Gadis Arivia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rosmianto (bicara | kontrib)
Alpinu (bicara | kontrib)
k Biografi: French spelling (Français)
Baris 29:
Setelah ayahnya meninggal pada Juli [[1977]], Gadis pun ikut kakaknya nomor dua, Arrizal Effendi, yang bertugas sebagai [[diplomat]] di [[Washington]]. Gadis melanjutkan sekolah menengah di [[McLean High School]], [[Virginia]], [[Amerika Serikat|Amerika]]. Saat sekolah di Virginia, Gadis banyak membaca buku-buku para [[filsuf]] [[Perancis]] seperti [[Albert Camus]], [[Simone de Beauvoir]], dan [[Jean Paul Sartre]].
 
Setelah lulus sekolah menengah di Virginia, Gadis pulang ke Indonesia. Di [[Jakarta]], dia melanjutkan studi di Program [[Diploma III]] [[Sastra Perancis]] [[Universitas Indonesia]]. Saat kuliah Sastra Perancis, awal [[1980-an]], Gadis sering mengunjungi [[perpustakaan]] di [[Centre Culturel FrancaisFrançais]] atau Pusat Kebudayaan Prancis, Jalan Salemba Raya Jakarta. Di situ dia banyak membaca buku tokoh-tokoh filsafat Prancis. Setelah program diploma Sastra Perancis selesai, Gadis pun melanjutkan studi [[filsafat]] di Universitas Indonesia.
 
Pada [[1990-an]], Gadis merasa tertarik pada pemikiran baru tentang [[pascamodernisme]]. Ketika itu, Asikin Arif, dosen filsafat Universitas Indonesia, pulang dari [[Jerman]] membawa pemikiran pascamodernisme. Sebuah gerakan yang bermula dari kritik [[seni]], [[arsitektur]] dan [[filsafat]], kemudian berkembang jadi [[skeptisisme]] yang sistematis terhadap teori-teori lama tentang modernisasi dan industrialisasi. Gerakan ini, antara lain dimotori [[Jacques Derrida]] dari Perancis, yang dikenal dengan teori [[dekonstruksi]] dalam filsafat Barat.