Suku Cirebon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 329:
* '''''Bubur Sura''''', tradisi ''bubur sura'' dilakukan dilakukan diawal tahun baru Islam yaitu pada bulan [[Muharram]] yang dalam sistem penanggalan di Cirebon disebut bulan ''Sura'', dalam persfektif Cirebon, awal tahun haruslah digunakan untuk introspeksi diri (bahasa Arab : muhasabah), memperbanyak sedekah, berbagi dan mempererat tali silaturahmi, pada hari kesepuluh bulan [[Muharram]] atau bulan ''Sura'' setelah selesai melaksanakan puasa sunah di bulan [[Muharram]], masyarakat Cirebon membuat ''bubur Sura'' sebagai bentuk untuk memperbanyak sedekat, berbagi dan mempererat tali silaturahmi. ''Bubur Sura'' merupakan bubur yang dibuat dari tepung beras dengan santan yang berisi sayuran, daging dan telor, warna putih dari ''bubur Sura'' dalam persfektif Cirebon melambangkan kesucian sementara taburan lauk pauknya melambangkan kegembiraan masyarakat Cirebon dalam menyambut tahun yang baru dengan saling bersedekah, berbagi dan mempererat tali silaturahmi.<ref>Sardiman. 2008. Sejarah 2 - Ilmu Pengetahuan Sosial. [[Jakarta]] : Yudhistira Ghalia Indonesia</ref>
 
* '''''Panjang Jimat''''', tradisi ''Panjang Jimat'' dalam persfektif Cirebon berasal kata ''panjang'' (bahasa Indonesia : terus menerus), ''siji''(bahasa Indonesia : satu) dan ''rumat'' (bahasa Indonesia : pelihara) yang berarti "satu hal yang terus menerus harus dipelihara" dan bagi masyarakat Cirebon satu hal tersebut adalah ''Keislaman'' yang diwujudkan dari terus memegang teguh esensi dari dua kalimat ''syahadat''. Disebabkan pusaka-pusaka yang ada di keraton-keraton Cirebon berkaitan dengan dakwah [[Islam]] maka pusaka-pusaka tersebut dibersihkan ([[bahasa Cirebon]] : angumbah gaman) pada bulan mulud karena pada bulan inilah rasul dilahirkan dan menjadi pembawa kesempurnaan bagi [[Islam]]. Bagi [[kesultanan Kasepuhan]] misalnya, benda pusaka yang paling berharga bukanlah ''kereta kencana'' atau ''keris'' melainkan piring-piring yang bertahtakan kaligrafi arab yang dibawa oleh [[Sunan Gunung Jati]] langsung dari Mekah<ref>[http://travel.detik.com/read/2015/01/05/085123/2793811/1519/inilah-benda-paling-pusaka-di-keraton-kasepuhan-cirebon | 2015. Inilah Benda Paling Pusaka di Keraton Kasepuhan Cirebon. Detik Travel]</ref> Oleh sebab itu dalam [[bahasa Cirebon]] dikenal kata ''Panjang'' untuk menyebutkan piring dan ''Jimat'' untuk menyebutkan ''nasi berserta lauk pauknya.
 
Bagi [[kesultanan Kasepuhan]] misalnya, benda pusaka yang paling berharga bukanlah ''kereta kencana'' atau ''keris'' melainkan piring-piring yang bertahtakan kaligrafi arab yang dibawa oleh [[Sunan Gunung Jati]] langsung dari Mekah<ref>[http://travel.detik.com/read/2015/01/05/085123/2793811/1519/inilah-benda-paling-pusaka-di-keraton-kasepuhan-cirebon | 2015. Inilah Benda Paling Pusaka di Keraton Kasepuhan Cirebon. Detik Travel]</ref> Oleh sebab itu dalam [[bahasa Cirebon]] dikenal kata ''Panjang'' untuk menyebutkan piring dan ''Jimat'' untuk menyebutkan ''nasi berserta lauk pauknya.
 
== Adat ==