.JPG|thumb|300px| Atap pada [[museum Sonobudoyo]] yang terinspirasi dari atap ''Limasan Lambang-teplok'' milik [[Masjid Agung Sang Cipta Rasa]] ]]
 
Ir. Thomas Karsten ketika diminta mendesain bangunan untuk [[museum Sonobudoyo]] yang mulai dibangun tahun 1934 di [[Yogyakarta]], beliau terinspirasi oleh seni arsitektur Cirebon terutama arsitektur atap dan konstruksinya, yakni bentuk atap ''Limasan Lambang-teplok'' milik [[Masjid Agung Sang Cipta Rasa]] dan pola-pola konstruksi ''cukit'' (bahasa Indonesia : Garpu) yang ada pada bangunan terbuka di area ''siti inggil'' [[keraton Kasepuhan]] [[Kota Cirebon]].
 
Pengadopsian gaya-gaya bangunan Cirebon oleh masyarakat [[Jawa]] terutama dari [[kesultanan Mataram]] bukan suatu hal yang asing karena sudah pernah dilakukan pada masa pemerintahan [[Sultan Agung dari Mataram | Sultan Agung Mataram]] dengan mengadopsi bentuk bangunan ''siti inggil'' keraton Pakungwati (sekarang : [[keraton Kasepuhan]]) untuk dijadikan dasar acuan bagi pembangunan ''siti inggil'' [[keraton Mataram]] di Yogyakarta, hal tersebut menurut Yuwono Suwito ( anggota tim ahli cagar budaya dan dewan pertimbangan pelestarian warisan budaya provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ) dikarenakan keraton Cirebon jauh lebih tua dibandingkan dengan keraton Yogyakarta, bahkan lebih tua dari sejarah awal kerajaan Mataram Islam.<ref>[http://news.fajarnews.com/read/2015/10/02/5613/arsitektur.keraton.yogyakarta.mengadopsi.keraton.kasepuhan.cirebon | 2015. Arsitektur Keraton Yogyakarta Mengadopsi Keraton Kasepuhan Cirebon. Cirebon : Fajar News]</ref>
 
== Galeri ==
Baris 62 ⟶ 69:
 
== Referensi ==
{{reflist}}
* http://wisatamelayu.com/id/object/469/353/masjid-agung-sang-cipta-rasa/&nav=geo <references/>
 
 
{{Masjid di Indonesia}}