Chen Fu Zhen Ren: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib) |
Okkisafire (bicara | kontrib) |
||
Baris 61:
Lokasi Banjar Jawa berada di daerah utara Desa [[Mengwi]], [[Bali]]. Penduduk banjar tersebut mengaku berasal dari Jawa dan dibawa ke Bali untuk membangun sebuah istana (puri) dibawah paduan seorang arsitek Cina.
Pada awal tahun 1980an, seorang berkebangsaan Belanda bernama [[Henk Schulte Nordholt]] mendengar kisah dari I Gusti Agung Gede Rai (dari Puri Kleran) dan Ida Bagus Ketut Sindu (dari Mengwi) bahwa Raja Mengwi pernah mengadakan suatu kontes membuat rancangan terbaik untuk istana Mengwi yang baru. Seorang [[pandita]] dari Sibang mencobanya, tetapi seorang arsitek Cina dari [[Blambangan]] berhasil memenangkannya. Arsitek tersebut membawa orang-orang Jawa untuk membantunya dalam proses pembangunan puri, tetapi hingga 3 hari sebelum batas waktu pembangunan, hanya tembok luar puri yang selesai dibangun. Ajaibnya, puri tersebut berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. Penduduk Mengwi pada masa itu merasa takut dan meminta Raja Mengwi untuk membunuh sang arsitek. Namun, sang arsitek berhasil melarikan diri ke Jawa dan menghilang di [[Watu Dodol]] dengan ditemani dua orang pengiring yang konon bernama I Gusti Ngurah Subuh dan Ida Bagus Den Kayu.<ref>{{cite news|url=http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2003/2/2/ars1.html|authors=I Nyoman Gde Suardana|title=Kong Tjo di Vihara Dharmayana, Kuta|first=|last=|year=|location=|issn=|isbn=|publisher=Bali Post|date=2 Pebruari 2003|accessdate=25 Oktober 2015}}</ref>
C. Salmon dan M. Sidharta (1999) juga berhasil memperoleh informasi dari Anak Agung Gede Ajeng Tisna Mangun (dari Puri Gede Mengwi) bahwa Raja Mengwi saat itu bukan meminta sang arsitek untuk menggambar rancangan puri, melainkan rancangan [[Pura Taman Ayun]]. Sang arsitek membuat kerangka taman dengan menggali parit pembatas taman kemudian menggambar rancangan serta memberi instruksi tentang tanaman serta pepohonan yang akan ditanam. Arsitek itu kemudian pergi menuju pesisir pantai bersama dua orang yang ditugasi untuk menemaninya dan tidak pernah kembali lagi. Kisah ini diilustrasikan pada bagian depan Klenteng Gong Zu Miao di Tabanan, Bali. Kerancuan timbul karena berdasarkan sejarah, [[Pura Taman Ayun]] selesai dibangun pada Tahun 1634, tidak sesuai dengan perkiraan hidup Chen Fu Zhen Ren berdasarkan tulisan Melayu.
Menurut Henk Schick Nordholt, penulis berkebangsaan Belanda, dalam bukunya '''Negara Mengwi''', pada Tahun 1750 Taman Ayun direnovasi. Ahli bangunan yang memantau pada saat itu bernama ''Hobin Ho''.<ref name=tjah>Indrana Tjahjono dan Mas Soepranoto. 2010. ''Kongco Tan Hu Cin Jin''. Banyuwangi.</ref>
|