Perkembangan surat kabar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rambu Eren (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Rambu Eren (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
 
==Sejarah==
Berbicara mengenai sejarah perkembangan media surat kabar sesungguhnya sedang berbicara mengenai sejarah dari ide manusia tentang bagaimana jurnalisme seharusnya berlangsung<ref> name="Media Now:UnderstandingStraubhaar, MediaJ., CultureLaRose, andR.& Technology">Straubhaar,Davenport JosephR., Robert LaRose:(2004). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, hal 93.Penerbit Update Seventh Edition. Thomson-Wadsworth, 2004</ref>/
 
Pada masa awal, khususnya di Amerika dan Eropa, surat kabar cetak hadir dan berkembang dengan semangat untuk melepaskan diri dari bentuk [[intervensi]] oleh penguasa atau pemilik otoritas pemerintahan yang mewajibkan agar adanya sensor atas setiap informasi yang dipublikasikan di surat kabar sehingga informasi yang terkandung didalamnya tidak bersifat merugikan pihak pemerintah itu sendiri.
Baris 16:
Di Indonesia sendiri, sejarah perkembangan surat kabar terkait dengan pengaruh dari pemerintah kolonialis yakni pemerintah Belanda. Surjomihardjo membagi perkembangan pers di Indonesia ke dalam dua babak<ref name="Perkembangan Pers">Surjomihardjo, A: "Perkembangan Pers", halaman 30. Penerbit Buku Kompas, 2002</ref>. Pada babak pertama (babak "putih"), semua surat kabar sepenuhnya dimiliki oleh orang-orang Eropa, dan baik isi maupun bahasa yang digunakan adalah bahasa Belanda dan untuk kepentingan Belanda, sehingga tidak ada kaitannya dengan orang pribumi. Babak pertama ini berlangsung selama 90 tahun yakni mulai dari tahun 1744 hingga tahun 1854.
 
Babak kedua dari perkembangan surat kabar di Indonesia berlangsung sekitar tahun 1854 sampai pada masa [[Kebangkitan Nasional Indonesia|Kebangkitan Nasional]]. Pada babak ini, awalnya masih terdapat surat kabar berbahasa Belanda yang menduduki posisi penting pada pers di Indonesia, tetapi di sisi lain telah terbit juga surat kabat yang berbahasa Melayu. Surat kabar berbahasa Melayu ini kemudian terus berkembang sampai pada masa Kebangkitan Nasional, di mana pekerja pers, redaktur adalah orang-orang peranakan Tionghoa dan masyarakat pribumi. Bahasa yang dipakai dalam surat kabar pun adalah bahasa Indonesia<ref name="Perkembangan Pers"> Surjomihardjo, A:. "Perkembangan, Adil Hilman. Pers", halamandkk 30(2002). Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia.Penerbit Buku Kompas, 2002/</ref>
Mesin cetak yang pertama kali dibawa ke Jawa pada tahun 1659, menjadi titik awal kehadiran surat kabar. Surat kabar yang pertama kali dicetak pada tahun 1774, di mana [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]] [[Gustaaf Willem baron van Imhoff|Van Imholf]] memulai untuk membentuk sebuah media massa resmi dengan diterbitkannya ''[[Bataviasche Nouvelle]]''. Tetapi koran ini hanya dapat bertahan selama 2 tahun<ref name="Perkembangan Pers">Surjomihardjo, A, Hilman Adil, Atmakusumah, AB. Lapian, Leo Suryadinata, P. Awantoro: "Perkembangan Pers", halaman 30. Penerbit Buku Kompas, 2002</ref>. Pada tahun 1920-an hadir juga surat kabar milik pribumi yang bernama ''Bromartani'' yang terbit di Surakarta<ref name="Budaya Visual Indonesia">Sachari, A: "Budaya Visual Indonesia". Penerbit Erlangga, 2007</ref>