Kota Padang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 111:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ereboog bij een brug met opschrift 'Welkom te Padang' ter gelegenheid van het bezoek van Gouverneur-Generaal Van Limburg Stirum Westkust -Sumatra. TMnr 60013113.jpg|left|thumb|upright|Gerbang menyambut kedatangan [[Gubernur Jenderal Hindia-Belanda|Gubernur Jenderal]] [[Johan Paul van Limburg Stirum]] di Padang pada Maret 1916]]
Beberapa bangsa [[Eropa]] silih berganti mengambil alih kekuasaan di Kota Padang. Pada tahun 1781, akibat rentetan [[Perang Inggris-Belanda Keempat]], Inggris berhasil menguasai kota ini.<ref name="Moore">Moore, B., Nierop, H.F.K. (2003). ''Colonial Empires Compared: Britain and the Netherlands, 1750-1850''. Ashgate Publishing. ISBN 0-7546-0492-6.</ref><ref name="Marsden">{{cite book |last=Marsden|first=William|authorlink=William Marsden|title=The History of Sumatra: Containing an Account of the Government, Laws, Customs and Manners of the Native Inhabitants, with a Description of the Natural Productions, and a Relation of the Ancient Political State of That Island|year=1784}}</ref> Namun, setelah ditandatanganinya [[:en:Peace of Paris (1783)|Perjanjian Paris pada tahun 1784]] kota ini dikembalikan kepada VOC.<ref>{{cite journal|last=Tarling|first=Nicholas|title=Anglo-Dutch Rivalry in the Malay World, 1780-1824|url=http://links.jstor.org/sici?sici=0018-246X(1964)7%3A1%3C177%3AARITMW%3E2.0.CO%3B2-Y|journal=Historical Journal|volume=7|year=1964|pages=177-179}}</ref> Pada tahun 1793 kota ini sempat dijarah dan dikuasai oleh seorang bajak laut [[Perancis]] yang bermarkas di [[Mauritius]] bernama François Thomas Le Même, yang keberhasilannya diapresiasi oleh pemerintah Perancis waktu itu dengan memberikannya penghargaan.<ref>{{cite book|last=Piat|first=Denis|title=Pirates and Corsairs in Mauritius|year=2007|publisher=Christian le Comte|id=ISBN 978-99949-905-3-5}}</ref> Kemudian pada tahun 1795, Kota Padang kembali diambil alih oleh Inggris.<ref name="Moore"/> Namun, setelah [[peperangan era Napoleon]], pada tahun 1819 Belanda mengklaim kembali kawasan ini yang kemudian dikukuhkan melalui [[Traktat London]], yang ditandatangani pada 17 Maret 1824.<ref>{{cite book|last=Keat|first=G.O.|title=Southeast Asia: a Historical Encyclopedia, from [[Angkor Wat]] to East Timor|year=2004|publisher=ABC-CLIO|id=1-57607-770-5}}</ref>
Pada tahun 1837, pemerintah [[Hindia-Belanda]] menjadikan Padang sebagai pusat pemerintahan wilayah [[Pesisir Barat Sumatera]] (''Sumatra's Westkust'') yang wilayahnya meliputi [[Sumatera Barat]] dan [[Tapanuli]] sekarang.<ref>[[Gusti Asnan|Asnan, Gusti]] (2002). ''Transportation on the West Coast of Sumatra in the Nineteenth Century''. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, On the road The social impact of new roads in Southeast Asia 158. No. 4. Leiden. hlm. 727-741. [http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv/article/view/1745/2506 www.kitlv-journals.nl].</ref> Selanjutnya kota ini menjadi daerah ''gemeente'' sejak 1 April 1906 setelah keluarnya ''ordonansi'' (STAL 1906 No.151) pada 1 Maret 1906. Hingga [[Perang Dunia II]], Padang merupakan salah satu dari lima kota pelabuhan terbesar di Indonesia, selain [[Jakarta]], [[Surabaya]], [[Medan]], dan [[Makassar]].<ref>http://www.kicc.jp/auick/database/ids/ids01/ids01-05.htm</ref>
Menjelang [[Sumatera Barat pada masa pendudukan Jepang|masuknya tentara pendudukan Jepang]] pada 17 Maret 1942, Kota Padang ditinggalkan begitu saja oleh Belanda karena kepanikan mereka. Pada saat bersamaan [[Soekarno]] sempat tertahan di kota ini karena pihak Belanda waktu itu ingin membawanya turut serta melarikan diri ke [[Australia]].<ref>{{cite book|title=Kesadaran Nasional: dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan|last=Muljana|first=Slamet|volume=2|year=2008|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|id=ISBN 979-1283-57-5|pages=2}}</ref> Kemudian panglima Angkatan Darat Jepang untuk Sumatera menemuinya untuk merundingkan nasib Indonesia selanjutnya.<ref>{{cite book|title=K. H. Mas Mansur, 1896-1946|last=Aqsha|first=Darul|year=2005|publisher=Erlangga|id=ISBN 979-781-145-X|pages=72}}</ref> Setelah Jepang dapat mengendalikan situasi, kota ini kemudian dijadikan sebagai kota administratif untuk urusan pembangunan dan pekerjaan umum.<ref name="Mardanas"/>▼
▲Menjelang [[Sumatera Barat pada masa pendudukan Jepang|masuknya tentara
Berita [[kemerdekaan Indonesia]] pada 17 Agustus 1945 baru sampai ke Kota Padang sekitar akhir bulan Agustus. Namun, pada 10 Oktober 1945 tentara [[Blok Sekutu (Perang Dunia II)|Sekutu]] telah masuk ke Kota Padang melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]], dan kemudian kota ini diduduki selama 15 bulan.<ref name="Audrey"/> Pada tanggal 9 Maret 1950, Kota Padang dikembalikan ke tangan Republik Indonesia setelah sebelumnya menjadi negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) melalui surat keputusan Presiden RIS nomor 111. Kemudian, berdasarkan Undang-undang Nomor 225 tahun 1948, Gubernur [[Sumatera Tengah]] waktu itu melalui surat keputusan nomor 65/GP-50, pada 15 Agustus 1950 menetapkan Kota Padang sebagai daerah otonom. Wilayah kota diperluas, sementara status kewedanaan Padang dihapus dan urusannya pindah ke Wali kota Padang.<ref name="Mardanas"/> Pada 29 Mei 1958, [[Gubernur Sumatera Barat]] melalui Surat Keputusan Nomor 1/g/PD/1958, secara ''de facto'' menetapkan Padang menjadi ibu kota provinsi [[Sumatera Barat]], dan secara ''de jure'' pada tahun 1975, yang ditandai dengan keluarnya Undang-undang Nomor 5 tahun 1974. Pemerintah pusat kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1980, yang menetapkan perubahan batas-batas wilayah Kota Padang sebagai pemerintah daerah.<ref>legislasi.mahkamahagung.go.id [http://legislasi.mahkamahagung.go.id/docs/PP/PP_1980_17_PERUBAHAN%20BATAS%20WILAYAH%20KOTAMADYA%20DAERAH%20TINGKAT%20II%20PADANG.pdf Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang]. Diakses pada 27 Juli 2010.</ref> Berdasarkan [[Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional|Rencana Jangka Panjang Menengah Nasional]] 2015–2019, pemerintah pusat menetapkan Kota Padang, bersama [[Kabupaten Padang Pariaman]] dan [[Kota Pariaman]] untuk pengembangan wilayah metropolitan [[Palapa (wilayah metropolitan)|Palapa]] (Padang–Lubuk Alung–Pariaman).<ref>http://www.harianhaluan.com/index.php/berita/nusantara/36839-padang-dan-padang-pariaman-jadi-metropolitan-baru</ref>
|